Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif untuk menganalisis pemahaman dan kesiapan guru sekolah dasar dalam menerapkan pembelajaran berbasis Deep Learning. Sebanyak 160 guru dari Provinsi Sulawesi Selatan berpartisipasi sebagai responden yang dipilih melalui teknik purposive sampling berdasarkan pengalaman mengajar dan keterlibatan dalam pelatihan Deep Learning. Data dikumpulkan melalui angket skala Likert yang telah divalidasi, mencakup lima dimensi utama, yaitu pemahaman konseptual tentang Deep Learning, kesiapan pedagogik, kesiapan teknologi, motivasi pengembangan diri, serta persepsi terhadap hambatan dan dukungan kelembagaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesiapan guru tidak merata pada setiap dimensi. Kesiapan teknologi memperoleh skor rata-rata tertinggi dan tergolong tinggi, terutama pada guru muda yang aktif menggunakan perangkat digital dan aplikasi kecerdasan buatan dalam mendukung kolaborasi dan umpan balik pembelajaran. Sebaliknya, skor terendah ditemukan pada dimensi pemahaman konseptual dan kesiapan pedagogik. Sebagian besar guru masih menyamakan Deep Learning dengan pembelajaran berbasis proyek dan belum memahami landasan filosofisnya yang menekankan pembelajaran bermakna, reflektif, dan menyenangkan. Motivasi guru untuk mengembangkan kompetensi berada pada kategori sedang, dengan kecenderungan bergantung pada dukungan kelembagaan dibandingkan dorongan intrinsik. Hasil penelitian menegaskan bahwa keberhasilan penerapan Deep Learning tidak hanya ditentukan oleh kecakapan teknologi, tetapi juga oleh kematangan konseptual dan pedagogik guru. Penguatan kapasitas guru perlu dilakukan melalui pengembangan profesional yang integrative dengan mengombinasikan literasi digital, kesadaran filosofis, dan refleksi pedagogik dalam ekosistem institusional yang mendukung.
Copyrights © 2025