Allolinggi, Lutma Ranta
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENINGKATAN RASIO KEJAHATAN CYBER DENGAN POLA INTERAKSI SOSIO ENGINEERING PADA PERIODE AKHIR ERA SOCIETY 4.0 DI INDONESIA Palinggi, Sandryones; Palelleng, Srivan; Allolinggi, Lutma Ranta
Jurnal Ilmiah Dinamika Sosial Vol 4 No 1 (2020)
Publisher : Universitas Pendidikan Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38043/jids.v4i1.2314

Abstract

Lompatan evolusi teknologi ditandai dengan munculnya beragam teknologi baru khususnya di bidang ICT seperti Fifth Generation, High Throughput Satellite, High Altitude Platform Station, Artificial Intelegent, Blockchain dan Big Data, memberikan pengaruh terhadap pola interaksi antar manusia, semenjak era internet telah menjadi bagian penting dalam struktur kebutuhan masyarakat. Peran dari internet telah menggeser tatanan interaksi manusia secara umum namun memiliki manfaat besar dalam sistem peradaban masyarakat Society 4.0. Dengan adanya kemajuan teknologi, secara tidak langsung memberikan gambaran bahwa era Society 4.0 akan segera berakhir, digantikan dengan era Society 5.0. Diakhir era Society 4.0 dimana telah terintegrasi dengan internet, kejahatan cyber telah ikut berevolusi dengan menggunakan pola pendekatan interaksi sosio engineering yang berpotensi merugikan banyak pihak. Society 5.0 adalah era teknologi modern dengan mengandalkan manusia sebagai komponen utamanya. Metoda penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi literatur dengan mengumpulkan informasi secara aktual dan terperinci, mengidentifikasi masalah, membuat perbandingan atau evaluasi. Hasil dan kesimpulan dari penelitian ini adalah peningkatan kesadaran masyarakat Indonesia dalam menghadapi era Society 5.0 dan tetap waspada terhadap bentuk-bentuk perubahan kejahatan cyber seperti penipuan dan pencurian data maupun informasi penting yang dimiliki                          Kata Kunci : Kejahatan Cyber, Sosio Engineering, Teknologi, Society 4.0
PEMAHAMAN KONSEPTUAL DAN KESIAPAN GURU SEKOLAH DASAR TERHADAP PENERAPAN DEEP LEARNING DI INDONESIA Allolinggi, Lutma Ranta; Al Arsyadhi, Nurul Laily; Akbar, Ady
Pendas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar Vol. 10 No. 04 (2025): Volume 10 No. 04 Desember 2025 Build
Publisher : Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Pasundan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23969/jp.v10i04.35258

Abstract

This study adopts a descriptive quantitative approach to examine how elementary school teachers understand and prepare for the implementation of Deep Learning-based instruction. A total of 160 teachers from South Sulawesi Province participated as respondents, selected through purposive sampling that considered their teaching experience and involvement in Deep Learning training. Data were gathered using a validated Likert-scale questionnaire covering five central dimensions, namely conceptual understanding of Deep Learning, pedagogical readiness, technological readiness, motivation for professional growth, and perceptions of institutional challenges and support. The results indicate that teachers’ readiness is uneven across these dimensions. The dimension of technological readiness achieved the highest mean score, categorized as high, particularly among younger teachers who actively use digital tools and artificial intelligence applications to enhance collaboration and provide feedback in the learning process. Conversely, the lowest scores were observed in conceptual understanding and pedagogical readiness. Many teachers still perceive Deep Learning as synonymous with project-based learning and have yet to internalize its philosophical essence, which emphasizes meaningful engagement, reflective thinking, and joyful learning experiences. Teachers’ motivation to develop their professional competence was found to be at a moderate level, with a tendency to depend more on institutional facilitation than on intrinsic drive. These findings highlight that the successful implementation of Deep Learning depends not only on teachers’ technological proficiency but also on their conceptual depth and pedagogical preparedness. Therefore, capacity building for teachers should be designed through an integrative model of professional development that brings together digital literacy, philosophical awareness, and pedagogical reflection within a supportive institutional framework. Such an approach is essential to transform Deep Learning from a theoretical policy initiative into a practical educational reality that nurtures critical, creative, and humanistic learners in the era of artificial intelligence
EKSPLORASI DIMENSI KESIAPAN GURU DALAM PENERAPAN PEMBELAJARAN DEEP LEARNING DI SEKOLAH DASAR Allolinggi, Lutma Ranta; Al Arsyadhi, Nurul Laily; Harlina, Nana; Sulistina, Dewi Ratna; Suriana, Suriana
Pendas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar Vol. 10 No. 04 (2025): Volume 10 No. 04 Desember 2025 Terbit
Publisher : Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Pasundan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23969/jp.v10i04.35337

Abstract

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif untuk menganalisis pemahaman dan kesiapan guru sekolah dasar dalam menerapkan pembelajaran berbasis Deep Learning. Sebanyak 160 guru dari Provinsi Sulawesi Selatan berpartisipasi sebagai responden yang dipilih melalui teknik purposive sampling berdasarkan pengalaman mengajar dan keterlibatan dalam pelatihan Deep Learning. Data dikumpulkan melalui angket skala Likert yang telah divalidasi, mencakup lima dimensi utama, yaitu pemahaman konseptual tentang Deep Learning, kesiapan pedagogik, kesiapan teknologi, motivasi pengembangan diri, serta persepsi terhadap hambatan dan dukungan kelembagaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesiapan guru tidak merata pada setiap dimensi. Kesiapan teknologi memperoleh skor rata-rata tertinggi dan tergolong tinggi, terutama pada guru muda yang aktif menggunakan perangkat digital dan aplikasi kecerdasan buatan dalam mendukung kolaborasi dan umpan balik pembelajaran. Sebaliknya, skor terendah ditemukan pada dimensi pemahaman konseptual dan kesiapan pedagogik. Sebagian besar guru masih menyamakan Deep Learning dengan pembelajaran berbasis proyek dan belum memahami landasan filosofisnya yang menekankan pembelajaran bermakna, reflektif, dan menyenangkan. Motivasi guru untuk mengembangkan kompetensi berada pada kategori sedang, dengan kecenderungan bergantung pada dukungan kelembagaan dibandingkan dorongan intrinsik. Hasil penelitian menegaskan bahwa keberhasilan penerapan Deep Learning tidak hanya ditentukan oleh kecakapan teknologi, tetapi juga oleh kematangan konseptual dan pedagogik guru. Penguatan kapasitas guru perlu dilakukan melalui pengembangan profesional yang integrative dengan mengombinasikan literasi digital, kesadaran filosofis, dan refleksi pedagogik dalam ekosistem institusional yang mendukung.