Perkembangan teknologi digital telah mempercepat arus globalisasi budaya dan membuka akses tanpa batas bagi generasi muda terhadap berbagai produk budaya asing. Media sosial dan komunitas daring menjadi ruang utama pertukaran budaya lintas negara, memungkinkan nilai-nilai global diinternalisasi dengan cepat ke dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena ini terlihat jelas pada dominasi budaya populer Korea Selatan melalui K-pop, yang berperan dalam membentuk identitas sosial baru di kalangan generasi muda Indonesia. Kondisi tersebut menimbulkan kekhawatiran terhadap melemahnya keterikatan generasi muda pada identitas nasional. Di sisi lain, seni tari tradisional Indonesia dipandang memiliki potensi dalam memperkuat identitas nasional karena memuat nilai simbolis, historis, dan filosofis yang menjadi fondasi kebudayaan bangsa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan tingkat identitas nasional antara generasi muda yang terlibat dalam seni tari tradisional, seni tari modern, dan kelompok non-tari. Metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif komparatif. Analisis inferensial dilakukan menggunakan statistik non-parametrik untuk menguji perbedaan tingkat identitas nasional antarkelompok. Partisipan penelitian terdiri dari generasi muda berusia 18-25 tahun yang dibagi ke dalam tiga kelompok berdasarkan keterlibatan dalam kegiatan seni tari. Hasil penelitian diharapkan memberikan bukti empiris mengenai peran keterlibatan budaya lokal dalam pembentukan identitas nasional serta menjadi dasar bagi kebijakan pelestarian budaya tradisional di tengah tantangan globalisasi budaya.
Copyrights © 2025