Penelitian ini bertujuan mengkaji makna budaya lokal istilah “sio” dalam masyarakat Kota Ambon serta relevansinya dengan sila kedua Pancasila, “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”. Pancasila sebagai ideologi bangsa menekankan penghormatan terhadap martabat manusia, kesetaraan hak, dan solidaritas sosial. Dalam konteks Maluku, khususnya Ambon, istilah “sio” telah menjadi bagian penting dalam komunikasi sehari-hari sebagai ekspresi empati dan simpati. Secara linguistik, “sio” dipahami sebagai partikel khas Bahasa Melayu Ambon yang menegaskan makna emosional, sedangkan secara budaya ia mencerminkan nilai persaudaraan, kepedulian, dan kebersamaan. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik purposive sampling. Data diperoleh melalui wawancara mendalam terhadap 12 masyarakat dari Negeri Soya, Negeri Batu Merah, Negeri Latuhalat, dan Negeri Urimessing, ditambah tokoh masyarakat sebagai informan. Analisis data dilakukan melalui reduksi, penyajian, dan penarikan simpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa istilah “sio” memiliki dua makna utama, yaitu empati dan simpati. Empati diwujudkan dalam tindakan nyata seperti membantu secara moral dan material, sedangkan simpati tampak dalam ungkapan belas kasih terhadap suka maupun duka orang lain. Nilai “sio” sejalan dengan sila kedua Pancasila, karena menekankan penghormatan martabat manusia, kasih sayang, serta sikap tenggang rasa. Dengan demikian, “sio” bukan sekadar ekspresi bahasa, tetapi wujud kultural yang memperkuat solidaritas sosial dan toleransi antarwarga.
Copyrights © 2023