Sastra adalah ungkapan manusia secara pribadi tentang pengalaman ataupun pemikiran yang dibuat ke dalam suatu karya yang bisa saja berupa lisan ataupun tulisan. Legenda merupakan salah satu bentuk sastra lisan yang mencerminkan nilai-nilai budaya lokal. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap representasi kebudayaan yang terkandung dalam legenda Aek Sipitu Dai di Samosir, Sumatera Utara, serta bagaimana legenda tersebut mencerminkan sistem nilai dan identitas budaya masyarakat Batak Toba. Penelitian menggunakan pendekatan antropologi sastra dengan teori tiga wujud kebudayaan dari Koentjaraningrat, yaitu kebudayaan sebagai ide, aktivitas, dan artefak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa legenda Aek Sipitu Dai tidak hanya berperan sebagai warisan lisan atau hiburan semata, tetapi juga sebagai media pewarisan nilai-nilai budaya yang bersifat sakral, sosial, dan historis. Representasi kebudayaan sebagai ide tercermin dalam keyakinan masyarakat terhadap kesakralan sumber mata air Aek Sipitu Dai dan hubungannya dengan leluhur serta sistem Dalihan Na Tolu. Representasi sebagai aktivitas tampak dalam pelaksanaan ritual adat seperti marpangir, penyambutan tamu dengan tortor, serta tradisi sehari-hari yang masih dilestarikan. Sementara itu, representasi sebagai artefak tercermin melalui keberadaan Pancuran Tujuh Rasa, Batu Paranggir- anggiran, Gorga Batak, dan lukisan batu Parhutuan yang mengandung nilai filosofis dan simbolik. Keseluruhan temuan ini menegaskan bahwa legenda Aek Sipitu Dai memiliki peran penting dalam membentuk dan mempertahankan konstruksi budaya masyarakat Batak secara turun-temurun, sekaligus menjadi bagian inti dalam pelestarian warisan budaya lokal.
Copyrights © 2025