Kurikulum Merdeka hadir sebagai jawaban atas tantangan pendidikan abad ke-21 yang menuntut fleksibilitas, kreativitas, dan pembelajaran berpusat pada peserta didik. Di balik konsep tersebut, terdapat landasan filosofis yang patut dikaji secara mendalam. Artikel ini bertujuan menganalisis keterkaitan antara filsafat naturalisme dengan pengembangan Kurikulum Merdeka serta menelaah berbagai tantangan implementasinya dan implikasinya bagi praktik pendidikan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode literature review dengan pendekatan analisis tematik terhadap berbagai publikasi ilmiah yang terbit dalam lima tahun terakhir. Hasil kajian menunjukkan bahwa terdapat kesesuaian yang kuat antara prinsip-prinsip naturalisme dan Kurikulum Merdeka, terutama dalam penerapan pembelajaran berpusat pada peserta didik (student-centered learning), pembelajaran berdiferensiasi, model Project Based Learning (PjBL), serta peran guru sebagai fasilitator. Namun, implementasi di lapangan masih menghadapi sejumlah kendala, seperti keterbatasan sarana prasarana, pola pengajaran tradisional yang masih dominan, kesiapan guru yang belum merata, serta kesenjangan fasilitas antarwilayah. Berdasarkan temuan tersebut, penelitian ini menekankan pentingnya inovasi pembelajaran berbasis lingkungan, peningkatan kompetensi guru, dan kebijakan kurikulum yang lebih adaptif terhadap konteks lokal. Disimpulkan bahwa filsafat naturalisme memberikan dasar konseptual yang kuat bagi Kurikulum Merdeka, tetapi keberhasilannya sangat bergantung pada kemampuan sistem pendidikan dalam mengatasi hambatan struktural dan pedagogis di lapangan.
Copyrights © 2025