Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran komunikasi keluarga dalam membangun keseimbangan emosional remaja di Kota Denpasar. Topik ini penting karena tingginya tekanan sosial dan dinamika kehidupan perkotaan membuat remaja lebih rentan mengalami ketidakstabilan emosional. Keterbukaan komunikasi dalam keluarga, khususnya melalui proses self-disclosure, menjadi salah satu faktor yang diyakini berpengaruh terhadap kemampuan remaja dalam mengelola emosi. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan teknik wawancara mendalam, observasi non-partisipan, serta studi dokumen. Subjek penelitian terdiri atas remaja berusia 12–24 tahun yang belum menikah dan orang tua sebagai bagian dari keluarga inti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa self-disclosure remaja berlangsung melalui beberapa indikator, yaitu ketepatan, motivasi, waktu, keintensifan, dan kedalaman serta keluasan topik. Komunikasi yang terbuka, empatik, dan disampaikan pada waktu yang tepat terbukti membantu remaja mengekspresikan emosi, mendapatkan dukungan emosional, serta membangun rasa percaya. Kesimpulannya, komunikasi keluarga memiliki peran signifikan sebagai ruang regulasi emosional, dan kualitas keterbukaan antara orang tua dan anak berkontribusi pada terciptanya keseimbangan emosional remaja di lingkungan urban. Temuan ini menegaskan pentingnya pola komunikasi yang hangat dan responsif dalam kehidupan keluarga modern.
Copyrights © 2025