Pada masa remaja, terutama di jenjang sekolah menengah atas (SMA), terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan yang cepat sehingga diperlukan asupan gizi yang seimbang. Pada periode ini, remaja mulai memiliki kebebasan dalam menentukan pilihan makanan, termasuk kebiasaan membeli jajanan di luar rumah. Selain itu, besarnya uang saku yang diterima siswa juga berperan dalam memengaruhi status gizi, karena jumlah uang saku dapat memengaruhi jenis serta frekuensi makanan yang dikonsumsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis hubungan antara kebiasaan jajan dan jumlah uang saku dengan status gizi siswa SMA di Banjarsari, Surakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain crosssectional. Sebanyak 154 responden dipilih secara purposive sampling dengan kriteria inklusi yaitu siswa aktif dan bersedia menjadi subjek penelitian. Data dikumpulkan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan untuk menentukan IMT/U, menggunakan kuesioner kebiasaan jajan, hubungan kebiasaan jajan dan jumlah uang saku dengan status gizi dianalisis menggunakan uji Chi-Square.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa 64,3% siswa memiliki status gizi normal, 59,1% kebiasaan jajan siswa berada dalam kategori sedang. Analisis statistik menunjukkan adanya hubungan kebiasaan jajan dengan status gizi dengan nilai p = 0,007. Namun, pada jumlah uang saku dengan status gizi tidak terdapat hubungan dengan nilai p = 0,189. Terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan jajan dengan status gizi siswa SMA di Banjarsari, Surakarta. Sedangkan pada uang saku dengan status gizi tidak memiliki hubungan signifikan secara langsung menunjukkan bahwa uang saku bukan satu-satunya penentu status gizi.
Copyrights © 2025