Bawal : Widya Riset Perikanan Tangkap
Vol 4, No 3 (2012): (Desember 2012)

ASPEK BIOLOGI DAN FLUKTUASI HASIL TANGKAPAN CUCUT TIKUSAN, (ALOPIAS PELAGICUS) DI SAMUDERA HINDIA

Dharmadi Dharmadi (Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumberdaya Ikan)
Fahmi Fahmi (Pusat Penelitian Oseanologi-LIPI)
Setya Triharyuni (Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumberdaya Ikan)



Article Info

Publish Date
21 Mar 2016

Abstract

Cucut tikusan (Alopias pelagicus) merupakan salah satu spesies cucut yang habitatnya di perairan oseanik dan umumnya sering tertangkap dengan jaring insang tuna yang beroperasi di perairan Samudera Hindia. Penelitian ini dilakukan pada April 2002 sampai Desember 2007 di tempat pendaratan ikan Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan pengamatan langsung di lapangan dan pengumpulan data melalui enumerator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara panjang total dengan panjang klasper bersifat logaritmik (R2 = 0,8694) dan berbeda nyata (P < 0,05). Hubungan antara panjang total dan panjang standar baik jantan dan betina bersifat linier masing-masing dengan nilai ( R2= 0,9803, dan R2=  0,9423). Frekuensi panjang terendah pada cucut tikusan jantan antara 150-170 cm (kelompok muda) dan antara 291-310 cm (kelompok dewasa). Frekuensi tertinggi terdapat pada ukuran antara 231-250 cm dan antara 251-270 cm. Pada cucut tikusan betina, frekuensi panjang terendah adalah 200-220 cm (kelompok muda) dan antara 321-340 cm (kelompok dewasa), dan tertinggi antara   261-280 cm.  Sedangkan rasio kelamin jantan dan betina cucut tikusan mendekati 1:1 (51% : 49%). Hasil tangkapan cucut tikusan selama enam tahun mengalami penurunan sebesar 34,9 %. Ada indikasi terjadi penurunan kelimpahan cucut tikusan di perairan Samudera Hindia. Pelagic thresher shark (Alopias pelagicus) is one of shark species that habitat in oceanic waters and are generally caught with gill nets of tuna fishing gear that operates in the Indian Ocean. This research was conducted in April 2002 until December 2007 at Cilacap fish landings. Research methodology with direct observation and data collection by enumerators. The results showed that the relationship between the total length and the clasper  length was logaritmic (R2 = 0,8694) and significant different (P<0,05). Relationship between the total length and the precaudal length of both male and female were linier (R2= 0,9803, dan R2=  0, 9423) respectively. Length frequency of male Alopias pelagicus was lowest between 150-170 cm total length (young group) and between 291-310 cm total length (adult group). The highest frequency contained in the size between 231-250 cm and between 251-270 cm. The lowest frequency of female Alopias pelagicus was 200-220 cm total length (young group) and between 321-340 cm total length (adult group), and the highest between 261-280 cm total length. While the sex ratio of male and female Alopias pelagicus aproximately 1: 1 (51%: 49%). The catches of species within six years decreased by 34.9%, this indicated that the abundance of Alopias pelagicus was decline in the Indian Ocean.

Copyrights © 2012






Journal Info

Abbrev

bawal

Publisher

Subject

Agriculture, Biological Sciences & Forestry Biochemistry, Genetics & Molecular Biology

Description

Bawal Widya Riset Perikanan Tangkap dipublikasikan oleh Pusat Riset Perikanan yang memiliki p-ISSN 1907-8226; e-ISSN 2502-6410 dengan Nomor Akreditasi RISTEKDIKTI: 21/E/KPT/2018, 9 Juli 2018. Terbit pertama kali tahun 2006 dengan frekuensi penerbitan tiga kali dalam setahun, yaitu pada bulan April, ...