Dharmadi Dharmadi
Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumberdaya Ikan

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

ASPEK BIOLOGI DAN FLUKTUASI HASIL TANGKAPAN CUCUT TIKUSAN, (ALOPIAS PELAGICUS) DI SAMUDERA HINDIA Dharmadi Dharmadi; Fahmi Fahmi; Setya Triharyuni
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 4, No 3 (2012): (Desember 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (314.835 KB) | DOI: 10.15578/bawal.4.3.2012.131-139

Abstract

Cucut tikusan (Alopias pelagicus) merupakan salah satu spesies cucut yang habitatnya di perairan oseanik dan umumnya sering tertangkap dengan jaring insang tuna yang beroperasi di perairan Samudera Hindia. Penelitian ini dilakukan pada April 2002 sampai Desember 2007 di tempat pendaratan ikan Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan pengamatan langsung di lapangan dan pengumpulan data melalui enumerator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara panjang total dengan panjang klasper bersifat logaritmik (R2 = 0,8694) dan berbeda nyata (P < 0,05). Hubungan antara panjang total dan panjang standar baik jantan dan betina bersifat linier masing-masing dengan nilai ( R2= 0,9803, dan R2=  0,9423). Frekuensi panjang terendah pada cucut tikusan jantan antara 150-170 cm (kelompok muda) dan antara 291-310 cm (kelompok dewasa). Frekuensi tertinggi terdapat pada ukuran antara 231-250 cm dan antara 251-270 cm. Pada cucut tikusan betina, frekuensi panjang terendah adalah 200-220 cm (kelompok muda) dan antara 321-340 cm (kelompok dewasa), dan tertinggi antara   261-280 cm.  Sedangkan rasio kelamin jantan dan betina cucut tikusan mendekati 1:1 (51% : 49%). Hasil tangkapan cucut tikusan selama enam tahun mengalami penurunan sebesar 34,9 %. Ada indikasi terjadi penurunan kelimpahan cucut tikusan di perairan Samudera Hindia. Pelagic thresher shark (Alopias pelagicus) is one of shark species that habitat in oceanic waters and are generally caught with gill nets of tuna fishing gear that operates in the Indian Ocean. This research was conducted in April 2002 until December 2007 at Cilacap fish landings. Research methodology with direct observation and data collection by enumerators. The results showed that the relationship between the total length and the clasper  length was logaritmic (R2 = 0,8694) and significant different (P<0,05). Relationship between the total length and the precaudal length of both male and female were linier (R2= 0,9803, dan R2=  0, 9423) respectively. Length frequency of male Alopias pelagicus was lowest between 150-170 cm total length (young group) and between 291-310 cm total length (adult group). The highest frequency contained in the size between 231-250 cm and between 251-270 cm. The lowest frequency of female Alopias pelagicus was 200-220 cm total length (young group) and between 321-340 cm total length (adult group), and the highest between 261-280 cm total length. While the sex ratio of male and female Alopias pelagicus aproximately 1: 1 (51%: 49%). The catches of species within six years decreased by 34.9%, this indicated that the abundance of Alopias pelagicus was decline in the Indian Ocean.
KEMUNCULAN DAN TINGKAH LAKU PESUT (Orcaella brevirostris (Owen in Gray 1866) SEBAGAIMAMALIATERANCAMLANGKA DI PERAIRANKUBU RAYADANKAYONGUTARAKALIMANTAN BARAT Regi Fiji Anggawangsa; Dharmadi Dharmadi; Nunik Sulistyowati
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 6, No 2 (2014): (Agustus 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (256.188 KB) | DOI: 10.15578/bawal.6.2.2014.63-68

Abstract

Pesut atau Irrawaddy dolphin (Orcaella brevirostris) merupakan salah satu spesies mamalia air yang populasinya semakin terancam. Sedikitnya informasi keberadaan pesut di Kalimantan Barat, menyebabkan upaya konservasi dan pengelolaannya belum optimal. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan dan tingkah laku pesut yang terdapat di perairan Kubu Raya dan Kayong Utara, Kalimantan Barat. Kegiatan pengamatan menggunakan metode jelajah dengan bantuan teropong binokuler dilaksanakan pada bulan April2013. Selama pengamatan hanya diketahui terdapat satu kelompok pesut sebanyak 4-6 individu yang terdiri dari pesut muda dan dewasa. Kelompokan itu dijumpai di muara Sungai Bumbun pada kedalamanan perairan 11 meter. Tingkah laku yang teramati menunjukkan gerombolan pesut umumnya memburu kelompokan ikan dan sesekali menyemburkan air dari blowhole nya. Berdasarkan ciri-ciri morfologi dan tingkah laku yang teramati serta kondisi lingkungan perairan setempat maka perairan di Kabupaten Kubu Raya dan Kabupaten Kayong Utara yang terletak di Provinsi Kalimantan Barat diduga merupakan perairan yang potensial sebagai habitat pesut (Orcaella brevirostris).Irrawaddy dolphins (Orcaella brevirostris (Owen in Gray 1866)) is one of aquatic mammals species who populations are increasingly threatened. The lack information about population of Irrawaddy dolphins in West Kalimantan waters makes the conservation of this species and its management were still not optimized yet. This research aims to identify the characteristics and behavior of dolphins found in Kubu Raya and Kayong Utara waters of West Kalimantan. The observation was held on April 2013, exploring coastal waters and estuaries which are expected to be the habitats of Irrawaddy dolphins using binoculars. There are 4-6 individuals of Irrawaddy dolphin found at the mouth of Bumbun River. A group consist of young and adults dolphins at the depth of 11 meters. The observed behavior is chasing schooling fish and occasionally spitting water from his blowhole. Based on morphological character and fish behavior observed, and environmental condition parameters, indicated that the water surrounding of Kubu Raya and Kayong Utara District were potential habitat for Irrawaddy dolphins.
ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN CUCUT KACANGAN (Hemitriakis indroyonoi ) DI SAMUDERA HINDIA Ria Faizah; Umi Chodrijah; Dharmadi Dharmadi
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 4, No 3 (2012): (Desember 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (345.957 KB) | DOI: 10.15578/bawal.4.3.2012.141-147

Abstract

Cucut kacangan (Hemitriakis indroyonoi) merupakan spesies endemik di Indonesia yang tertangkap di perairan selatan Bali dan Lombok. Penelitian tentang ukuran dan biologi reproduksi cucut kacangan dilakukan di dua lokasi pendaratan ikan, yaitu Kedonganan, Bali dan di Tanjung Luar, Lombok Timur pada bulan Maret 2010-Januari 2011. Pengamatan meliputi panjang tubuh, nisbah kelamin serta panjang klasper yang dilakukan dengan pengukuran dan pengamatan langsung secara visual di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan kisaran panjang total untuk cucut kacangan terdistribusi pada ukuran antara 54-111 cm TL dengan panjang rata-rata 83,07 cm TL. Cucut kacangan memiliki dua kelompok umur dengan  modus,  yaitu 75 cm dan 100 cm kisaran panjang masing-masing adalah 60-85 cm dan 90-110 cm. Hubungan panjang berat cucut kacangan mengikuti persamaan W=0,001x FL3,209 ( r = 0,965; n=39) untuk jenis betina dan  W=0,012x FL2,664 ( r = 0,90; n=47) untuk jenis jantan. Terdapat dua kondisi klasper yaitu kondisi belum mengandung zat kapur dengan ukuran panjang antara 54-87 cm (n= 33 ekor) dan kondisi penuh dengan zat kapur dengan ukuran antara 82-105 cm (n=27 ekor).Perbandingan kelamin cucut kacangan  antara betina dan jantan adalah 1:1,11 (52,6: 47,4%). Indonesian houndshark  (Hemitriakis indroyonoi) is an endemic species of Indonesia caught in the southern Bali and Lombok waters (Indian Ocean). The research that aimed to obtain information on the size distribution and reproductive biology of Indonesian houndshark was conducted  in landing site of Kedonganan, Bali and Tanjung Luar, Lombok Timur from March 2010 to January 2011. Body length, sex ratio and clasper length were visually observed and directly measured in the field. Results showed that length distribution of Indonesian houndshark ranged between  54-111 cm with an average total length (TL) 83.1 cm. The Indonesian houndshark  at least have two cohort  with the modus  of 75 cm TL and 100 cm TL, length class between 60-85 cm TL  and  90-110 cm TL . There are two clasper conditions i.e. non calcification with TL of  54-87 cm TL (n = 33) and full calcification with TL  of 82-105 cm (n = 27). Length weight relationship for female and male are   W = 0.001 x FL 3, 209 (R2 = 0.965, N = 39) and W = 0.012 x FL2, 664 (R2 = 0.90, N = 47), respectively. Sex ratio between female and  male was 1:1,11 (47.4:52.6%).