Setya Triharyuni
Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumberdaya Ikan

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

MODEL PRODUKSI DAN LAJU TANGKAP KAPAL BOUKE AMI YANG BERBASIS DI PPN KEJAWANAN, CIREBON JAWA BARAT Setya Triharyuni; Wijopriono Wijopriono; Andhika Prima Prasetyo; Reny Puspasari
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 18, No 3 (2012): (September 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (769.287 KB) | DOI: 10.15578/jppi.18.3.2012.135-143

Abstract

Jaring bouke ami merupakan alat tangkap yang diklasifikasikan sebagai jaring angkat (lift Net) dengan target tangkapan cumi-cumi. Cirebon merupakan salah satu tempat pendaratan ikan yang didominasi kapal bouke ami. Penelitian model produksi dan laju tangkap kapal bouke ami yang berbasis di PPN Kejawanan Cirebon dilakukan pada bulan Juni dan Agustus 2011. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hasil tangkapan, model dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan serta laju tangkap kapal bouke ami. Analisis model produksi yang digunakan adalah model Cobb Douglas. Data yang dikumpulkan meliputi data spesifikasi kapal, produksi per jenis ikan, jumlah kapal dan total tangkapan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil tangkapan utama dari jaring bouke ami adalah cumi-cumi, dengan komposisi hasil tangkapan rata-rata sebesar 60,51% dari total hasil tangkapan. Analisis model produksi menunjukkan bahwa variable ukuran kapal (GT) berpengaruh secara signifikan (P<0,1) terhadap hasil tangkapan dengan persamaan  (Fhitung = 2,111> F tabel=2,073) dan nilai  koefisien determinasi  (R2)  sebesar  0,53. Rata-rata laju tangkap jaring bouke ami tahun 2006-2010 adalah sebesar 6,72 ton/trip dengan laju tangkap cumi-cumi sebesar 3.907,5 kg/trip  atau sebesar 58,5% dari total laju tangkap. Stick held dip net, classified as lift net is one of fishing gears used to catch squid as target species. Cirebon is one of fishing port for stick held dip net. The number of stick held dip net landed at Kejawanan Fishing Port is dominant. A study aimed to reveal information about catch, production factors that affecting the catch and  catch  rate  of  stick held dip net has been conducted in June and August 2011. Vessel specification, production by species and the number of vessel data were collected. Production model of the stick held dip net was analysed using Cobb Douglas model. The results showed that catch composition was dominated by squids with an average catch of squid reached up to 60,51% of the total catch. The model production showed that the variable size of the vessel (GT) was significantly affected the catch (P <0,1) following the equation   (F value=2,111> F table =2,073, R2=0,53. An average catch rate of stick held dip net in the period 2006-2010 was 6,72 ton/trip with an average catch rate of squid was 3.907,5 kg/trip or 58,5% from the total catch rate. 
HUBUNGAN PANJANG BERAT, TINGKAT EKSPLOITASI DAN FLUKTUASI HASIL TANGKAPAN ALBAKORA (Thunnus alalunga, Bonnaterre) DI SAMUDERA HINDIA Setya Triharyuni; Priyo Suharsono Sulaiman; Joko Rianto
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 18, No 1 (2012): (Maret 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (198.177 KB) | DOI: 10.15578/jppi.18.1.2012.35-41

Abstract

Albakora (Thunnus alalunga, Bonnaterre) merupakan salah satu jenis tuna yang ditangkap oleh nelayan dengan menggunakan pancing rawai dan jaring insang hanyut. Produksi Albakora yang didaratkan di Cilacap cenderung mengalami peningkatan sejak tahun 2002-2010, namun pada tahun 2004, 2007, dan 2009 mengalami penurunan. Penelitian sumberdaya albakora di Samudera Hindia telah dilakukan dengan tujuan untuk menentukan hubungan panjang dan berat, ukuran rata-rata tertangkap, tingkat eksploitasi albakora dan fluktuasi hasil tangkapan. Data yang digunakan adalah data sampling enumerator hasil tangkapan rawai tuna dan data statistik  perikanan PPS Cilacap tahun 2002-2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan panjang dan berat bersifat isometric dengan persamaan W= 3.10-6L3.42, ukuran rata-rata tertangkap ikan albakora adalah 99.7 cm, ukuran ini lebih besar dari setengah panjang infinitifnya (L∞). Tingkat eksploitasi albakora berdasarkan data tahun 2002-2010 telah berada pada taraf lebih langkap (Over fishing). Hasil tangkapan albakora yang didaratkan di PPS Cilacap pada bulan April-Mei lebih tinggi dibandingkan pada bulan November-Desember.Albacore (Thunnus alalunga, Bonnaterre) is one of tuna species caught using longline and drift gill nets. Albacore production landed in Cilacap fishing port generally tend to increase from the year 2002 to 2010, except in years 2004, 2007, and 2009. The research on albacore resource in the Indian Ocean was conducted,   to investigate the length weight relationship, average size of fish caught, exploitation rate and catch fluctuation of albacore. Length and weight of albacore was analyzed using data from tuna longline catch and fishery statistic data from Cilacap fishing port in 2002-2010. The results showed that length and weight relation of albacore was isometric following the formula W= 3.10-6L3.42, the average length was 99.7cm higher than length infinitif (L∞). Based on production and effort of albacore (2002-2010), the albacore resourcss was at the level of over exploited. The albacore caught in April-May was higher than in November-December.
MODEL PRODUKSI JARING ARAD DI PANTAI UTARA JAWA YANG BERBASIS DI PEKALONGAN Setya Triharyuni; Ignatius Tri Hargiyatno
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 18, No 4 (2012): (Desember 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (160.361 KB) | DOI: 10.15578/jppi.18.4.2012.213-219

Abstract

Arad merupakan alat tangkap aktif yang pengoperasiannya ditarik untuk menyapu dasar perairan.  Hasil tangkapan arad akan berbeda-beda karena dipengaruhi  oleh variabel  produksi  yang  berbeda  dan  dalam  jumlah  yang  berbeda pula. Variabel produksi yang dianggap mempengaruhi hasil tangkapan arad antara lain kekuatan mesin (PK), ukuran kapal (GT), panjang tali ris atas (head rope), panjang warp dan lama penarikan jaring (lama operasi penangkapan). Tulisan ini  bertujuan  untuk  mengetahui  variabel yang  berpengaruh dominan  terhadap  hasil  tangkapan  arad. Analisis yang digunakan adalah model produksi Cobb-Douglas. Hasil analisis menunjukkan bahwa kekuatan mesin penggerak kapal (x2), panjang headrope (x3) dan lamanya penarikan jaring (x5) berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan jaring arad mengikuti model (r2=0,71). Variabel yang paling berpengaruh dari ketiga variabel tersebut adalah kekuatan mesin (PK). Mini trawl is an active fishing gear. This gear was operated to sweep the bottom waters. The different of production factors will lead to a different number of catch. The production factors that my influence the mini trawl catch are the power of the engine (PK), size of the vessel (GT), length of head rope, length of warp and towing time.  This paper is aimed to determine the dominant variabels are influence on the mini trawl catch. The Cobb-Douglas production model was used in this paper. Results of analysis showed that the power of engine (x2), length of headrope (x3) and towing time (x5) were significantly affected on the catch, with formula (r2 = 0.71). The power of the engine (PK) was the dominant variabel.
KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN, DAERAH PENANGKAPAN DAN ELASTISITAS PRODUKSI PUKAT CINCIN TEGAL JAWA TENGAH Setya Triharyuni; Sri Turni Hartati
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 20, No 2 (2014): (Juni 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (296.335 KB) | DOI: 10.15578/jppi.20.2.2014.73-80

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Tegal pada periode April–Juli 2012. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan gambaran tentang komposisi hasil tangkapan, daerah penangkapan dan nilai elastisitas produksi pukat cincin. Pengambilan data dilakukan secara langsung dengan wawancara kepada nelayan mengenai spesifikasi kapal dan alat tangkap, lokasi penangkapan, komposisi hasil tangkap dan perbekalan kapal. Disamping itu pula dikumpulkan data hasil tangkapan berdasarkan jenis ikan dan upaya penangkapan dari TPI Pelabuhan Tegal. Analisa data dilakukan secara deskriptif, tabulasi jumlah dan komposisi hasil tangkap serta analisis model Cobb Douglas dan translog untuk mengetahui nilai elastisitas produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi hasil tangkapan pukat cincin selalu didominasi oleh ikan layang. Daerah penangkapan kapal pukat cincin Tegal selama penelitian berada di Laut Cina Selatan, L. Jawa dan S. Makasar-L. Flores. Hasil tangkapan total terbanyak berasal dari S. Makasar-L.. Flores akan tetapi rata-rata hasil tangkapan per trip terbanyak berasal dari L. Jawa. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemilihan terhadap ketiga lokasi penangkapan ini tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap hasil tangkapan yang diperoleh. Hasil uji F menunjukkan bahwa analisis model Cob Douglas dapat digunakan untuk menggambarkan hubungan antara hasil tangkapan pukat cincin dengan variabel bebasnya, sedangkan model translog tidak bisa digunakan. Dari model Cob Douglas ini dihasilkan bahwa produksi kapal pukat cincin Tegal hanya dipengaruhi oleh besarnya ukuran kapal/GT dengan nilai elastisitas sebesar 0,265 dengan persamaan matematis ln Y=2,994+0,265lnX_1.Research was done in Tegal during April-July 2012. The purpose of this research is to determine the catch composition, fishing ground and productivity elasticity of purse seine. Data of vessel and fishing gear specification, fishing ground, catch composition and vessel logistic were recorded by fisherman. Data of catch by species and effort were collected from Tegal fishing port. Tabulation and discriptif analysis were done to get the catch composition by species and by fishing ground. Analysis Cob Douglas and translog models were used to obtain production elasticity. The study shows that the catch composition by species was dominated by scad (Decapterus spp.). Fishing grounds of Tegal purse seine are South China Sea, Java sea and Makassar bay-Flores Sea. The highest of total catch and vessel visited were in Makassar bay-Flores Sea, but the highest of average catch per trip was in Java Sea. Results of analysis of variance shows that the selection of the three fishing grounds did not give a significant effect on the catch obtained. Result of F test at Cob Douglas and translog model show that the Cob Douglas model may be used to describe the relationship of catch and production factors in Purse seine. The production factor that affected the catch was vessel size/GT with production elasticity 0,265 with an equation of ln Y=2,994+0,265lnX_1.
MODEL PENDUGAAN PRODUKTIVITAS PERIKANAN PUKAT CINCIN DI LAUT JAWA Andhika Prima Prasetyo; Hanggar Prasetio Kadarisman; Setya Triharyuni; Puput Fitri Rachmawati; Suwarso Suwarso; Andria Ansari Utama
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 18, No 3 (2012): (September 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (230.361 KB) | DOI: 10.15578/jppi.18.3.2012.187-195

Abstract

Produktivitas perikanan dipengaruhi banyak faktor, salah satu faktor adalah upaya dan lingkungan yang meliputi suhu permukaan laut (SPL), ketinggian permukaan laut (KPL), klorofil-a, angin, arus, SOI, DMI dan curah hujan. Faktor-faktor tersebut terlebih dahulu diuji multikolinearitas kemudian dianalisis komponen utama untuk mereduksi faktor. Selanjutnya faktor terpilih menjadi masukan bagi jaringan syaraf tiruan (JST) dengan bantuan Forecaster XL. Data yang digunakan merupakan data runtun waktu bulanan selama 16 tahun (1996 - 2011) untuk menyusun model pendugaan dan memvalidasi produktivitas pukat cincin pada tahun 2011. Hasil analisis menunjukkan 9 faktor yang diduga berpengaruh bersifat saling bebas, dan kemudian disederhanakan menjadi 4 faktor dengan PCA. Hasil training data dengan JST diperoleh koefisien pendugaan produktivitas terbaik, dengan nilai korelasi (r) dan Root Mean Square Error (RMSE) berturut-turut sebesar 78.03% dan 48.93%. Fisheries productivity are effected by many factor, such as effort and environment factors; including SST, SSH, chlorophyll-a, wind, current, SOI, DMI and rainfall. That factors are tested by multicolinearity analysis and principle component analysis (PCA) first, to reduce factors. Furthermore, simplified factors will entered to Forcaster XL for artificial neural network (ANN) analysis. This analysis was used monthly time series for 16 years (1996-2011), as a prediction target is purse seine productivity in 2011 and will validated by actual values. Results show that 9 factors were independently (no multicolinearity), furthermore that factors was simplified to 4 factors using PCA. ANN training resulted the best fit coefficient to predict productivity which have correlation value (r) and Root Mean Square Error (RMSE) 78.03% and 48.93% respectively.
PRODUKSI DAN MUSIM PENANGKAPAN CUMI-CUMI (Loligo spp.) DI PERAIRAN REMBANG (JAWA TENGAH) Setya Triharyuni; Reny Puspasari
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 18, No 2 (2012): (Juni) 2012
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (628.537 KB) | DOI: 10.15578/jppi.18.2.2012.77-83

Abstract

Penelitian ini dilakukan pada bulan April dan Oktober 2011 dengan tujuan untuk mendeskripsikan perikanan cumi-cumi (Loligo spp.) yang meliputi produksi, musim penangkapan dan komposisi jenis cumi-cumi. Data yang dihimpun meliputi data produksi perjenis hasil tangkapan dan trip penangkapan kapal pukat cincin tahun 1996-2011. Data dianalisis menggunakan analisis runtun waktu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi cumi-cumi di Rembang tahun 2005-2009 sebesar 27,36% dari produksi Jawa Tengah dan hanya sekitar 2,91% dari produksi di perairan utara Jawa. Selama periode 1996-2011, produksi tahun 2002 merupakan produksi tertinggi dan produksi tahun 1996 merupakan produksi terendah, sedangkan rata-rata produksi bulanan, tertinggi pada bulan Juni dan produksi terendah pada bulan Januari-Februari. Musim penangkapan cumi-cumi di Rembang terjadi pada bulan Maret sampai Mei, dan November. Jenis cumi-cumi yang didaratkan di Rembang adalah jenis Loligo chinensis, Loligo singhalensis, Loligo edulis dan Loligo duvaucelli, dimana L. duvaucelli merupakan jenis yang paling dominan.The research was conducted in April and October 2011, to investigate the production, fishing seasons and composition of squids (Loligo spp). Data of production by effort (trip) and species composition of purse seine was collected. The data were analyzed using time series analysis. The results showed that the squid production in Rembang was 27.36% of the total production in Central Java and was 2,91% of production in the northern waters of Java (2005-2009). During the period of 1996-2011, the highest squids production occurred in 2002 and the lowest production occurred in 1996. The average monthly production of the squids was highest in June and was lowest in January- February. The Squid fishing season occurs in March-May, and November. There were four species of squids in the catch i,e. Loligo chinensis, Loligo singhalensis, Loligo edulis and Loligo duvaucelli. Among them L. duvaucelli is the dominant species.
EVALUASI POTENSI IKAN LAYANG (Decapterus spp.) DI WPP 712– LAUT JAWA Setya Triharyuni; Sri Turni Hartati; Duto Nugroho
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 20, No 3 (2014): (September 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (354.764 KB) | DOI: 10.15578/jppi.20.3.2014.143-152

Abstract

Dalam rangka menjaga pelestarian sumberdaya ikan di kawasan perairan tertentu, maka tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan tersebut harus seimbang dengan potensi produksinya. Ikan layang (Decapterus spp.) merupakan hasil tangkapan dominan mencapai 60% dari total tangkapan perikanan pukat cincin yang beroperasi di Laut Jawa. Tujuan kajian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian beberapa model produksi surplus pada dinamika perikanan layang di Laut Jawa (WPP-712) dengan menggunakan pendekatan lima model produksi, yaitu model Schaefer, Fox, Walter & Hilborn, Clarke Yoshimoto Pooley (CYP) dan Schnute. Model produksi yang sesuai digunakan untuk estimasi tangkapan maksimum lestari (MSY) dan upaya optimum (Fopt) serta parameter pertumbuhan stok ikan layang. Data yang digunakan adalah data hasil tangkapan ikan layang dan jumlah trip penangkapan kapal pukat cincin yang berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Tegal, Pekalongan, Juana dan Rembang yang beroperasi di Laut Jawa selama periode 2004-2012. Ketepatan model dianalisis dengan membandingkan tanda regresi, uji F, uji t dan nilai konstanta determinasi. Hasil kajian menunjukkan bahwa pendekatan model Fox merupakan model yang paling tepat dengan estimasi MSY sebesar 24.447 ton dan upaya penangkapan sebesar 5.784 trip/tahun setara pukat cincin. Berdasarkan model Fox juga diperoleh nilai parameter pertumbuhan stok ikan layang, yaitu nilai pertumbuhan intrinsik (r) sebesar 0,7172, koefisien penangkapan (q) sebesar 5,075 x 10-5 dan daya dukung lingkungan perairan (K) sebesar 48.072 ton. Perikanan layang di Laut Jawa telah berada pada kondisi lebih tangkap sehingga intervensi pengelolaan, yaitu pengurangan intensitas upaya penangkapan ke titik optimal atau pengaturan hasil tangkapan di bawah tangkapan lestari untuk menjamin keberlanjutannya perlu dilakukan. The general principle to sustain fish resources in a certain area is the exploitation level should not exceed its carrying capacity. Round scads (Depcaterus spp.) are dominant catch; reach up 60% of the total catch of purse seine in the Java Sea. The objectives of study are to investigate the best fits of surplus production model i.e., Schaefer, Fox, Walter & Hilborn, Clarke Yoshimoto Pooley (CYP) and Schnute and to estimate the fish stocks parameters through surplus production model of the round scads fisheries in the Java Sea. Data on the number of trips and catch of round scads of purse seiner operated in FMA 712 (Java Sea) which were landed in Tegal, Pekalongan, Juana and Rembang during the period of 2004-2012 were analysed. The best fits model was determined by comparing to the sign of regression, F test, t test and determination value. The results showed that Fox model was the best fits models with estimated maximum sustainable yield of 24.447 ton and fishing effort of 5.784 trip/year for round scads fisheries. The estimate intrinsic growth (r) was 0.7172, catch ability coefficient (q) was 5,075 x 10-5 and environmental carrying capacity (K) was 48.072 ton. The round scads fisheries in the Java Sea indicated over-exploited and need to be managed properly by reducing fishing effort and decreasing the total catch to be under the maximum sustainable yield. 
ASPEK BIOLOGI DAN FLUKTUASI HASIL TANGKAPAN CUCUT TIKUSAN, (ALOPIAS PELAGICUS) DI SAMUDERA HINDIA Dharmadi Dharmadi; Fahmi Fahmi; Setya Triharyuni
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 4, No 3 (2012): (Desember 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (314.835 KB) | DOI: 10.15578/bawal.4.3.2012.131-139

Abstract

Cucut tikusan (Alopias pelagicus) merupakan salah satu spesies cucut yang habitatnya di perairan oseanik dan umumnya sering tertangkap dengan jaring insang tuna yang beroperasi di perairan Samudera Hindia. Penelitian ini dilakukan pada April 2002 sampai Desember 2007 di tempat pendaratan ikan Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan pengamatan langsung di lapangan dan pengumpulan data melalui enumerator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara panjang total dengan panjang klasper bersifat logaritmik (R2 = 0,8694) dan berbeda nyata (P < 0,05). Hubungan antara panjang total dan panjang standar baik jantan dan betina bersifat linier masing-masing dengan nilai ( R2= 0,9803, dan R2=  0,9423). Frekuensi panjang terendah pada cucut tikusan jantan antara 150-170 cm (kelompok muda) dan antara 291-310 cm (kelompok dewasa). Frekuensi tertinggi terdapat pada ukuran antara 231-250 cm dan antara 251-270 cm. Pada cucut tikusan betina, frekuensi panjang terendah adalah 200-220 cm (kelompok muda) dan antara 321-340 cm (kelompok dewasa), dan tertinggi antara   261-280 cm.  Sedangkan rasio kelamin jantan dan betina cucut tikusan mendekati 1:1 (51% : 49%). Hasil tangkapan cucut tikusan selama enam tahun mengalami penurunan sebesar 34,9 %. Ada indikasi terjadi penurunan kelimpahan cucut tikusan di perairan Samudera Hindia. Pelagic thresher shark (Alopias pelagicus) is one of shark species that habitat in oceanic waters and are generally caught with gill nets of tuna fishing gear that operates in the Indian Ocean. This research was conducted in April 2002 until December 2007 at Cilacap fish landings. Research methodology with direct observation and data collection by enumerators. The results showed that the relationship between the total length and the clasper  length was logaritmic (R2 = 0,8694) and significant different (P<0,05). Relationship between the total length and the precaudal length of both male and female were linier (R2= 0,9803, dan R2=  0, 9423) respectively. Length frequency of male Alopias pelagicus was lowest between 150-170 cm total length (young group) and between 291-310 cm total length (adult group). The highest frequency contained in the size between 231-250 cm and between 251-270 cm. The lowest frequency of female Alopias pelagicus was 200-220 cm total length (young group) and between 321-340 cm total length (adult group), and the highest between 261-280 cm total length. While the sex ratio of male and female Alopias pelagicus aproximately 1: 1 (51%: 49%). The catches of species within six years decreased by 34.9%, this indicated that the abundance of Alopias pelagicus was decline in the Indian Ocean.