Articles 
                10 Documents
            
            
                            
                
                    Search results for 
                     
                     
                     
                    , issue 
"Vol. 1 No. 2 (2000): December 2000" 
                    
                    : 
10 Documents 
                    
clear       
                 
                        
            
                                                        
                        
                            POLA HUJAN RATA-RATA BULANAN WILAYAH INDONESIA; TINJAUAN HASIL KONTUR DATA PENAKAR DENGAN RESOLUSI ECHAM T -42 
                        
                        Edvin Aldrian                        
                         Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 1 No. 2 (2000): December 2000 
                        
                        Publisher : BPPT 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.29122/jstmc.v1i2.2124                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Kajian temporal dari sifat iklim Indonesia berdasarkan pola curah hujan rata-rata bulanan telah dilakukan dengan mengacu pada beberapa parameter ECMWF seperti angin 850 mb, OLR dan suhu permukaan. Parameter ECMWF tersebut dapat menjelaskan hampir semua pola kecuali daerah yang terdapat pola gangguan lokal. Dengan kajian temporal ini, penulis menemukan ITCZ, daerah siklon di utara Australia dan aktivitas monsun yang dominan pada beberapa bulan. Hasil lainnya menunjukkan adanya perioda transisi pada bulan April dan Oktober yang dapat dimengerti dari pola angin 850 mb dan suhu permukaan. Juga dijelaskan bahwa puncak hujan tahunan di Bali ke Timor lebih banyak dipengaruhi oleh siklon tropis di utara Australia daripada monsun Asia.Temporal assesment of Indonesian climate characteristic based on monthly rainfall pattern was done with several ECMWF (European Center for Medium Range Weather Forecast) parameters; i.e. wind field of 850 mb, Outgoing Longwave Radiation (OLR) and surface temperature. Those ECMWF parameters could explain almost all rainfall pattern with some exceptional areas which are due to their local disturbances. With this temporal assesment, the author found Inter Tropical Continental Zone (ITCZ), cyclonic area in north of Australia and monsoon activities which are dominant in some specific months. One results of this research shows transitional period existence in April and October which are fully understood by analysis of 850 mb wind and surface temperature. It is also explained that peak of rainfall pattern in Bali - Timor area are much characterized by tropical cyclones in north of Australia rather than by Asian monsoon.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            HUBUNGAN ANTARA ANOMALI SUHU PERMUKAAN LAUT DENGAN CURAH HUJAN DI JAWA 
                        
                        Erwin Mulyana                        
                         Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 1 No. 2 (2000): December 2000 
                        
                        Publisher : BPPT 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.29122/jstmc.v1i2.2125                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Perubahan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik (ENSO) sangat berpengaruhterhadap curah hujan hampir di seluruh belahan dunia termasuk Indonesia. Dari analisadata curah hujan di Jawa tahun 1961-1993 dengan anomali suhu permukaan laut disekitar Indonesia menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif di bagian timur dan sentral Samudera Pasifik bagian equator dan Samudera Hindia sekitar 10 LS;80 BT,sedangkan di Laut Flores menunjukkan korelasi positif. Ketika suhu permukaan laut dibagian timur dan sentral Samudera Pasifik bagian equator serta di Samudera Hindiameningkat (anomali positif), curah hujan di Jawa mengalami penurunan. Sebaliknya ketika terjadi penurunan suhu, curah hujan di Jawa mengalami peningkatan. Sedangkan untuk Laut Flores, ketika terjadi peningkatan suhu permukaan laut (anomali positif), curah hujan di Jawa meningkat dan apabila terjadi anomali negatif, curah hujan di Jawa menurun. Korelasi yang sangat tinggi antara curah hujan di Jawa dengan anomali suhu permukaan laut di Samudera Pasifik dan Samudera Hindia terjadi pada bulan September-Nopember, Sedangkan untuk Laut Flores terjadi pada bulan Juli-September.The El Nino and Southern Oscillation is a large scale pattern of rainfall fluctuation almost in all the globe. Jawa rainfall (1961-1993) and sea surface temperature anomaly have been examined. There are significant correlation between Jawa rainfall and sea surface temperature anomaly in east and central equatorial Pacific Ocean, Indian Ocean near 10 LS;80 BT and Flores Sea .The negative correlation is found in east and central equatorial Pacific Ocean and Indian Ocean, while the positive correlation is found in Flores Sea. When the positive anomaly sea surface temperature in east and central equatorial Pacific occur, the Jawa rainfall is decreased, in the contrary if negative anomaly occurs, the Jawa rainfall increase. In Flores Sea, if the sea surface temperature is increased, the Jawa rainfall is increased, and if the sea surface temperature is decreased, the Jawa rainfall is decreased. The highest correlation between Jawa rainfall and sea surface anomaly in Pacific and Indian Ocean is in September-November season, and in the Flores Sea in July-September season.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            PEMODELAN KONDISI UDARA ATAS DENGAN BACK-PROPAGATION NEURAL NETWORK DAN PEMANFAATANNYA UNTUK PENENTUAN HARI SEMAI 
                        
                        Mahally Kudsy                        
                         Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 1 No. 2 (2000): December 2000 
                        
                        Publisher : BPPT 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.29122/jstmc.v1i2.2126                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Jaringan syaraf buatan dengan penyebaran ke belakang dipakai untuk memodelkan hubungan parameter udara atas yang dihasilkan dengan rawinsonde dengan kelayakanhari semai. Data rawinsonde dari periode 1995-1999 dari Semarang dan Bandungdipakai untuk melatih jaringan. Jaringan terdiri dari 10 buah simpul pada layer input, 40simpul pada layer tersembunyi dan 2 buah simpul pada layer output. Jumlah simpul yang optimal pada layer tersembunyi untuk memodelkan 10 parameter udara atas adalah 40 buah. Banyaknya iterasi yang optimal untuk mencapai konvergensi dengan kesalahan rata-rata kuadrat 0.05 adalah 700 kali. Jaringan yang dihasilkan dapat menghasilkan prakiraan kelayakan hari semai atau tidak dengan tingkat ketelitian yang lebih besar dari 75%.A back -propagation artificial neural network was used to model the relationship between upper-air parameters obtained by rawinsonde and the seeding day favorability. A series of data obtained from rawinsonde launched at Semarang and Bandung from 1995-1999 period was used as input or training data. The network comprised of 10, 40 and 2 simpuls located at the input, hidden and output layers respectively. The optimum number of hidden units of this network was 40. The training iteration required to reach convergence with RMS error of 0.05 was 700. The network resulted can predict the seeding favorability greater than 75% accuracy.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            KARAKTERISTIK INDEX U-3 PADA HARI-HARI DENGAN CURAH HUJAN LEBIH DARI 5mm PADA BEBERAPA DAERAH DI INDONESIA 
                        
                        Untung Haryanto                        
                         Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 1 No. 2 (2000): December 2000 
                        
                        Publisher : BPPT 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.29122/jstmc.v1i2.2127                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Telah di bangun suatu indeks U-3 dari data sounding udara yang dapat digunakan untukmemberi gambaran kondisi lingkungan atmosfer dengan rata-rata curah hujan yang besardi Indonesia. Pengujian di Riamkanan (Kalimantan Selatan), Bandung (Jawa Barat), Malang (Jawa Timur), dan Soroako (Sulawesi Selatan) menunjukkan bahwa pada hari-hari dengan rata-rata curah hujan lebih besar dari 5mm, indeks U-3 menunjukkan nilai kurang dari 71, atau 70 persen dari total banyaknya kasus yang diteliti.Base on temperature and wind provile taken from soundimg data the U-3 index have beendeveloped and used it for predict the atmospheric environment potential for cumulus development. Base on 40 sounding cases and area rainfall more than 5 mm have strongrelationship to the low value of U-3, with different range depending on geographic position of sounding point.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            KAJIAN PELUANG CURAH HUJAN BULANAN DAN PERKIRAAN HASIL TAMBAHAN AIR SEBAGAI BAHAN PERTIMBANGAN PENENTUAN WAKTU PELAKSANAAN MODIFIKASI CUACA (HUJAN BUATAN) KASUS: DAS RIAM KANAN –KALIMANTAN SELATAN 
                        
                        Sunu Tikno                        
                         Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 1 No. 2 (2000): December 2000 
                        
                        Publisher : BPPT 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.29122/jstmc.v1i2.2128                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Daerah Aliran Sungai (DAS) Riam Kanan yang terletak di Kabupaten Banjar PropinsiKalimantan Selatan pernah digunakan sebagai daerah target pelaksanaan hujan buatan (penyemaian awan) beberapa kali. Di dalam DAS tersebut terdapat satu dam yang berfungsi untuk pembangkit tenaga listrik. Suatu hal yang sering berkaitan denganketersediaan air adalah masalah distribusi hujan. Bila terjadi musim kemarau panjang atau adanya gannguan iklim, maka akan menyebabkan devisit air. Pada saat seperti ituteknologi hujan buatan dapat diterapkan sebagai salah satu teknologi alternatif untukmenjaga ketersediaan air.Untuk menentukan waktu yang tepat bagi pelaksanaan hujan buatan, telah dilakukananalisis data curah hujan histories. Dengan menggunakan pendekatan analisis peluangdistribusi normal, dapat diperkirakan jumlah curah hujan yang akan dan hasil tmbahan air. Hasil analisis menunjukan bahwa bila pelaksanaan hujan buatan bulan Nopember s.d. April akan meningkatkan tambahan air sebesar 25-50 juta m3 dengan tingkat peluang keberhasilan berkisar 98.7% - 29.8% dan untuk peningkatan sebesar 50-75 juta m3 nilai peluangnya adalah 80.2% - 11.1%Riam Kanan catchment area of Banjar District South Kalimantan Province was used as the target of cloud seeding activities several times. There are have one dam at down stream area which purposed for hydroelectric power plant. Even though Indonesia known that have enough rainfall but the case it is not evenly distributed. One time it has more than enough rainfall; another is very dry that is not enough to operate the hydroelectric power plant optimally. At this time cloud seeding activity to enhanced rainfall amount is necessary to be implemented.To determine favorable time to execute cloud seeding activity it is necessary to assessrainfall pattern by making use of the historical data and analyses them statically. Normaldistribution method was used in this analysis. The result if cloud seeding activity isimplemented in November to April will increase rainfall amount between 25 – 50 million m3 with probability value 98.7 % - 29.8 % and for increase rainfall amount between 50 – 75 million m3 with probability 80.2% – 11.1%.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            PERHITUNGAN EFISIENSI KEGIATAN HUJAN BUATAN STUDI KASUS: KEGIATAN HUJAN BUATAN DI DAS RIAMKANAN KALIMANTAN SELATAN 08 OKTOBER HINGGA 07 NOPEMBER 1999 
                        
                        F Heru Widodo                        
                         Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 1 No. 2 (2000): December 2000 
                        
                        Publisher : BPPT 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.29122/jstmc.v1i2.2129                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Teknologi Hujan Buatan sudah diterapkan di Indonesia sejak tahun 1985. Banyakpengalaman telah diperoleh untuk menyempurnakan teknologi ini, seperti dalampenggunaan bahan semai maupun pada strategi penyemaian awan. Namun demikiansetiap diadakan kegiatan hujan buatan selalu muncul pertanyaan apakah kegiatan hujan buatan dinilai cukup efisien. Untuk menilai apakah kegiatan hujan buatan cukup efisien, dapat dilakukan dengan menghitung harga air dan listrik selama kegiatan berlangsung. Pelaksanaan kegiatan hujan buatan di DAS Riam kanan Kalimantan Selatan yang berlangsung 8 Oktober hingga 7 Nopember 1999, memberikan hasil yang cukup efisien jika dihitung dari harga air dan listrik selama kegiatan. Besarnya nilai keuntungan PLN Wilayah VI mencapai sebesar Rp. 169.796.860. Nilai keuntungan ini belum termasuk keuntungan ekonomis yang lain seperti: tambahan cadangan air tanah di daerah hulu, menyuburkan hutan dan tanaman karena adanya hujan, mengisi cadangan air di bendung-bendung kecil yang ada di hulu sungai.Weather Modification Technology has been used in Indonesia since 1985. Variousexperiences gained to refine this technology, for example, the use of seeding materialand cloud seeding strategy. Nevertheless, on every activity of weather modification, there is always the question “Is this weather modification activity efficient enough?.†Toevaluate the efficiency of a weather modification activity, one may calculate the prices of water and electricity during a weather modification activity. The activity of weather modification at Riam Kanan Watershed, South Kalimantan, for the months of October 8 until November 7 1999, yield a result that is quite efficient when calculated from prices of water and electricity during the activity. The profit value from PLN sector VI during this activity was Rp. 169.796.860. This profit value does not include other economic profits like the addition of ground water reserve on the upstream, fertilization of forest and plant, addition of water reserve in small dams on the upstream.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            MEAN WIND AND POTENTIAL TEMPERATURE PROFILES IN THE ATMOSPHERIC SURFACE LAYER: FURTHER INVESTIGATIONS 
                        
                        Edi Santoso                        
                         Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 1 No. 2 (2000): December 2000 
                        
                        Publisher : BPPT 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.29122/jstmc.v1i2.2130                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
The surface layer theory will be presented. Monin – Obukhov similarity theory has played a leading role in most attempts to interpret experimental data on surface layer turbulence. It will also be showed how investigators have modified it for convective conditions. It presents methods for coupling surface layer profiles to profiles higher in the atmospheric boundary layer as well. Most investigators preferred to remain within the classical paradigm that strongly dependent on surface parameters. However, the results based on the classical approach did not merge smoothly into the uniform layer. The new results that considered parameters above surface layer gave better matching to the whole profile.Di dalam tulisan ini akan disajikan perkembangan teori lapisan permukaan. Teorikemiripan Monin – Obukhov memegang peranan penting di dalam setiap usaha untukmenganalisis data turbulen lapisan permukaan dari lapangan. Juga akan dibahasbagaimana para peneliti memodifikasi teori tersebut untuk kondisi atmosfir yang konvektif. Berbagai metoda dikembangkan untuk menggabungkan profil dekatpermukaan dengan profil di bagian atasnya. Sebagian besar para peneliti tetapberpegang pada teori klasik yang mempertimbangkan secara kuat parameter-parameterpermukaan. Pendekatan lebih baru yang mempertimbangkan parameter-parameter yang ada di lapisan lebih atas memberikan hasil yang lebih baik.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            PENGARUH FAKTOR IKLIM TERHADAP POLA SEBARAN INTEGRAL KONSENTRASI KONTAMINAN RADIOAKTIF TAHUNAN DARI CEROBONG REAKTOR KARTINI YOGYAKARTA KE UDARA LINGKUNGAN SEKITARNYA 
                        
                        Mondjo Mondjo; 
Sudibyakto Sudibyakto                        
                         Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 1 No. 2 (2000): December 2000 
                        
                        Publisher : BPPT 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.29122/jstmc.v1i2.2131                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
This research is to study the impact of climate factors and environmental risk due tooperation of The Nuclear Reactor of Kartini that is proportional to the annual integratedconcentration of the radioactive contaminant into the air of surrounding areas A research has been done to design a mathematical model to relate the annual integrated concentration of the radioactive contaminant with the radioactive contaminant released from the Reactor of Kartini (the rate the effluents are released, type of the radioactive contaminant, dimension of stack), and climatological factor (wind direction, wind speed, solar radiation percentage) . The result shown that the maximum of annual integrated concentration of the radioactive contaminant of Argon-41 had been on the decrease but variation of the annual climatological factor was not significant with the distribution of it. The map of the annual integrated concentration of Argon-41 shown up the maximum of 3 the annual integrated concentration of Argon-41 was 0,6 μ Ci/m . The area where had the 3 value of the annual integrated concentration of Argon-41 of 0,4 – 0,6 μ Ci/m (equal to the -5 3mean concentration of Argon-41 of 4,04 – 6,06 × 10 μ Ci/m ) for the direction of 60° onthe distance of 200 – 1075 m, the direction of 30° on the distance of 200 – 800 m, and the direction of 90° on the distance of 300 – 575 m. The contribution of contaminant released from the stack of the Reactor of Kartini was lower than the natural radioactivity so the operation of the Reactor of Kartini was not significant with the degree of theenvironmental radioactivity.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            KAJIAN KUALITAS AIR HUJAN BUATAN DAN KAITANNYA DENGAN PENINGKATAN CURAH HUJAN 
                        
                        Mohamad Husni; 
Satyo Nuryanto                        
                         Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 1 No. 2 (2000): December 2000 
                        
                        Publisher : BPPT 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.29122/jstmc.v1i2.2132                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Teknologi hujan buatan (modifikasi cuaca) pada dasarnya memberikan suatuperlakuan terhadap alam yaitu dengan menaburkan suatu zat ke awan di udara,sehingga kemungkinan menimbulkan masalah-masalah lingkungan. Analisa dilakukansecara kualitatip yaitu dengan membandingkan data hasil analisa kualitas air denganbaku mutu air untuk golongan A yang diperuntukkan sebagai air minum berdasarkanPP No. 20 tahun 1990. Disamping itu juga data dibandingkan dengan persyaratankualitas air yang diperuntukan bagi keperluan pertanian maupun perikanan menurutberbagai referensi maupun baku mutu air golongan C. Hasil analisa dapat disimpulkanbahwa perlakuan hujan buatan tidak mempengaruhi kualitas air hujan. Tidak terdapatperbedaan yang nyata kualitas air hujan buatan pada periode sebelum, selama dansetelah hujan buatan. Kualitas air hujan (untuk parameter uji pH,DHL, Nsa, Cl, Ca,NO2, No3, dan NH4) selama hujan buatan masih dalam batas-batas toleransi yangditetapkan sesuai dengan baku mutu air golongan A. Kualitas air hujan buatan layakdiperuntukkan bagi pertanian dan perikanan.Rain making (weather modification) basically is a treatment by spreading a chemicalsubstance into the cloud, therefore some environmental issues may be arised due tothis operation. Analysed have been carried out qualitatively by comparing rain waterquality analysis to A-type standard water quality which is intended for A type drinkingwater based on Government Regulation PP No. 20 year of 1990. Besides the data wasalso compared to water quality standards for agricultural and fisheries based onseveral references as well as C - type water quality standard. The results of this studyshows the treatment by weather modification does not influence the quality of rainwater. There is no significant difference of rain water from the periods of before, duringand after the operation. Rain water quality (such as pH, Conductivity, Nsa, Cl, Ca,NO2, No3, and NH4) during the operation is within the allowed tolerances of the A-typewater quality standard. The quality of the rain water during the operation is usable foragriculture and fisheries.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            NOTE AND CORRESPONDENCE REANALISIS KONDISI ATMOSFER UNTUK DEKLARASI FAVOURABLE-DAY 
                        
                        Untung Haryanto                        
                         Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 1 No. 2 (2000): December 2000 
                        
                        Publisher : BPPT 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.29122/jstmc.v1i2.2133                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Misi penyemain tanggal 18 Desember 1999 ternyata tidak menemukan awan dengankriteria seperti yang diidentikan pada desain penelitian, namun tetap dilakukanpenyemaian pada awan yang ada karena analisis rawinsonde dilapangan menyatakankondisi favorable. Analisis ulang menggunakan indeks U-3 yang telah diuji kehandalannya mendapatkan bahwa lingkungan udara hari itu tidak favorable karenanilai U-3 yang besar, yaitu 277. Citra awan GMS-5 kanal IR memperkuat analisis ini.Dengan demikian penyemain yang dilakukan hari itu merupakan kesalahan dan set untuk hari itu harus dikeluarkandari “set data semaiâ€. Secara keseluruhan set data semaimenjadi 2 -data, sedangkan set data tidak semai 3 -data, ukuran sampel ini tidak dapatdianalisis dengan statistik WMW, sehingga efek penyemain tidak bisa disimpulkan.Seeding mission on December 18, 1999 can not found the suitable cloud as criteriadefined on experiment design, but due to favorable condition declared by analysissounding the existing cloud have been seed. Reanalysis using U-3 indices indicates thatno potential for cloud development due to great value of U-3, ie 277; this result supported by GMS-5 image. There was occur erroneous analysis to declare favorable condition and data set for that day must be rejected from seed data set. After rejected total data set consist only 2 - data seeding and 3 -data unseeding and not suitable for WMW statistical test and seeding effect is inconclussive.