cover
Contact Name
Endang Sriyati
Contact Email
jppi.puslitbangkan@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jppi.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. karawang,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia
ISSN : 08535884     EISSN : 25026542     DOI : -
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia accepts articles in the field of fisheries, both sea and inland public waters. The journal presents results of research resources, arrest, oceanography, environmental, environmental remediation and enrichment of fish stocks.
Arjuna Subject : -
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 27, No 1 (2021): (Maret) 2021" : 5 Documents clear
EVALUASI POLA PENGOPERASIAN PUKAT CINCIN MINI DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) UJUNGBATU, JEPARA, JAWA TENGAH Siti Oftafia Wijayanti; Mohammad Imron; Eko Sri Wiyono
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 27, No 1 (2021): (Maret) 2021
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jppi.27.1.2021.13-22

Abstract

Fluktuasi produktivitas perikanan pukat cincin mini di Jepara yang semakin menurun disebabkan oleh terjadinya padat tangkap dan kelimpahan ikan. Faktor padat tangkap berhubungan dengan jumlah upaya penangkapan sedangkan kelimpahan ikan berhubungan erat dengan fluktuasi musim penangkapannya. Musim penangkapan sangat berpengaruh terhadap efektivitas pengoperasian pukat cincin mini di Jepara. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pola pengoperasian pukat cincin mini di Jepara kaitannya dengan indeks musim penangkapan (IMP) dan pengoperasian (jumlah upaya penangkapan) sesuai hasil tangkapan dominannya serta memberikan rekomendasi musim pengoperasian yang tepat (efektif). Data berupa laporan bulanan TPI Ujungbatu, Kabupaten Jepara selama lima tahun, yaitu mulai dari tahun 2015-2019 yang meliputi data produksi ikan tangkapan dominan dan upaya penangkapan dari pukat cincin mini. Tangkapan dominan pukat cincin mini Jepara berupa ikan kembung (Rastrelliger spp.), layang (Decapterus spp.) dan cumi-cumi (Loligo spp.). Data diolah menjadi CPUE masing-masing ikan dominan dan dianalisis dengan metode rata-rata bergerak untuk memperoleh nilai IMP. Grafik nilai IMP kemudian dioverlay dengan data upaya penangkapan. Pola pengoperasian pukat cincin mini Jepara yang menunjukan respon nelayan berlebih dibanding IMP ikan, yaitu bulan Februari-April, Agustus-September dan November. Kondisi ini disebabkan minimnya informasi musim kelimpahan ikan dan keadaan alam yang sangat dinamis. Pengoperasian pukat cincin mini Jepara yang efektif terjadi pada bulan Februari (cumi-cumi), Juni-Juli (ikan kembung) dan Agustus, Oktober (ikan layang).Because of overfishing and dynamic of the fish abundance, the purse seiners in Jepara decreased sharply. Overfishing relates to effort while the fish abundance is closly linked with the fluctuation of the fishing season. The fishing season greatly affected to the effectiveness of mini purse seine operating in Jepara. The objective of the study was to evaluate pattern of mini purse seine operating in Jepara based on IMP and operating seasons (effort) according to the dominant fish and recommendation for preciseness operating season (effective). The data were created by the TPI Ujungbatu which started in the year 2015-2019, comprising data from the dominant fish production and effort from mini purse seine Jepara. The dominant catch of mini purse seine Jepara are short mackerel, scads and squids. Data were processed into CPUE each of the dominant fish and analysed by moving average methods to get the score of season index (IMP). The diagram of IMP then overlaid with diagram of effort. The result showed that response of mini purse seine fishermen were over than IMP fishes, consist February-April, August-September and November. It was due to shortage of information for the fish abundance season and particularly dynamic state of nature. The effective operation of mini purse seine Jepara occurred in February (squids), June-July (short mackerels) and August, October (scads).
SELEKTIFITAS ALAT PENANGKAPAN RAJUNGAN DAN PENYEBARAN DAERAH PENANGKAPANNYA DI PERAIRAN KABUPATEN BEKASI Baihaqi Baihaqi; Suharyanto Suharyanto; Erfind Nurdin
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 27, No 1 (2021): (Maret) 2021
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jppi.27.1.2021.23-32

Abstract

Pengelolaan rajungan dalam upaya menjaga kelestarian sumberdaya, salah satunya melalui penangkapan yang ramah lingkungan serta pemilihan daerah penangkapannya, hal ini tertuang melalui rencana pengelolaan sumber daya rajungan. Salah satu lokasi sentra penghasil rajungan adalah Kabupaten Bekasi, yang dalam upaya pemanfaatannya banyak dilakukan oleh nelayan baik sebagai hasil tangkapan utama maupun sebagai hasil tangkapan sampingan. Alat tangkap utama untuk menangkap rajungan adalah bubu lipat dan jaring insang, sedangkan untuk sero hasil tangkapan rajungan merupakan hasil tangkapan sampingan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui selektifitas alat penangkapan rajungan dan sebaran daerah penangkapannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rajungan pertama kali tertangkap (Lc) bubu lipat terbesar dibandingkan alat penangkapan lain yaitu dengan lebar karapas sebesar 94,57 mm, diikuti oleh jaring sebesar 90,39 mm dan sero sebesar 72,99 mm. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan diperoleh informasi bahwa daerah penangkapan rajungan berada di wilayah perairan Teluk Jakarta yang merupakan daerah pemijahan dan asuhan, sehingga ukuran rajungan yang tertangkap relatif kecil, di bawah ukuran yang diperbolehkan untuk ditangkap.Management of blue swimming crabs for sustainable of resources, one of them through environmentally fishing method and selection of fishing ground, this is stated in the blue swimming crab resource management plan. One of main locations of blue swimming crab landing site located in Bekasi Regency. Blue swimmin crabs (BSC) as main catch or as bycatch by most fishers in this area. The main fishing gears for catching blue swimming crabs are collapsible traps and gill nets, while the set net is caught blue swimming crabs are not tarjet species but as by-catch. This study aims to determine the selectivity of blue swimming crab cught by those fishing gear and the fishing ground distribution. The results showed that the length of first caught (Lc) for collapsible traps had the largest size compared to other fishing gears which carapace width of 94.57 mm, followed by gill nets of 90.39 mm and set net of 72.99 mm. Based on the results of field observations, indicated that the crab fishing ground located in the Jakarta Bay which in this area predicted as a spawning and nursery ground area, so that the size of the crabs that are caught is smaller than legal size.
PERKEMBANGAN STRUKTUR KOMUNITAS IKAN KARANG DI PERAIRAN KARANG TAMAN NASIONAL KEPULAUAN WAKTOBI Isa Nagib Edrus; Rizkie Satriya Utama; Tri Aryono Hadi; Sasanti Retno Suharti; Yosephine Tuti
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 27, No 1 (2021): (Maret) 2021
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jppi.27.1.2021.43-55

Abstract

Wilayah Taman Nasional Kepulauan Wakatobi (TNKW) telah dikenal sebagai perairan yang terkelola dengan baik sejak 2010an. Namun dalam perjalanan waktu, aktivitas wisata dan perikanan diasumsikan akan mempengaruhi ekosistem terumbu karang dan mengubah sturktur komunitas ikan karang di kawasan tersebut. Pemantauan perkembangan sumberdaya ikan terumbu karang menjadi suatu pendekatan penting untuk mengetahui adanya perubahan tersebut dari 2015 sampai 2019. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perubahan struktur ikan karang di TNKW. Metode yang digunakan adalah sensus visual bawah air pada transek sabuk seluas 350 m2. Unit analisis dalam pemantauan perubahan adalah 7 suku ikan karang karnivora dan herbivora, seperti Serranidae, Lutjanidae, Lethrinidae, Haemulidae, Acanthuridae, Scaridae, Siganidae dan 1 suku obligat karang (Chaetodontidae). Data terkini menunjukkan bahwa terdapat sedikitnya 95 jenis untuk 7 suku ikan karang, dimana pada tahun basis 2015 dijumpai 111 jenis. Kelompok ikan indikator suku Chaetodontidae dijumpai 32 jenis dari semula yang dijumpai 15 jenis. Rata-rata kepadatan ikan target 392 ekor/350 m2. Biomasanya rata-rata 2.224 kg/ha. Kepadatan ikan indikator 294 ekor/350 m2. Jenis-jenis yang mendominasi komunitasnya sejak tahun basis adalah dari suku, Acanthuridae (butana), Scaridae (kakatua) dan Serranidae (kerapu). Jenis koralivora dari suku Chaetodontidae yang mendominasi sejak tahun basis adalah Hemitaurichthys polylepis dan Chaetodon kleinii. Secara umum komunitas ikan karang di perairan Wakatobi berkembang baik dari aspek keragaman, kepadatan dan biomassa ikan karang. The Wakatobi-Archipelago National Park (WANP) has been recognized as good governance management since 2010s. There was asumption that tourism and fishery activities have been going to effluence on reef ecosystems and then altering the reef fish structure communities throughout the times in the area given. Hence, trend assessment for coral reef resources monitoring is an urgent approach to identify the changes of ranging from 2015 to 2019. This study aimed to identify the reef fish structure changes in the area of WANP. An underwater census visual method was used for 350 m2 in area of belt transect. Analysis units used to monitor changes were belong to groups of carnivorous and herbivorous fishes, such as Serranidae, Lutjanidae, Lethrinidae, Haemulidae, Acanthuridae, Scaridae, Siganidae, and belong to coral obligate such as Chaetodontidae.The updating data showed that there were at least 95 species for 7 families of target reef fishes in which before they were pound out 111 species in the basis year of 2015. Meanwhile, indicator fishes of Chaetodontidae were found out 32 species that they before only found out 15 species. The mean of target fish density is 392 individal/350 m2. The mean of their biomassa is 2,224 kg/ha. The indicator fish density was 294 ekor/350 m2. The species dominated their community since the basis year included the families of Acanthuridae (surgionfish), Scaridae (parrotfish) and Serranidae (groupers). Coralivorous species of Chaetodontidae dominated since the basis year, such as: Hemitaurichthys polylepis and Chaetodon kleinii. Generally, the reef fish communities in Wakatobi reef waters get the good trends in regarding to diversity, density and their biomass. 
KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN, LAJU PANCING DAN DAERAH PENANGKAPAN TUNA DI SAMUDRA HINDIA BARAT SUMATRA Budi Nugraha; Bram Setyadji; Irwan Jatmiko; Andrias S Samusamu
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 27, No 1 (2021): (Maret) 2021
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jppi.27.1.2021.1-11

Abstract

Rawai tuna merupakan salah satu alat tangkap yang efektif untuk menangkap tuna, karena konstruksinya mampu menjangkau kedalaman renang tuna. Informasi tentang komposisi hasil tangkapan, laju pancing dan daerah penangkapan tuna di Samudra Hindia barat Sumatra sangat terbatas dan sangat diperlukan sebagai bahan kajian kebijakan perikanan tuna di Indonesia, khususnya di Samudra Hindia barat Sumatra. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui komposisi hasil tangkapan, laju pancing dan daerah penangkapan tuna di perairan Samudra Hindia barat Sumatra. Data yang digunakan merupakan data hasil observasi langsung di atas kapal rawai tuna yang berbasis di PPS Nizam Zachman selama 22 ulangan operasi penangkapan pada tanggal 11 September – 8 Oktober 2015 di perairan Samudra Hindia barat Sumatra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil tangkapan utama rawai tuna di perairan Samudra Hindia barat Sumatra didominasi oleh tuna mata besar sebesar 9,74% dari total tangkapan, diikuti oleh madidihang 8,31% dan albakora 4,58%. Sedangkan by-product didominasi oleh ikan gindara sebesar 21,20% dan discard didominasi oleh ikan naga sebesar 33,24%. Nilai laju pancing rata-rata tuna yang diperoleh 0,35 per 100 mata pancing dengan nilai laju pancing albakora 0,07 per 100 mata pancing, madidihang 0,13 per 100 mata pancing dan tuna mata besar 0,15 per 100 mata pancing. Nilai laju pancing yang diperoleh dapat dikategorikan tergolong rendah yang mengindikasikan telah terjadi tekanan penangkapan yang cukup tinggi di perairan Samudra Hindia barat Sumatra. Daerah penangkapan tuna di perairan Samudra Hindia barat Sumatra umumnya berada di luar perairan Zone Ekonomi Eksklusif Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut rata-rata 28,44 – 28,640C dan salinitas rata-rata 34,26 – 34,35 PSU. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Samudra Hindia barat Sumatra merupakan salah satu daerah potensial untuk penangkapan tuna.Tuna longline is one of the most effective fishing gears to catch tuna due to its ability to reach the swimming depth of tuna. Information on catch composition, hook rate, and fishing ground of tuna in the west of Sumatra of Indian Ocean is very limited, even though this description is needed to regulate tuna fisheries policy in Indonesia, especially in the west of Sumatra of Indian Ocean. This study was aimed to determine the catch composition, hook rate, and fishing ground of tuna in the west of Sumatra of Indian Ocean waters. Data used in this study were collected from direct observation on tuna longline vessels based in Nizam Zachman Port for 22 fishing operations from 11 September - 8 October 2015 in the west of Sumatra of Indian Ocean waters. The results showed that the target species of tuna longline in the west of Sumatra of Indian Ocean waters were dominated by bigeye tuna with 9.74% of the total catch, followed by yellowfin tuna 8.31% and albacore 4.58%. While by-product was dominated by escolar 21.20% and discard was dominated by lancetfish 33.24%. The average hook rate for tuna was 0.35 /100 hooks with an albacore hook rate of 0.07/100 hooks, yellowfin tuna 0.13/100 hooks, and bigeye tuna 0.15/100 hooks. The hook rate can be categorized as low, which indicates that has been highly exploitation level in the west of Sumatra of Indian Ocean waters. Generally, tuna fishing ground in the west of Sumatra of Indian Ocean waters is outside the Indonesian Exclusive Economic Zone waters, which have an average sea surface temperature (SST) of 28.44 - 28.640C and average salinity of 34.26 - 34.35 PSU. The research results show that the west of Sumatra of the Indian Ocean is one of the potential areas for tuna fishing.
TINGKAT PEMANFAATAN SUMBER DAYA MADIDIHANG (Thunnus albacares) DI SAMUDRA HINDIA DENGAN PENDEKATAN ANALISIS SPAWNING POTENTIAL RATIO Raymon Rahmanov Zedta; Hawis Madduppa
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 27, No 1 (2021): (Maret) 2021
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jppi.27.1.2021.33-41

Abstract

Aktivitas penangkapan madidihang telah dilakukan secara terus menerus hingga saat ini karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Sementara tingkat pemanfaatan sumber daya madidihang dalam beberapa tahun terakhir belum dipelajari dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan penangkapan madidihang di Indonesia dalam 10 tahun terakhir dan kondisi potensial daerah pemijahan. Analisis dilakukan dengan pendekatan Spawning Potential Ratio (SPR) berdasarkan data panjang cagak madidihang dari berbagai macam alat tangkap. SPR akan dijadikan sebagai titik rujukan biologi dalam memperkirakan tingkat pemanfaatan madidihang. Data panjang cagak yang dianalisis berjumlah 31.735 ekor, dengan panjang minimum 43 cmFL dan maksimum 183 cmF. Rerata panjang madidihang tersebut berkisar 103,7-143,8 cmFL dan terdistribusi secara normal. Madidihang yang tertangkap diasumsikan telah matang secara seksual atau matang gonad (SL50 > Lm). Status perikanan pada 2012, 2007, dan 2006 berdasarkan nilai SPR masuk ke dalam kategori over-exploited (SPR<20%), pada 2011 dan 2013-2018 masuk ke dalam kategori moderate (20% < SPR < 40%), sedangkan pada 2008, 2009, dan 2010 masuk ke dalam kategori under-exploited (SPR > 40%) yang bermakna bahwa pada tahun tersebut potensi pemanfaatan madidihang masih rendah dibandingkan nilai referensi biologi yang dimiliki madidihang.Yellowfin tuna fishing activity has been carried out continuously until now because it has a high economic value. Meanwhile, the level of yellowfin tuna resource utilization in recent years has not been well studied. This study aims to determine the utilization level of yellowfin tuna fishing in Indonesia and the potential conditions of spawning areas. The analysis was conducted using the Spawning Potential Ratio (SPR) approach based on the fork length data of yellowfin tuna from various fishing gears. SPR will be used as a biological reference point in estimating the exploitation rate of yellowfin tuna. The fork length data analyzed were 31,735 individuals, with a minimum length of 43 cmFL and maximum length of 183 cmFL. The mean length of yellowfin tuna ranged from 103.7-143.8 cmFL and normally distributed. Caught yellowfin tuna can be assumed to be sexually mature or gonadal maturity (SL50> Lm). Fishery status in 2012, 2007, and 2006 based on the SPR value was categorized as over-exploited (SPR <20%), in 2011 and 2013-2018 was categorized as moderate (20% <SPR <40%), while in 2008, 2009 and 2010 was categorized as under-exploited (SPR> 40%), which means that in those years, the potential utilization of yellowfin tuna is still low compared to the biological reference value of yellowfin tuna.

Page 1 of 1 | Total Record : 5


Filter by Year

2021 2021


Filter By Issues
All Issue Vol 31, No 4 (2025): (Desember 2025) Vol 31, No 3 (2025): (September 2025) Vol 31, No 2 (2025): (Juni 2025) Vol 31, No 1 (2025): (Maret 2025) Vol 30, No 4 (2024): (Desember 2024) Vol 30, No 3 (2024): (September) 2024 Vol 30, No 2 (2024): (Juni) 2024 Vol 30, No 1 (2024): (Maret) 2024 Vol 29, No 4 (2023): (Desember) 2023 Vol 29, No 3 (2023): (September) 2023 Vol 29, No 1 (2023): (Maret) 2023 Vol 28, No 4 (2022): (Desember) 2022 Vol 28, No 3 (2022): (September) 2022 Vol 28, No 2 (2022): (Juni) 2022 Vol 28, No 1 (2022): (Maret) 2022 Vol 27, No 4 (2021): (Desember) 2021 Vol 27, No 3 (2021): (September) 2021 Vol 27, No 2 (2021): (Juni) 2021 Vol 27, No 1 (2021): (Maret) 2021 Vol 26, No 4 (2020): (Desember) 2020 Vol 26, No 3 (2020): (September) 2020 Vol 26, No 2 (2020): (Juni) 2020 Vol 26, No 1 (2020): (Maret) 2020 Vol 25, No 4 (2019): (Desember) 2019 Vol 25, No 3 (2019): (September) 2019 Vol 25, No 2 (2019): (Juni) 2019 Vol 25, No 1 (2019): (Maret) 2019 Vol 24, No 4 (2018): (Desember) 2018 Vol 24, No 3 (2018): (September) 2018 Vol 24, No 2 (2018): (Juni 2018) Vol 24, No 1 (2018): (Maret 2018) Vol 23, No 4 (2017): (Desember 2017) Vol 23, No 3 (2017): (September 2017) Vol 23, No 2 (2017): (Juni 2017) Vol 23, No 1 (2017): (Maret, 2017) Vol 22, No 4 (2016): (Desember 2016) Vol 22, No 3 (2016): (September) 2016 Vol 22, No 2 (2016): (Juni 2016) Vol 22, No 1 (2016): (Maret 2016) Vol 21, No 4 (2015): (Desember 2015) Vol 21, No 3 (2015): (September 2015) Vol 21, No 2 (2015): (Juni 2015) Vol 21, No 1 (2015): (Maret 2015) Vol 20, No 4 (2014): (Desember 2014) Vol 20, No 3 (2014): (September 2014) Vol 20, No 2 (2014): (Juni 2014) Vol 20, No 1 (2014): (Maret 2014) Vol 19, No 4 (2013): (Desember 2013) Vol 19, No 3 (2013): (September 2013) Vol 19, No 2 (2013): (Juni 2013) Vol 19, No 1 (2013): (Maret 2013) Vol 18, No 4 (2012): (Desember 2012) Vol 18, No 3 (2012): (September 2012) Vol 18, No 2 (2012): (Juni) 2012 Vol 18, No 1 (2012): (Maret 2012) Vol 17, No 4 (2011): (Desember 2011) Vol 17, No 3 (2011): (September 2011) Vol 17, No 2 (2011): (Juni 2011) Vol 17, No 1 (2011): (Maret 2011) Vol 16, No 4 (2010): (Desember 2010) Vol 16, No 3 (2010): (September 2010) Vol 16, No 2 (2010): (Juni 2010) Vol 16, No 1 (2010): (Maret 2010) Vol 15, No 4 (2009): (Desember 2009) Vol 15, No 3 (2009): (September 2009) Vol 15, No 2 (2009): (Juni 2009) Vol 15, No 1 (2009): (Maret 2009) Vol 14, No 4 (2008): (Desember 2008) Vol 14, No 3 (2008): (September 2008) Vol 14, No 2 (2008): (Juni 2008) Vol 14, No 1 (2008): (Maret 2008) Vol 13, No 3 (2007): (Desember 2007) Vol 13, No 2 (2007): (Agustus 2007) Vol 13, No 1 (2007): (April 2007) Vol 12, No 3 (2006): (Desember 2006) Vol 12, No 2 (2006): (Agustus 2006) Vol 12, No 1 (2006): (April 2006) Vol 11, No 9 (2005): (Vol. 11 No. 9 2005) Vol 11, No 8 (2005): (Vol. 11 No. 8 2005) Vol 11, No 7 (2005): (Vol. 11 No. 7 2005) Vol 11, No 6 (2005): (Vol. 11 No. 6 2005) Vol 11, No 5 (2005): (Vol. 11 No. 5 2005) Vol 11, No 4 (2005): (Vol. 11 No. 4 2005) Vol 11, No 3 (2005): (Vol. 11 No. 3 2005) Vol 11, No 2 (2005): (Vol. 11 No. 2 2005) Vol 11, No 1 (2005): (Vol. 11 No. 1 2005) Vol 10, No 7 (2004): (Vol. 10 No. 7 2004) Vol 10, No 6 (2004): (Vol. 10 No. 6 2004) Vol 10, No 5 (2004): (Vol. 10 No. 5 2004) Vol 10, No 4 (2004): (Vol. 10 No. 4 2004) Vol 10, No 3 (2004): (Vol. 10 No. 3 2004) Vol 10, No 2 (2004): (Vol. 10 No. 2 2004) Vol 10, No 1 (2004): (Vol. 10 No. 1 2004) Vol 9, No 7 (2003): (Vol.9 No.7 2003) Vol 9, No 6 (2003): (Vol.9 No.6 2003) Vol 9, No 5 (2003): Vol. 9 No. 5 2003) Vol 9, No 4 (2003): Vol. 9 No. 4 2003) Vol 9, No 3 (2003): (Vol.9 No.3 2003) Vol 9, No 2 (2003): (Vol, 9 No. 2 2003) Vol 9, No 1 (2003): (Vol.9 No.1 2003) Vol 8, No 7 (2002): (Vol.8 No.7 2002) Vol 8, No 6 (2002): (Vol.8 No.6 2002) Vol 8, No 5 (2002): (Vol.8 No.5 2002) Vol 8, No 4 (2002): (Vol.8 No.4 2002) Vol 8, No 3 (2002): (Vol.8 No.3 2002) Vol 8, No 2 (2002): (Vol. 8 No. 2 2002) Vol 8, No 1 (2002): (Vol.8 No.1 2002) Vol 7, No 4 (2001): (Vol. 7 No. 4 2001) Vol 7, No 2 (2001): (Vol.7 No. 2 2001) Vol 6, No 3-4 (2000): (Vol.6 No.3-4 2000) Vol 6, No 2 (2000): (Vol.6 No.2 2000) Vol 6, No 1 (2000): (Vol.6 No.1 2000) Vol 5, No 2 (1999): (Vol.5 No.2 1999) Vol 5, No 1 (1999): (Vol.5 No. 1 1999) Vol 4, No 4 (1998): (Vol.4 No.4 1998) Vol 4, No 3 (1998): (Vol.4 No.3 1998) Vol 4, No 2 (1998): (Vol.4 No.2 1998) Vol 4, No 1 (1998): (Vol.4 No.1 1998) Vol 3, No 4 (1997): (Vol.3 No.4 1997) Vol 3, No 3 (1997): (Vol.3 No.3 1997) Vol 3, No 2 (1997): (Vol.3 No.2 1997) Vol 3, No 1 (1997): (Vol.3 No.1 1997) Vol 2, No 4 (1996): (Vol.2 No.4 1996) Vol 2, No 3 (1996): (Vol.2 No.3 1996) Vol 2, No 2 (1996): (Vol.2 No.2 1996) Vol 2, No 1 (1996): (Vol.2 No.1 1996) Vol 1, No 4 (1995): (Vol.1 No.4 1995) Vol 1, No 3 (1995): (Vol.1 No.3 1995) Vol 1, No 2 (1995): (Vol.1 No.2 1995) Vol 1, No 1 (1995): (Vol.1 No.1 1995) More Issue