cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Ilmu Lingkungan
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : 18298907     DOI : -
Core Subject : Social,
Arjuna Subject : -
Articles 21 Documents
Search results for , issue "Vol 19, No 3 (2021): November 2021" : 21 Documents clear
Analisis Risiko Kesehatan Akibat Paparan Particulate Matter 2,5 (PM2,5) Dalam Rumah Tinggal di Perumahan X Kawasan Industri Semen Rinda Andhita Regia; Vera Surtia Bachtiar; Rifel Solihin
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 19, No 3 (2021): November 2021
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.19.3.531-540

Abstract

Penelitian ini bertujuan menganalisis risiko kesehatan terhadap paparan Particulate Matter 2,5 (PM2,5)di dalam rumah tinggal yang berada di kawasan industri semen. Penelitian dilakukan di Blok B dan Blok D Perumahan X. Pengambilan sampel PM2,5 menggunakan Low Volume Sampler (LVS) dan metode gravimetri untuk mengetahui konsentrasi PM2,5, serta pengukuran suhu dan tekanan udara menggunakan Pocket Weatherman . Analisis risiko kesehatan berdasarkan Pedoman Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Direktorat Jenderal PP dan PL Kementerian Kesehatan tahun 2012 dengan melakukan wawancara dan kuesioner dengan jumlah responden sebanyak 46 penghuni rumah. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi PM2,5 di Blok B dan Blok D berkisar antara 8,87 sampai 23,72 µg/m3 dengan konsentrasi tertinggi berada di Blok D. Konsentrasi tersebut masih memenuhi baku mutu Permenkes RI No. 1077 tahun 2011. Hasil perhitungan ARKL menunjukkan risiko realtime berkisar antara 0,0014 sampai 0,4529 dan risiko lifetime berkisar antara 0,0680 sampai 0,6794. Hal ini menunjukkan bahwa risiko realtime dan risiko lifetime semua responden di Blok B dan Blok mempunyai nilai Risk Quotient (RQ) <1 yang berarti paparan PM2,5 tersebut dikatakan aman dan tidak memiliki efek kesehatan yang merugikan terhadap penghuni rumah di Blok B dan Blok D Perumahan X. AbstractThis research aims to analyze the health risks of exposure to Particulate Matter 2.5 (PM2.5) in residential houses in the cement industrial area. The research was conducted in Block B and Block D, Housing X. Sampling of PM2.5 used Low Volume Sampler (LVS) and the gravimetric method to determine the concentration of PM2.5 while measuring temperature and air pressure using Pocket Weatherman. Health risk analysis based on the Guidelines for Environmental Health Risk Analysis (EHRA) of the Directorate General of PP and PL of the Ministry of Health in 2012 by conducting interviews and questionnaires with a total of 46 respondents. The results showed that the concentration of PM2.5 in Block B and Block D ranged from 8.87 to 23.72 g/m3 with the highest concentration in Block D. The concentration still met the quality standard of the Minister of Health RI No. 1077 in 2011. The results of the EHRA calculation show that the realtime risk ranges from 0.0014 to 0.4529, and the lifetime risk ranges from 0.0680 to 0.6794. It shows that the realtime risk and lifetime risk of all respondents in Block B and Block D have a Risk Quotient (RQ) value <1, which means that PM2.5 exposure is said to be safe and has no adverse health effects on residents of houses in Block B and Block D.Keywords: Block B, Block D, Cement Industry, EHRA, PM2.5
Menilai Pelestarian Lingkugan Pantai, Studi Literatur Dengan Pendekatan Circular Economy dan Choice Modelling Devina Arninda; Evi Gravitiani
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 19, No 3 (2021): November 2021
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.19.3.511-516

Abstract

Perilaku pengunjung wisata yang kurang baik dapat menyebabkan kerusakan lingkungan pantai yang disebabkan karena penumpukan sampah-sampah. Disisi lain, minimnya kesadaran pengunjung dan masyarakat sekitar akan dampak yang dilakukan pada saat berkunjung ke pantai serta minimnya kesadaran dalam pelestarian lingkungan pantai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi penerapan circular economy serta untuk mengetahui penggunaan pendekatan choice modelling dalam menilai pelestarian lingkungan pantai. Metode yang digunakan adalah metode riset studi literatur dengan pendekatan deskriptif. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan informasi dan data dari berbagai sumber melalui media elektronik berbasis web, jurnal yang relevan, hasil penelitian, dan sebagainya. Hasil penelitian ini yaitu menilai valuasi ekonomi pelestarian lingkungan pantai dapat dilakukan dengan konsep circular economy dan menggunakan metode atau pendekatan choice modelling untuk melihat alternatif pilihan yang dipilih oleh pengunjung pantai. AbstractThe behavior of tourist visitors who are not good can cause damage to the beach environment caused by the accumulation of garbage. On the other hand, the lack of awareness of visitors and the surrounding community about the impacts made when visiting the beach and the lack of awareness in preserving the coastal environment. The purpose of this study is to identify the application of the circular economy and to determine the use of the choice modeling approach in assessing the preservation of the coastal environment. The method used is a literature study research method with a descriptive approach. Secondary data collection is done by collecting information and data from various sources through web-based electronic media, relevant journals, research results, and so on. The results of this study are to assess the economic valuation of coastal environmental conservation can be done with the concept of a circular economy and using a method or approach choice modeling to see alternative choices chosen by beach visitors.
Review Tentang Kemampuan Ikan Ekstremofil Untuk Hidup Di Perairan Asam Dan Terkontaminasi Logam Berat Pascapenambangan Timah Andri Kurniawan; Diah Mustikasari
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 19, No 3 (2021): November 2021
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.19.3.541-554

Abstract

Ikan ekstremofil (extremophile fishes) telah muncul sebagai model untuk kajian biologi integratif. Ikan-ikan ini tidak hanya memberikan wawasan tentang proses biologis, biokimia, fisiologis, dan perkembangan kehidupan organisme, tetapi juga penjelasan tentang kapasitas dan keterbatasan hidup untuk beradaptasi dan bertahan hidup dalam kondisi lingkungan ekstrem. Beberapa ikan ekstremofil dapat bertahan hidup di bawah kondisi habitat yang dianggap tidak ramah bagi sebagian besar ikan karena adanya stresor lingkungan. Ikan ekstrofil sering mengembangkan mekanisme adaptasi yang kompleks untuk mengatasi faktor stresor. Salah satu lingkungan yang ekstrim adalah kolong bekas penambangan timah yang terletak di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai penghasil timah. Beberapa ikan yang ditemukan dapat beradaptasi dengan kondisi ekstrem habitat ini; pH rendah, oksigen terlarut rendah, nutrisi rendah, dan kontaminasi logam berat tinggi. Habitat ekstrem yang terjadi secara alami dapat dianggap sebagai penelitian evolusioner yang memungkinkan mempelajari kemampuan ikan untuk beradaptasi dan bertahan hidup terhadap kondisi ekologi yang berubah. Telaah artikel ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang karakteristik perairan kolong bekas penambangan timah dan fisiologi ikan ekstremofil ditinjau dari modifikasi fisikokimia dan biokimianya. Hasil kajian makalah penelitian menunjukkan beberapa jenis ikan seperti Aplocheilus sp., Betta sp., Gambusia sp., Rasbora sp., Belontia sp., Brevibora sp., Oryzias sp., Puntius sp., Anabas sp., dan Trichogaster sp. mampu toleran pada kondisi ekstrem perairan kolong pascapenambangan timah yang terbengkalai. Kemampuan ikan untuk beradaptasi dan bertahan hidup di lingkungan ekstrem seperti perairan kolong pascapenambangan timah didukung oleh kemampuan untuk melakukan penundaan penetasan telur dengan memasuki fase diapause. Kemampuan ikan lainnya adalah pengaturan mekanisme osmoregulasi atau homeostatis tubuh terhadap kondisi pH asam maupun kontaminasi logam berat di lingkungan tersebut.ABSTRACTExtremophile fishes have emerged as veritable models for investigations in integrative biology. These fishes not only provide insights into biological, biochemical, physiological, and developmental processes of organism’ life, but also the explanation of life’s capacity and limitation to adapt and survive in the extreme environmental conditions. Some extremophile fishes can survive under habitat conditions considered inhospitable for most fishes due to the presence of the environment stressors. The extremophile fishes have often evolved complex adaptation mechanisms to cope the stressor factors. One of the extreme environments is abandoned tin mining ponds, located in Bangka Belitung Archipelago Province as a tin producer. Some fishes have found can adapt to the extreme conditions of this habitat; low pH, low dissolved oxygen, low nutrition, and highly heavy metals contamination. Naturally occurring extreme habitat can be regarded as evolutionary researches that allow studying the ability of fishes to adapt and survive to altered ecological conditions. This paper review aimed to provide an overview about water characteristics of abandoned tin mining pits and physiology of extremophile fishes in terms of modification of physicochemical and biochemical. The result of research papers review indicated some species of fish such as Aplocheilus sp., Betta sp., Gambusia sp., Rasbora sp., Belontia sp., Brevibora sp., Oryzias sp., Puntius sp., Anabas sp., and Trichogaster sp. able to tolerate to the extreme conditions of abandoned tin mining pit waters. The ability of fish to adapt and survive in extreme environments such as abandoned tin mining pit waters is supported by the ability to delay hatching of eggs by entering the diapause phase. Another ability is the regulation of the body's osmoregulation or homeostatic mechanism against acidic pH conditions and heavy metal contamination in the environment.
Community Interactions Ngablak Village in Sand Utilization within Mount Merapi National Park Lies Rahayu Wijayanti Faida; Denni Susanto; Kristiani Fajar Wianti; M Danang Anggoro; Marlianansari Putri
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 19, No 3 (2021): November 2021
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.19.3.525-530

Abstract

Interaksi masyarakat dengan Taman Nasional Gunung Merapi sudah ada bahkan jauh sebelum taman nasional ditetapkan. Salah satu bentuk interaksi yang masih dilakukan oleh masyarakat adalah pemanfaatan pasir di kawasan Kali Putih. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui interaksi masyarakat sekitar Taman Nasional Gunung Merapi dalam pemanfaatan pasir di kawasan Kali Putih Zona Khusus Rekonstruksi dan Mitigasi. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei. Wawancara dilakukan langsung dengan masyarakat yang melakukan aktivitas di kawasan Kali Putih, Zona Khusus Mitigasi dan Rekonstruksi Taman Nasional Gunung Merapi. Penentuan informan dilakukan dengan accidental sampling dimana informan ditentukan secara kebetulan di lapangan saat melakukan aktivitas pemanfaatan sumber daya pasir di kawasan Kali Putih. Hasil wawancara kemudian diolah menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil pengambilan informasi di lapangan, didapatkan beberapa informasi diantaranya aktivitas penambangan pasir sudah dilakukan pada tahun 1977. Interaksi masyarakat dalam pemanfaatan pasir di Kali Putih dipayungi hukum berupa kemitraan kawasan konservasi dengan dokumen PKS Nomor : PKS.34/BTNGM/TU/Kons/04/2018 dan 08/PMH/04/2018 Tentang Penguatan Fungsi Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi Melalui Kerja Sama Pemberdayaan Masyarakat. Ketergantungan masyarakat sekitar akan pemanfaatan sumber daya pasir masih sangat tinggi. Selain pemanfaatan pasir, masyarakat juga melakukan aktivitas dalam mendukung pengelolaan Taman Nasional Gunung Merapi yaitu : patroli bersama petugas TNGM, penanaman di kawasan TNGM, dan terlibat dalam pemadaman kebakaran hutan dan pengembangan Obyek Wisata Alam (OWA) Jurang Jero.ABSTRACTCommunity interaction with Mount Merapi National Park existed long before the national park was established. One form of interaction that is still carried out by the community Ngablak Viilage is the utilization of sand in the Kali Putih area. The aim of this study was to determine the interaction of the community Ngablak Village in the utilization of sand in the Kali Putih area, the Special Reconstruction and Mitigation Zone. The research method used in this research was a survey method. Interviews were conducted directly with communities carrying out activities in the Kali Putih area, the Special Zone for Mitigation and Reconstruction of Mount Merapi National Park. The determination of informants was carried out by accidental sampling where the informants were determined by chance in the field while carrying out activities to exploit sand resources in the Kali Putih area. The results of the interviews were then processed using qualitative descriptive analysis. Based on the results of information retrieval in the field, some information was obtained including sand utilization activities that were carried out in 1977. Community interaction in the use of sand in Kali Putih is legally protected in the form of a conservation area partnership with the PKS document Number: PKS.34 / BTNGM / TU / Kons / 04 / 2018 and 08 / PMH / 04/2018 concerning Strengthening the Function of the Mount Merapi National Park Area through Community Empowerment Cooperation. The dependence of the surrounding community on the utilization of sand resources is still very high. In addition to the utilization of sand, the community also carries out activities in supporting the management of Mount Merapi National Park, namely: patrolling with MMNP officers, planting in the MMNP area, and being involved in extinguishing forest fires and developing the Jurang Jero Nature Tourism Object.
Jenis Tanah, Komposisi dan Keanekaragaman Jenis Tegakan Pada Pengusahaan Hutan Alam Secara Konvensional dan RIL I Wayan Susi Dharmawan; Muhammad Ridwan; Nana Suparna
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 19, No 3 (2021): November 2021
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.19.3.555-564

Abstract

Dalam melakukan pengelolaan hutan alam produksi, penggunaan sistem pemanenan yang memberikan dampak kerusakan lingkungan minimal sangat diharapkan. Salah satu sistem pemanenan yang dapat meminimalisir dampak kerusakan lingkungan akibat pemanenan adalah Reduced Impact Logging (RIL). Namun demikian, data hasil kajian terkait dampak sistem pemanenan konvensional dan RIL terhadap komposisi, keanekaragaman jenis dan juga sebaran jenis tanahnya masih sangat sedikit. Padahal, data tersebut sangat penting sebagai bagian strategi untuk implementasi pengelolaan hutan alam lestari dapat lebih berhasil kedepan. Tulisan ini bertujuan menginformasikan sebaran jenis tanah, komposisi dan keanekaragaman jenis tegakan pada wilayah pengusahaan hutan alam yang telah menerapkan sistem pemanenan secara konvensional dan RIL dalam rangka mendukung strategi pengelolaan hutan alam lestari. Plot berbentuk lingkaran digunakan untuk melakukan survei analisis vegetasi di tiga (3) areal IUPHHK-HA yaitu PT. A, PT. B, dan PT. C di Provinsi Kalimantan Tengah serta data yang terkumpul selanjutnya dianalisis lebih lanjut yaitu INP (Indeks Nilai Penting), indeks keanekaragaman jenis (Shannon-Wiener), indeks kekayaaan jenis (Margalef) dan indeks kemerataan jenis. Hasil penelitian di seluruh lokasi studi menunjukkan sebaran jenis tanah yang didominasi oleh kompleks Kambisol-Podsol sebesar masing-masing 82,0% (PT. A),  45,38% (PT. B), 48,48% (PT. C) yang memiliki tingkat kesuburan rendah dan ketersediaan hara yang rendah; tidak ditemukan banyak perubahan keberadaan famili-famili tumbuhan berdasarkan 5 spesies dengan INP tertinggi pada masing-masing tingkat pertumbuhan pancang, tiang dan pohon (selisih rata-rata nilai INP pada semua tingkatan pertumbuhan berada dibawah nilai 10%) dimana masih sangat didominasi oleh famili-famili Dipterocarpaceae, Myrtaceae, Fabaceae dan Fagaceae; tidak ditemukan banyak perubahan terhadap nilai keanekaragaman (nilai 3,00-3,19), kekayaan (nilai 6,57-7,61) dan kemerataan jenis (nilai 0,82-0,88). Dengan demikian, sistem pemanenan pada hutan alam yang dilaksanakan dengan baik yang mempunyai dampak terhadap lingkungan minimal akan memberikan keberlanjutan komposisi tegakan dan keanekaragaman hayati untuk mendukung terjaminnya kelestarian hutan pada areal pengusahaan hutan alam produksi di Indonesia.ABSTRACTIn managing natural production forest, the use of a logging system that provides minimal damage is highly desirable. One of the logging systems that can minimize the impact of damage due to logging is Reduced Impact Logging (RIL). However, data from studies related to the impact of conventional and RIL logging systems on the composition, species diversity and distribution of soil types are still very few. In fact, the data is very important as part of a strategy for implementing sustainable natural forest management to be more successful in the future. This paper aims to inform the distribution of soil types, composition and species diversity of stands in forest concession areas that have applied conventional logging systems and RIL in order to support sustainable natural forest management strategies. The circular plot was used to conduct a vegetation analysis survey in three (3) IUPHHK-HA areas, namely PT. A, PT. B, and PT. C in Central Kalimantan Province and the data collected were then analyzed further, namely the INP (Importance Value Index), the species diversity index (Shannon-Wiener), the species richness index (Margalef) and the species evenness index. The results of the research in all study locations showed that the distribution of soil types was dominated by the Kambisol-Podsol complex as amounted 82,0% (PT. A),  45,38% (PT. B), 48,48% (PT. C)  which had low fertility and low nutrient availability; not found much change in the existence of plant families based on 5 species with the highest INP at each growth stage of saplings, poles and trees (difference in the average INP values at all growth stages below 10%) that still very much dominated by the Dipterocarpaceae, Myrtaceae, Fabaceae and Fagaceae families; not found much change in the value of diversity (value 3,00-3,19), richness (value 6,57-7,61) and evenness of species (value 0,82-0,88).Thus, a logging system that is carried out properly in managing natural forest that has minimum environmental impact will provide sustainability of stand composition and biodiversity to support the assurance of forest sustainability in natural forest concession areas in Indonesia..
Review Hidrolisis Biomasa Lignoselulosa Untuk Xilitol Awan Purnawan; Ahmad Thontowi; Lutfi Nia Kholida; Urip Perwitasari
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 19, No 3 (2021): November 2021
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.19.3.485-496

Abstract

Xilitol adalah gula alkohol dengan lima atom karbon. Gula ini digunakan sebagai pemanis industri pangan dan makanan, karena memiliki karakter yang menguntungkan. Meskipun xilitol diproduksi secara industri oleh reduksi kimia D-xilosa yang berasal dari hidrolisat hemiselulosa, metode produksi ini tidak ekonomis karena persyaratan untuk D-xilosa murni, suhu tinggi, dan tekanan tinggi. Oleh karena itu, produksi xilitol melalui pendekatan bioteknologi dengan bantuan mikroorganisme menjadi fokus sebagai metode yang ekonomis dan ramah lingkungan. Selain itu, untuk meningkatkan produksi bio-xilitol, strain mikroorganisme telah mengalami strategi modifikasi genetik. Review ini menjelaskan upaya produksi xilitol dari biomasa lignoselulasa, proses perlakuan biomasa, dan mikroorganisme yang berperan dalam fermentasi xilitolAbstractXylitol is a sugar alcohol with five atoms of C. This sugar is used as a sweetener in the food industry and confectionary, because it has a favorable character. Although xylitol is produced industrially by the chemical reduction of D-xylose derived from hemicellulose hydrolyzate, this production method is not economical because of the requirements for pure D-xylose, high temperature, and high pressure. Therefore, the production of xylitol with a biotechnological approach with the help of microorganisms becomes the focus as an economical and environmentally friendly method. In addition, to increase bio-xylitol production, strains of microorganisms have undergone genetic modification strategies. This review article describes the latest advances made in the production of xylitol from lignocellulase biomass, biomass treatment processes, and microorganisms that play a role in xylitol fermentation. 
Potensi Rumput Laut di Perairan Seram Timur, Kabupaten Seram Bagian Timur , Maluku Marsya Jaqualine Rugebregt; Ferdinand Pattipeilohy; Caleb Matuanakotta; Ahmad Ainarwowan; Malik Sudin Abdul; Ferdimon Kainama
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 19, No 3 (2021): November 2021
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.19.3.497-510

Abstract

Makroalgae termasuk bagian dari flora yang terdiri atas banyak jenis dan memiliki peranan penting pada lingkungan laut salah satunya adalah Perairan Pulau Keffing di Kecamatan Seram bagian Timur, Kabupaten Seram Bagian Timur. Penelitian dilaksanakan pada November 2017. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksplorasi dengan pengambilan sampel secara line transek kuadrat. Lokasi pengambilan sampel dibedakan menjadi tiga stasiun. Jumlah jenis algae yang dijumpai dalam penelitian ini sebanyak 16 jenis yang terdiri atas 9 jenis dari kelas algae Chlorophyta, satu jenis dari kelas Phaeophyta dan enam jenis dari kelas Rhodophyta. Jenis-jenis yang ditemukan memiliki potensi ekonomi, baik kepada lingkungan periaran maupun kepada manusia, namun pemanfaatannya belum dioptimalkan oleh masyarakat karena sebagian hanya dimanfaatkan untuk makanan. Dari hasil pengukuran parameter lingkungan menunjukan masih sesuai bagi pertumbuhan rumput laut. Perairan pulau Keffing dan sekitarnya memiliki kemungkinan untuk dikembangkannya kegiatan usaha budidaya rumput laut serta pengembangan pengolahan potensinya. AbstractMacroalgae is part of the flora consists of many types and has an important role in the marine environment, one of which is the waters of Keffing Island in the East Seram District, East Seram District. The research was carried out in November 2017. The method used in this study is an exploratory method by taking a sample using a quadratic transect line. The sampling locations were divided into three stations. The number of algae species found in this study was 16 species consisting of 9 species from the Chlorophyta class, one from the Phaeophyta class, and six species from the Rhodophyta class. The species found have economic potential, both for the aquatic environment and for humans, but their utilization has not been optimized by the community because some of them are only used for food. The results of the measurement of environmental parameters show that it is still suitable for seaweed growth. The waters of Keffing Island and its surroundings have the possibility for the development of seaweed cultivation activities and the development of processing potential.
Kajian Kualitas Tanah pada Lahan Gambut Terbakar di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Rinto Manurung; Rossie Wiedya Nusantara; Ismahan Umran; W. Warganda
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 19, No 3 (2021): November 2021
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.19.3.517-524

Abstract

Kebakaran lahan gambut menyebabkan terjadinya perubahan sifat fisika, kimia dan biologi tanah gambut sehingga secara otomatis mempengaruhi kualitas tanah yang dinyatakan dengan Indeks Kualitas Tanah (IKT). Tujuan penelitian ini adalah menentukan indeks kualitas tanah dan faktor penentunya pada lahan gambut terbakar (GT) dan tidak terbakar (GTT). Penelitian dilakukan di Kelurahan Bansir Darat Kecamatan Pontianak Tenggara Kota Pontianak pada GTT  dan GT. Tahapan penelitian meliputi pengambilan sampel tanah pada masing-masing lahan, pengamatan dan pengukuran kedalaman gambut, ketebalan lapisan gambut dan kematangan gambut serta perhitungan jumlah cacing. Analisis sifat fisika tanah meliputi bobot isi, kadar air kapasitas lapang, porositas total; sifat kimia tanah terdiri dari reaksi tanah (pH), karbon organik (C-organik), Nitrogen total (N-total), rasio CN, posfor tersedia (P-tersedia), natrium, kalium, kalsium dan magnesium dapat dipertukarkan (Na-dd, K-dd, Ca-dd dan Mg-dd), kapasitas tukar kation (KTK), kejenuhan basa (KB), kadar abu; dan jumlah cacing tanah untuk sifat biologi tanah. Hasil penelitian menunjukkan GT dengan kematangan saprik memiliki kedalaman gambut lebih dangkal dibandingkan GTT dengan kematangan hemik. Kadar air dan porositas pada GT juga lebih rendah dibandingkan GTT. Kation basa GT lebih tinggi dibandingkan GTT meskipun kriteria keduanya sangat rendah. Parameter penentu kualitas tanah yaitu C-organik, CN rasio, N-total, P-tersedia, kalsium, natrium, kalium, kejenuhan basa, bobot isi, kadar air dan porositas. Kedua lahan memiliki kriteria IKT rendah namun GT memiliki nilai yang lebih tinggi (0,34) daripada GTT (0,27). Meskipun nilai IKT pada GT lebih tinggi, banyak dampak negatif yang ditimbulkan dari pembakaran lahan gambut. Karena itu pemerintah melarang pembakaran lahan dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan tentang pelarangan pembakaran hutan dan lahan gambut.AbstractPeatland fires cause changes in the physical, chemical and biological characteristics of the peat soil. It automatically affects the quality of the soil as stated by the Soil Quality Index (IKT). The purpose of this study was to determine the soil quality index and its determinants in burnt (GT) and unburnt (GTT) peatlands. The research was conducted in Bansir Darat Village, Southeast Pontianak District, Pontianak City on GT and GTT. The research stages included taking soil samples from each land, observing and measuring the depth of the peat, the thickness of the peat layer, the maturity of the peat and counting the number of worms as well. Analysis of soil physical characteristics including bulk density, moisture content of field capacity, total porosity; soil chemistry consists of C-organic, total nitrogen (N-total), CN ratio, available phosphorus (P-available), exchangeable sodium (Na-dd), potassium (K-dd), calcium-dd (Ca-dd)dan magnesium (Mg-dd), cation exchange capacity (CEC), base saturation (KB), content of ash; and the number of earth worms for soil biology property. The results showed that the physical characteristics of peat on GT had a shallower peat depth with sapric compared to GTT with hemic. The water content and porosity on GT are lower than GTT as well. The base cation of GT is higher than GTT even though the criteria for both are very low. The determinants of soil quality were C-organic, CN ratio, N-total, P-available, calcium, sodium, potassium, base saturation, content weight, moisture content and porosity. The Soil Quality Index of both lands have low criteria but GT has a higher value (0.34) than GTT (0.27). Even though the IKT value in GT is higher, there are many negative impacts caused by burning peatlands. Therefore, the government forbids burning of land by issuing policies to prohibit the burning of forests and peatlands.
Evaluasi Efektivitas Metode dan Media Filtrasi pada Pengolahan Air Limbah Tahu Anisa Nur Sitasari; Adian Khoironi
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 19, No 3 (2021): November 2021
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.19.3.565-575

Abstract

Peningkatan jumlah industri tahu di Indonesia diiringi dengan meningkatnya jumlah limbah industri tahu yang perlu mendapat perhatian khusus. Limbah tahu dengan kandungan bahan organik tinggi memberikan dampak negatif bagi sistem perairan jika dibuang tanpa adanya pengolahan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari metode yang efektif dalam mengolah limbah tahu dengan variasi media filtrasi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 2 metode yang diperlakukan pada 2 kolom filtrasi dengan media filtrasi yang berbeda. Susunan media utama pada kolom filtrasi 1 berupa bioball dan kolom filtrasi 2 berupa bioring. Metode  batch dan kontinyu diperlakukan pada dua jenis kolom filtrasi tersebut. Ketinggian total media filtrasi untuk setiap kolom adalah 20 cm dengan volume air limbah 5 liter. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kualitas air limbah tahu pada sampel hari ke 1 dengan terjadinya penurunan konsentrasi COD pada kolom 1 dengan perlakuan metode batch sebanyak 18,12%. Peningkatan konsentrasi DO paling optimal pada kolom 1 dengan perlakuan metode kontinyu sebanyak 18,03%. Selanjutnya konsentrasi pH terjadi peningkatan secara signifikan pada kolom 2 dengan perlakuan metode batch sebanyak 41,27%. Sedangkan penurunan konsentrasi kekeruhan diperoleh pada kolom 1 dengan perlakuan metode batch sebanyak 57,22%. Perlakuan limbah tahu dengan metode batch pada waktu tinggal 1 hari memberikan peningkatan kualitas air limbah tahu yang lebih baik meskipun pada waktu tinggal yang lebih lama terjadi penurunan kualitas akibat terjadinya proses dekomposisi yang tidak terkontrol. Lebih lanjut, perlu dilakukan penelitian dengan melibatkan mikroorganisme selektif pada penyaring lambat dengan metode batch agar dihasilkan penurunan konsentrasi COD yang lebih signifikan. ABSTRACTThe increase in the number of tofu industries in Indonesia is accompanied by an increase in the amount of tofu industrial waste that needs special attention. Tofu waste with high organic matter content has a negative impact on aquatic systems if it is disposed of without treatment. The aim of this research was to study the effective method of treating tofu waste with a variety of filtration media. This research was conducted using 2 methods which were treated on 2 filtration columns with different filtration media. The composition of the main media in first filtration column is bioball and second filtration column is bioring. Batch and continuous methods are applied to the two types of filtration columns. The total height of the filtration media for each column is 20 cm with a volume of 5 liters of wastewater. The results showed an increase in the quality of tofu wastewater on the first day of the sample with a decrease in COD concentration in first column with the batch method treatment of 18.12%. The most optimal increase in DO concentration in first column with continuous method treatment was 18.03%. Furthermore, the pH concentration increased significantly in second column with the batch method treatment as much as 41.27%. While the decrease in turbidity concentration was obtained in column 1 with batch method treatment as much as 57.22%. The treatment of tofu waste using the batch method at a residence time of 1 day provides a better-quality improvement of tofu wastewater although at a longer residence time there is a decrease in quality due to an uncontrolled decomposition process. Furthermore, it is necessary to conduct research involving selective microorganisms in a slow filter with a batch method in order to produce a more significant reduction in COD concentration.
Penggunaan Makrozoobentos Dalam Penilaian Kualitas Perairan Sungai Inlet Danau Maninjau, Sumatera Barat Aiman Ibrahim; Jojok Sudarso; I. Imroatushshoolikhah; Reliana Lumban Toruan; Lalea Sari
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 19, No 3 (2021): November 2021
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.19.3.649-660

Abstract

Danau Maninjau yang terletak di Provinsi Sumatera Barat telah ditetapkan sebagai salah satu danau prioritas nasional diantara 15 danau lainnya. Kondisi kualitas air Danau Maninjau salah satunya dipengaruhi oleh kondisi kualitas air dari sungai-sungai yang bermuara di danau tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kualitas air sungai inlet Danau Maninjau dengan menggunakan bioindikator makrozoobentos. Penelitian dilakukan pada bulan Juni dan Agustus 2019 di empat sungai inlet Danau Maninjau yang meliputi Sungai Koto Kaciak, Kurambik, Kularian, dan Ranggeh Bayur. Pengambilan sampel makrozoobentos dilakukan di segmen hulu, tengah, dan hilir dengan menggunakan kick net pada substrat berbatu dan berpasir, serta pengeruk Ekman pada substrat berlumpur. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan makrozoobentos di keempat sungai inlet dengan kisaran 5-25 famili dan 4-10 ordo yang tergolong ke dalam delapan kelas meliputi Insekta, Clitellata, Malacostraca, Bivalvia, Gastropoda, Polychaeta, Hirudinea, dan Turbellaria. Hasil analisis korelasi Spearman antara metrik biologi dengan Water Quality Index (WQI)  menunjukkan bahwa metrik SIGNAL, EPT, dan LQI memiliki korelasi yang sangat kuat dengan nilai r > 0,7 (p<0,01). Metrik SIGNAL dengan korelasi tertinggi (r = 0,752) menunjukkan kondisi perairan sungai inlet Danau Maninjau  yang tercemar ringan hingga berat. Metrik SIGNAL, EPT, dan LQI dapat diaplikasikan untuk melengkapi penilaian parameter fisik kimiawi perairan sungai inlet Danau Maninjau. ABSTRACTLake Maninjau which is located in West Sumatra Province has been designated as one of the national priority lakes among 15 other lakes. Water quality conditions of Lake Maninjau is influenced by the condition of the water quality of the streams that flow into the lake. The present study aimed to determine the condition of the water quality of the inlet stream of Lake Maninjau by using macrozoobenthos as bioindicators. This study was conducted in June and August 2019 in four inlet streams of Lake Maninjau including the Koto Kaciak, Kurambik, Kularian, and Ranggeh Bayur streams. A sampling of macrozoobenthos was carried out in the upstream, middle, and downstream using Surber nets on rocky and sandy substrates, and Ekman Grab on muddy substrates. Based on the results of this study, macrozoobenthos were found in the four inlet streams with a range of 5-25 families and 4-10 orders and classified into eight classes including Insects, Clitellata, Malacostraca, Bivalvia, Gastropods, Polychaeta, Hirudinea, and Turbellaria. The results of the Spearman correlation analysis between biological metrics and the Water Quality Index (WQI) show that the SIGNAL, EPT, and LQI metrics have a very strong correlation with r values > 0.7 (p < 0.01). The SIGNAL metric has the highest correlation (r = 0.752) indicates the inlet streams of Lake Maninjau which are lightly to heavily polluted. Metrics of macrozoobenthos communities such as SIGNAL, EPT, and LQI can be applied to complete the assessment of the physicochemical parameters of inlet streams of Lake Maninjau 

Page 1 of 3 | Total Record : 21


Filter by Year

2021 2021