cover
Contact Name
Agus Mulia
Contact Email
agus.mulia@yahoo.com
Phone
+628126373423
Journal Mail Official
agus.mulia@yahoo.com
Editorial Address
Balai Bahasa Sumatera Utara Jalan Kolam (Ujung) Nomor 7 Medan Estate, Sumatera Utara 20225?
Location
Kota medan,
Sumatera utara
INDONESIA
MEDAN MAKNA: Jurnal Ilmu Kebahasaan dan Kesastraan
ISSN : 18299237     EISSN : 27212955     DOI : 10.26499
Artikel dari hasil penelitian maupun kajian kebahasaan dan kesastraan, baik bahasa/sastra Indonesia, bahasa/sastra daerah, bahasa/sastra asing maupun pembelajaran bahasa/sastra Indonesia.
Articles 18 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 1 (2008): Medan Makna" : 18 Documents clear
Penggunaan Kosakata Baku Bahasa Indonesia Masyarakat Berpendidikan di Kota Medan Martin Martin
MEDAN MAKNA: Jurnal Ilmu Kebahasaan dan Kesastraan Vol 5, No 1 (2008): Medan Makna
Publisher : Balai Bahasa Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/mm.v5i1.805

Abstract

Penggunaan bahasa Indonesia secara formal masih dirasakan belum memadai atau menggembirakan jika dilihat dari segi ketaatan terhadap kaidah bahasa. baik di kalangan masyarakat umum, maupun khususnya di kalangan berpendidikan di kota Medan. Asumsi dasar ini dapat terlihat pada penggunaan bahasa dalam laporan teknis ataupun dalam berita tulisan di koran. Tampaknya masih lebih diutamakan penggunaan bahasa asal dapat dimengerti atau bahasa yang biasa digunakan oleh banyak orang daripada bahasa yang takluk kepada kaidah.Kata Kunci: bahasa baku, masyarakat berpendidikan
Bahasa Indonesia Lisan dan Tulisan Amrin Saragih
MEDAN MAKNA: Jurnal Ilmu Kebahasaan dan Kesastraan Vol 5, No 1 (2008): Medan Makna
Publisher : Balai Bahasa Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/mm.v5i1.796

Abstract

Bahasa terbentuk dalam konteks sosial yang terjadi dari konteks situasi, budaya dan ideologi. Konteks situasi mencakup mode atau medium realisasi bahasa yang dapat berupa medium lisan atau tulisan. Hubungan bahasa dengan konteks sosial adalah hubungan semiotik konstrual: konteks sosial menentukan dan ditentukan bahasa. Dengan pengertian ini mode atau medium lisan dan tulisan menentukan realisasi linguistik yang dikenal sebagai varitas fungsional bahasa (functional variety). Tulisan ini mengurai varitas fungsional bahasa lisan dan tulisan yang mencakup varitas leksikal dan tata bahasa.Kata Kunci: bahasa lisan, tulisan
Keantoniman Amran Purba
MEDAN MAKNA: Jurnal Ilmu Kebahasaan dan Kesastraan Vol 5, No 1 (2008): Medan Makna
Publisher : Balai Bahasa Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/mm.v5i1.801

Abstract

Bentuk-bentuk yang selama ini dianggap sebagai antonim ternyata dapat dipilah-pilah yang mana sebenarnya antonim dan mana yang tergolong komplementer, kesebalikan, dan arah. Dan, antonim tidak sama dengan pertentangan makna atau lawan kata sebagaimana sering dipakai pada kebanyakan buku semantik.Kata Kunci: antonim, leksikal
Medan Makna Sampul Dalam
MEDAN MAKNA: Jurnal Ilmu Kebahasaan dan Kesastraan Vol 5, No 1 (2008): Medan Makna
Publisher : Balai Bahasa Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/mm.v5i1.792

Abstract

Peran Orang Jawa dan Cina dalam Keruangan Kota Medan (Sebuah Studi Antropologi dalam Pengembangan dan Penataan Kota Medan) Suyadi Suyadi
MEDAN MAKNA: Jurnal Ilmu Kebahasaan dan Kesastraan Vol 5, No 1 (2008): Medan Makna
Publisher : Balai Bahasa Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/mm.v5i1.806

Abstract

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan teknik sampling. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peran orang Jawa dan Cina dalam keruangan kota Medan.Peran atau partisipasi warga dalam governance adalah keterlibatan warga dalam pembuatan keputusan mengenai penggunaan sumber daya publik dan pemecahan masalah publik untuk pembangunan daerahnya.Peran warga yang tecermin dalam sistem pengetahuan dan teknologi serta kebudayaan lokal pada masyarakat Jawa dan Cina masih mempertimbangkan nilai-nilai adat, seperti melakukan prinsip-prinsip konservasi, manajemen, dan eksploitasi sumber daya alam, ekonomi, dan sosial. Hal ini tampak jelas pada perilaku masyarakat yang memiliki rasa hormat begitu tinggi terhadap struktur ruang publik yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupannya.Kebudayaan Jawa dan Cina merupakan nilai-nilai kebudayaan nenek moyang orang Jawa dan Cina pada zamannya masing-masing. Kebudayaan itu sendiri sebenarnya tidak semua statis tetapi berubah menurut kondisi zaman yang memberikan tantangan yang berbeda pula, namun ada nilai-nilai luhur yang perlu dilestarikan dan tentu ada yang sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman. Kondisi ini adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari atau dibendung, bahwa dari waktu ke waktu, lamban atau cepat, kebudayaan satu suku bangsa akan mengalami perubahan, terutama dalam kaitannya dengan ruang-ruang publik.Kata Kunci: keruangan kota, antropologi sosial
Bahasa sebagai Pesan Amrin Saragih
MEDAN MAKNA: Jurnal Ilmu Kebahasaan dan Kesastraan Vol 5, No 1 (2008): Medan Makna
Publisher : Balai Bahasa Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/mm.v5i1.797

Abstract

Satu fungsi bahasa dalam hidup manusia adalah menyampaikan pesan. Pesan yang disampaikan pemakai bahasa bermula dari awal pesan yang diikuti oleh pesan selanjutnya. Dalam tata bahasa titik awal pesan dikodekan oleh Tema yakni pesan yang menjadi tumpuan uraian pada pesan berikut di dalam satu klausa. Pesan berikutnya setelah Tema dikodekan oleh Rema. Tema dan rema dapat dikodekan oleh urutan (urutan pertama Tema dan urutan seterusnya Rema) dan pemarka. Tema dan Rema merupakan dua unsur penentu dalam pengembangan klausa menjadi teks atau wacana. Tulisan ini mengurai Tema dan Rema dalam bahasa dari perspektif linguistik sitemik fungsional yang bahasannya mencakup berbagai aspek.Kata Kunci: Tema, Rema
Meretas Budaya Masyarakat Batak Toba dalam Cerita Sigalegale Nurelide Nurelide
MEDAN MAKNA: Jurnal Ilmu Kebahasaan dan Kesastraan Vol 5, No 1 (2008): Medan Makna
Publisher : Balai Bahasa Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/mm.v5i1.802

Abstract

Sastra lisan pada hakekatnya adalah tradisi yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat tertentu. Keberadaannya diakui, bahkan sangat dekat dengan kelompok masyarakat yang memilikinya. Dalam sastra lisan, isi ceritanya seringkali mengungkapkan keadaan sosial budaya masyarakat yang melahirkan. Biasanya sastra lisan berisi berupa gambaran latar sosial, budaya, serta sistem kepercayaan. Kebudayaan masyarakat Batak Toba dengan sistem patrilinealnya, sistem kepercayaan, serta kesenian tergambar dalam cerita Sigale-gale.Fokus kajian yang dibahas adalah bagaimanakah konsep kebudayaan masyarakat Batak Toba yang terdapat dalam cerita SGG. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah antropologi sastra, dengan memanfaatkan teori kebudayaan untuk menganalisis konsep kebudayaan masyarakat Batak Toba yang terdapat dalam cerita SGG.Hasil penelitian cerita SGG ini menunjukkan bahwa masyarakat Batak Toba di Samosir mengungkapkan bahwa tujuan hidup yang utama masyarakat Batak Toba pada zaman dahulu, yaitu setiap orang berkeinginan mencapai hamoraon (kekayaan), hagabeon (keturunan) dan hasangapon (kehormatan). Khusus mengenai tujuan hidup untuk mendapat berkat melalui keturunan (hagabeon) itu, dalam pandangan masyarakat Batak tradisional bahwa memiliki banyak anak adalah sangat penting. Bagi masyarakat Batak Toba yang menganut sistem kekerabatan patrilineal. Anak laki-laki memiliki arti penting di dalam kehidupan keluarga. Keluarga yang tidak memiliki anak laki-laki diibaratkan sebatang pohon yang tidak memiliki akar. Setiap anak laki-laki mempunyai kewajiban mengurus dan meneruskan kelangsungan hidup keluarga. Masyarakat Batak menginginkan kematian yang ideal menurut adat kematian, yang dicita-citakan oleh setiap anggota masyarakat Batak Toba, yaitu berusia lanjut, beranak, bercucu, bercicit, dan berbuyut. Semua keturunanannya gabe (banyak keturunan) dan maduma (hidup sejahtera), tidak ada cacat dan celanya. Kematian itu disebut saurmatua.Kata kunci: Kebudayaan tradisional Batak Toba, struktural, makna budaya
Medan Makna Pengantar Redaksi
MEDAN MAKNA: Jurnal Ilmu Kebahasaan dan Kesastraan Vol 5, No 1 (2008): Medan Makna
Publisher : Balai Bahasa Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/mm.v5i1.793

Abstract

Page 2 of 2 | Total Record : 18