cover
Contact Name
Agni Susanti
Contact Email
agniesusanti2204@gmail.com
Phone
+6287722631615
Journal Mail Official
obstetrianestesi@gmail.com
Editorial Address
Department of Anesthesiology and Intensive Care Dr. Sardjito General Hospital Yogyakarta Jl.Jl. Kesehatan No.1, Senolowo, Sinduadi, Yogyakarta
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia
ISSN : -     EISSN : 2615370X     DOI : https://doi.org/10.47507/obstetri.v3i2
Core Subject : Health, Science,
We accept manuscripts in the form of Original Articles, Case Reports, Literature Reviews, both from clinical or biomolecular fields, as well as letters to editors in regards to Obstetric Anesthesia and Critical Care. Manuscripts that are considered for publication are complete manuscripts that have not been published in other national journals. Manuscripts that have been published in the proceedings of the scientific meeting can still be accepted provided they have written permission from the organizing committee. This journal is published every 6 months with 8-10 articles (March, September) by Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC).
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 5 No 3 (2022): November" : 8 Documents clear
Update Penanganan Nyeri Pascabedah dengan Blok Bidang Transversus Abdominis (BTA) pada Pasien Kanker Ovarium yang Menjalani Pembedahan Histerektomi Total Lienardy Prawira; Syafruddin Gaus
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 5 No 3 (2022): November
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v5i3.93

Abstract

Kanker ovarium merupakan salah satu kanker ginekologi paling umum yang menempati urutan ketiga setelah kanker serviks dan kanker rahim serta memiliki prognosis terburuk dan angka kematian tertinggi. Pembedahan adalah pengobatan utama untuk kanker ovarium. Salah satu komplikasi pascabedah yang sering terjadi ialah nyeri yang berat. Tatalaksana nyeri pascabedah histerektomi abdominal saat ini merekomendasikan analgesia multimodal dan mengurangi penggunaan opioid. Penggunaan blok BTA mengurangi konsumsi opioid (morfin), skor nyeri saat istirahat, sedasi dan insidensi mual muntah pascabedah (MMPB). Pada kasus ini perempuan usia 54 tahun dengan diagnosis neoplasma ovarian kistik bilateral dilakukan pembedahan histerektomi total dan salfingooforektomi bilateral dan dilakukan blok BTA sebagai tatalaksana nyeri pascabedah sebagai salah satu modalitas teknik analgesia multimodal dikombinasikan dengan obat anti inflamasi non steroid (OAINS) dan gabapentinoid. Berdasarkan hasil pengamatan pada 24 jam pertama pascapembedahan, tanda-tanda vital stabil, intensitas nyeri ringan pada kondisi diam dan bergerak dan tidak ada rescue opioid. Dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan blok BTA sebagai salah satu modalitas teknik analgesia multimodal terbukti dapat menghilangkan kebutuhan opioid pada 24 jam pertama pascabedah.
Perbandingan antara Kombinasi Ibuprofen dan Paracetamol dengan Ibuprofen terhadap Derajat Nyeri dan Kadar Substansi-P Pasca Seksio Sesarea dengan Anestesi Spinal Abdullah Syawal Muchlis; Muhammad Ahmad; Nur Wirawan; Andi Muhammad Musba; Ratnawati Muhadi; Madonna Datu
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 5 No 3 (2022): November
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v5i3.100

Abstract

Latar Belakang: Nyeri pasca seksio sesarea (SC) merupakan permasalahan sangat penting yang dihadapi pada pasien pascabedah. Analgesia preventif mencegah nyeri, aferen sensorik dan sensitisasi saraf pusat sebelum stimulasi nosiseptif.Tujuan: Membandingkan efek pemberian analgetik preventif antara kombinasi ibuprofen 400 mg dan paracetamol 1 g intravena dengan ibuprofen 800 mg intravena terhadap skor numeric rating scale (NRS) dan kadar susbtansi -P (SP) pasca SC dengan anestesi spinal.Subjek dan Metode: Uji klinis acak tersamar ganda. Sampel terdiri atas 2 kelompok yakni K1 (kelompok yang mendapatkan ibuprofen 400 mg dan paracetamol 1 g intravena 30 menit prabedah) dan P2 (kelompok yang mendapatkan ibuprofen 800 mg intravena 30 menit prabedah) dilanjutkan pascabedah dengan jumlah sampel masing-masing 15 orang. Data dianalisis dengan Mann Whitney dan independent T-test dengan tingkat kemaknaan α=0,05. Hasil: NRS diam dan gerak pada jam ke 4, 8 dan 12 pasca SC pada K1 lebih rendah dibandingkan K2 dengan nilai p<0,05. Kadar SP didapatkan perbedaan bermakna dengan nilai p<0,05 pada 4 jam dan perubahan 8 jam pascabedah (2 jam pre-8 jam pascabedah) yaitu kadar SP pada kelompok K1 lebih rendah daripada K2.Simpulan: Skor NRS diam, gerak, dan kadar SP pada preventif ibuprofen 400 mg dan parasetamol 1 g intravena
Manajemen Anestesi pada Ibu Hamil dengan Preeklampsia Berat, Sistemik Lupus Eritematosus dan Sindroma Antifosfolipid Hendra Leofirsta; RTH Soepraptomo
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 5 No 3 (2022): November
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v5i3.103

Abstract

Pelayanan di bidang anestesi obstetri tidak luput dari berbagai penyakit penyerta yang dimiliki oleh ibu, tidak terkecuali penyakit yang berhubungan dengan sistem imunologis ibu. Sistemik lupus eritematosus (SLE) merupakan penyakit multisistem kompleks yang disebabkan karena interaksi antara faktor genetik, lingkungan dan perubahan respons sel imun tubuh yang dapat mempengaruhi fungsi sistem organ, terutama pada saat kehamilan dan persalinan. Seorang wanita 31 tahun G2P1A0 hamil 34 minggu datang dengan keluhan riwayat pengobatan SLE, sindroma antifosfolipid sejak tahun 2018. Saat datang pasien mengeluh sedikit sesak, mual dan nyeri di daerah kedua sendi lutut. Pasien didiagnosis kehamilan dengan pre-eklampsia berat (PEB) dan riwayat SLE, sindroma antifosfolipid (APS) dalam terapi. Dilakukan tindakan seksio sesarea dan insersi intrauterin device (IUD) dengan teknik anestesi umum. Setelah operasi selesai, pasien dimasukkan ke high care unit (HCU) untuk pemantauan lebih lanjut. Anestesi umum dipilih pada pasien seksio sesarea dengan SLE. Anestesi umum dilakukan dengan teknik rapid sequence induction (RSI) dengan prinsip 7P. Teknik dan rumatan operasi pada pasien ini dapat dilakukan baik secara anestesi regional maupun anestesi umum dengan mempertimbangkan adanya risiko komplikasi terhadap sistem organ terutama paru dan jantung akibat riwayat SLE yang dimiliki pasien
Manajemen Anestesi Spinal dengan Levobupivakain Isobarik dan Fentanil pada Pasien Preeklampsi Berat yang dilakukan Seksio Sesarea Supraptomo, RTH
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 5 No 3 (2022): November
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v5i3.105

Abstract

Hipertensi pada kehamilan merupakan lima besar penyebab kematian maternal. Preeklampsia berat (PEB) adalah hipertensi yang terjadi pada ibu hamil yang biasanya dijumpai pada kehamilan 20 minggu, ditandai dengan proteinuria dengan atau tanpa edema. Seksio sesarea (SC) merupakan persalinan buatan dengan melakukan insisi pada dinding depan perut. Salah satu indikasi dilakukannya persalinan SC adalah pre-eklampsia berat. Seorang wanita 31 tahun G5P3A1 dengan pre-eklampsia berat, fetal hipoksia, oligohidramnion, hamil postdate, dan obesitas kelas I, status fisik ASA II-E direncanakan untuk melakukan SC dan tubektomi. Operasi dilakukan dengan menggunakan Regional Anesthesia Subarachnoidal Block (RASAB). Obat anestesi yang digunakan yaitu kombinasi levobupivakain dan fentanil. Anestesi regional lebih banyak dipakai pada tindakan SC karena prosesnya cepat, nyaman ketika operatif, dan kualitas analgesianya baik saat post operasi. Anestesi regional juga dikaitkan dengan fluktuasi hemodinamik yang lebih sedikit. Levobupivacaine bekerja dengan memblokade saluran natrium neuronal yang mencegah depolarisasi dan bersifat reversibel pada saraf sensorik maupun motorik Kombinasinya fentanil dapat menghasilkan pemanjangan blok sensorik tanpa ada perbedaan pada onset spinal anestesi. SC dan MOW pada pasien dilakukan dengan menggunakan RASAB dengan obat anestesi kombinasi levobupivakain dan fentanil. Kombinasi tersebut bertujuan untuk memperpanjang durasi blok sensorik tanpa memperpanjang durasi blok motorik sehingga dapat mengurangi nyeri pada pasien tanpa mengganggu fungsi motoriknya.
Manajemen Anestesi pada Pasien Suspek Kasus COVID-19 disertai Hipertensi Kronis Superimposed Preeklamsia dan Hipertiroid yang dilakukan Seksio Sesarea Dadik Prasetya Hutama; Isngadi isngadi; Rudi Hartono
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 5 No 3 (2022): November
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v5i3.106

Abstract

Kehamilan berhubungan dengan perubahan spesifisitas pada reseptor antibodi thyroid stimulating hormone (TSH). Pada kehamilan, reseptor antibodi TSH yang semula distimulasi berubah menjadi penghambatan. Perubahan aktivitas reseptor ini menyebabkan terjadinya peningkatan hormon tiroid selama kehamilan. Kondisi hipertiroid dalam kehamilan yang tidak terkontrol dapat meningkatkan risiko terjadinya preeklamsia berat pada maternal. Kondisi ini dapat lebih diperburuk dengan adanya riwayat hipertensi. Laporan kasus ini melaporkan seorang pasien perempuan usia 24 tahun yang didiagnosis dengan kasus suspek pneumonia COVID-19, hipertensi kronik superimposed preeklamsia, serta hipertiroid jangka panjang yang sudah mendapatkan pengobatan. Pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah 128/65 mmHg, nadi 129 kali/menit, dan SpO2 96% menggunakan non rebreathing mask (NRBM) 10 liter per menit. Tidak ditemukan tanda maupun gejala yang mengarah kepada penyakit Grave ataupun thyroid storm namun evaluasi dengan skala Burch and Wartofsky’s didapatkan total skor 25 yang mengindikasikan bahwa pasien dalam keadaan impending thyroid storm. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan hasil T3 0,86; FT4 1,73; dan TSH < 0,01. Pasien mendapatkan terapi tyrozol, lugol, propanolol, hidrokortison, serta magnesium sulfat. Persalinan dilakukan dengan prosedur seksio sesarea dimana teknik anestesi yang digunakan adalah combine spinal epidural menggunakan bupivakain 0,5% 15 mg. Manajemen anestesi yang tepat dalam kehamilan dengan hipertensi kronik superimposed preeklamsia dan hipertiroid menjadi penting karena ditujukan untuk mencegah terjadinya eklamsia dan thyroid storm yang dapat meningkatkan risiko perburukan kondisi pada pasien
Autoregulasi Serebral dalam Kehamilan Wulan Fadinie; Yusmein Uyun
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 5 No 3 (2022): November
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v5i3.107

Abstract

Autoregulasi merupakan suatu proses penting untuk menjaga sirkulasi saat terjadi peningkatan maupun penurunan tekanan arteri secara mendadak. Batas autoregulasi otak ini memiliki rentang fisiologi pada 50–150 mmHg. Cerebral Blood Flow (CBF) dipengaruhi oleh volume dan kekentalan darah, tekanan perfusi, dan tekanan intrakranial. Adaptasi sirkulasi serebral dalam kehamilan berfungsi untuk mempertahankan oksigenasi dan pengiriman nutrisi terhadap janin serta fungsi ekskresi yang sama seperti dalam keadaan tidak hamil, terutama dalam menghadapi perubahan hemodinamik sistemik yang luar biasa terkait dengan kehamilan. Banyak hal yang dapat mempengaruhi autoregulasi, salah satunya adalah hipertensi. Hipertensi adalah salah satu komplikasi medis yang paling sering dijumpai dalam kehamilan, dan menjadi penyebab kematian ibu. Hipertensi dalam kehamilan mempengaruhi beberapa organ, tetapi pengaruh paling besar adalah terhadap organ serebrovaskular karena dapat menyebabkan kematian atau morbiditas jangka panjang. Meskipun begitu perubahan serebrovaskuler di otak, tidak selalu diiringi dengan kenaikan tekanan intrakranial yang menjadi pertimbangan penting dalam pemilihan tindakan dan obat yang dipakai dalam anestesi.
Perbandingan antara Dexametason dan Metamizol Intravena terhadap Kadar Neutrofil Pasca Seksio Sesarea Muh. Wirawan Harahap; Muh. Ramli Ahmad
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 5 No 3 (2022): November
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v5i3.108

Abstract

Latar Belakang: Nyeri pasca seksio sesarea merupakan permasalahan sangat penting yang dihadapi pada pasien pascabedah. Proses inflamasi memicu datangnya sel-sel lekosit seperti neutrofil sehingga proses inflamasi yang terjadi bertambah hebat. Procedure spesific postoperative pain management (PROSPECT) tahun 2020 merekomendasikan pemberian dexametason pada seksio sesarea sebagai analgetik, antiinflamasi dan mencegah PONV pascabedah.Tujuan: membandingkan efek pemberian dexametason dan metamizol terhadap kadar neutrofil pasca seksio sesarea. Subjek dan Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan uji klinis acak tersamar ganda. Sampel terdiri atas 2 kelompok yakni K1 (kelompok yang mendapatkan dexametason 8 mg intravena 1 jam prabedah) dan K2 (kelompok yang mendapatkan metamizol 1 g intravena 1 jam prabedah) dengan jumlah sampel masing-masing 16 orang. Data dianalisis menggunakan uji statistik paired t-test dan independent t-test dengan tingkat kemaknaan α=0,05. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna kadar neutrofil antara kelompok dexametason dengan kelompok metamizol pascabedah seksio sesarea dengan nilai p<0,05. Kadar neutrofil pada kelompok metamizol lebih tinggi dibandingkan kelompok dexametason.Simpulan: Peningkatan kadar neutrofil lebih rendah pada pemberian dexametason dibandingkan metamizol pasca seksio sesarea.
Neuroanestesi untuk Wanita Hamil Dewi Yulianti Bisri; Tatang Bisri
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 5 No 3 (2022): November
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v5i3.110

Abstract

Spesialis anestesiologi mungkin harus membius pasien hamil untuk tindakan bedah saraf jauh sebelum melahirkan, untuk seksio sesarea (SC) pada saat prosedur bedah saraf, atau untuk persalinan setelah bedah saraf. Manajemen anestesi pasien tersebut dapat dipersulit oleh perubahan fisiologis yang terjadi selama kehamilan. Perubahan ini mungkin memerlukan penyesuaian dalam manajemen anestesi yang bertentangan dengan anestesi untuk wanita yang tidak hamil dengan kondisi bedah saraf yang sama. Kesejahteraan ibu harus tetap menjadi perhatian utama, tetapi penting untuk menyadari bahwa intervensi yang menguntungkan ibu mungkin berpotensi membahayakan janin. Indikasi untuk intervensi bedah saraf atau neuroradiologi intervensi selama kehamilan termasuk lesi vaskular intrakranial perdarahan subaraknoid (SAH), perdarahan intrakranial (ICH), malformasi arteriovenosa (AVM), dan trombosis sinus, stroke iskemik, tumor intrakranial simtomatik, abses serebral, dan tumor dan lesi sumsum tulang belakang. Trauma selama kehamilan, termasuk cedera kepala, adalah penyebab utama kematian dan morbiditas ibu. Pengetahuan tentang perubahan fisiologis kehamilan sangat penting untuk manajemen anestesi wanita hamil yang menjalani bedah saraf. Kunci untuk pemeliharaan kesejahteraan janin selama operasi adalah oksigenasi ibu dan pemeliharaan perfusi uteruseroplacental yang tepat.

Page 1 of 1 | Total Record : 8