Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Silvikultur; Jasa Lingkungan (Nilai Hutan); Biometrik Hutan; Pengolahan Hasil Hutan; Keteknikan dan Pemanenan Hutan; Hasil Hutan Bukan Kayu; Perlindungan Hutan; Konservasi Sumberdaya Hutan; Perhutanan Sosial, Ekonomi dan Kebijakan; Ekologi Tumbuhan dan Biomassa Hutan; Mikrobiologi dan Bioteknologi; Hama dan Penyakit Hutan; Anatomi Kayu; Hidrologi dan Konservasi Tanah Hutan; Dendrologi, Fitogeografi dan Arsitektur Pohon; Fisiologi Tumbuhan
Articles
173 Documents
Stabilisasi Dimensi Kayu Shorea retusa Meijer Dengan Poly Vinil Acetate (PVAc)
Andrian Fernandes
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 8, No 1 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20886/jped.2014.8.1.1-6
Peningkatan kebutuhan akan kayu menyebabkan digunakannya kayu-kayu berdiameter lebih kecil dan berasal dari jenis-jenis kayu kurang dikenal, misalnya Shorea retusa Meijer. Kayu berdiameter kecil yang berasal dari pohon yang berumur muda cenderung memiliki sifat yang kurang begitu baik, salah satunya adalah memiliki dimensi yang kurang stabil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perendaman S. retusa Meijer dalam PVAc untuk proses stabilisasi dimensi dengan konsentrasi larutan PVAc 25,0 g/L, 37,5 g/L dan 50,0 g/L, serta lama perendaman, yaitu 1, 2 dan 3 hari. Parameter yang diukur adalah penyusutan longitudinal, tangensial, radial dan ASE (Anti Shrinkage Efficiency). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kayu S. retusa Meijer yang direndam dalam larutan PVAc dengan konsentrasi 25 g/L selama 3 hari memberikan nilai scoring tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
PEMANFAATAN WILAYAH TERTENTU OLEH MASYARAKAT DESA LONG BELIU DI KPHP MODEL BERAU BARAT KABUPATEN BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Eddy Mangopo Angi;
Catur Budi Wiati
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 5, No 1 (2019): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20886/jped.2019.5.1.47-62
Skema pemanfaatan hutan di Wilayah Tertentu/WT pada KPH diatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan RI Nomor: P.47/Menhut-II/2013 Tentang Pedoman, Kriteria dan Standar Pemanfaatan Hutan di Wilayah Tertentu pada KPHL dan KPHP. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginformasikan potensi pengembangan dan pemanfaatan WT dalam wilayah KPHP Model Berau Barat untuk pengembangan skema pemberdayaan masyarakat, khususnya diDesa Long Beliu Kecamatan Kelay Kabupaten Berau.Waktu pengambilan data di lapangan dilakukan pada tahun 2013 sedangkan studi literatur pada tahun 2019. Lokasi studi di Desa Long Beliu Kecamatan Kelay Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur. Metode yang digunakan berupa studi literatur, wawancara mendalam (dept interview) dengan responden kunci (key informants), diskusi terfokus (Focus Group Discussion/FGD) dan, pemetaan partisipatif WT yang dimaksud. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan deskriptif – kualitatif sesuai dengan tujuan studi. Hasil studi menunjukan bahwa WT yang ada di wilayah admnistrasi Desa Long Beliu, dapat dikembangkan merupa pengelolaan Hutan Desa/HD. Skema ini dipilih oleh masyarakat Desa Long Beliu sesuai dengan kondisi dan karakteristik wilayah dan kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat.
PERTUMBUHAN TANAMAN Shorea roxburghii G. Don PADA AREAL ILALANG
Ernayati Ernayati;
Giono Giono;
Deny Prasetyawan
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 1, No 1 (2007): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20886/jped.2007.1.1.37-46
Pengamatan tentang pertumbuhan Shorea roxburghii G. Don pada areal ilalang dilaksanakan di Semoi II. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan dan riap tanaman sampai umur lima tahun setelah ditanam. Perlakuan yang telah diberikan adalah pemupukan dengan NPK, TSP dan guano dengan dosis 10 gram, 50 gram, 100 gram untuk NPK dan TSP, serta 50 gram, 100 gram dan 200 gram untuk guano per tanaman. Pemupukan hanya diberikan sekali pada saat penanaman. Parameter yang diukur adalah tinggi, diameter dan persentase hidup tanaman. Setelah berumur lima tahun pertumbuhan tinggi tanaman S. roxburghii G. Don mencapai 340,87 cm dengan riap tinggi 68,17 cm per tahun, pertumbuhan diameter 5,10 cm dengan riap diameter 1,02 cm dan persentase hidup 97,17%.
Produktivitas Tegakan Tanaman Meranti Tembaga (Shorea leprosula Miq.) dari Cabutan Alam dan Stek Pucuk
Asef Kurniyawan Hardjana;
Lydia Suastati
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 8, No 1 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20886/jped.2014.8.1.47-58
Produktivitas tanaman merupakan salah satu indikator yang dapat menentukan keberhasilan suatu penanaman. Salah satu jenis penting dalam famili Dipterocarpaceae yang informasi mengenai produktivitas tanamannya yang ditanam dalam kawasan hutan tanaman belum banyak diketahui adalah meranti tembaga (S. leprosula Miq.). Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas pertumbuhan tanaman meranti tembaga (S. leprosula Miq.) yang berasal dari cabutan dan stek dari umur 9 - 15 tahun yang diukur secara periodik (2 tahun sekali) pada areal hutan tanaman. Percobaan penanaman dilakukan pada lahan belukar muda bekas kebakaran dengan perlakuan jarak tanam 5 m x 4 m. Ukuran plot pengamatan dibuat persegi dengan luas 0,25 ha, jumlah plot keseluruhan adalah 12 plot yang terdiri dari 9 plot untuk tanaman asal cabutan alam dan 3 plot untuk tanaman asal stek pucuk. Hasil penelitian menunjukan bahwa tanaman meranti tembaga yang berasal dari bibit cabutan dan stek memiliki pertumbuhan yang pesat, hingga umur 15 tahun riap diameter rata-rata tahunan (MAI) untuk tanaman yang berasal dari cabutan sebesar 1,55 cm/tahun dan 1,78 cm/tahun untuk tanaman yang berasal dari stek.
Analisis Vegetasi Di Taman Nasional Gunung Merapi
Anggiyani Fabilah Parwati;
Zahra Aptari;
Rohmi Dwi Saputri;
Ahmad Malik Akbarudin;
Arsy Gita Kirana;
Seftiana Tri Wahyuni
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 5, No 2 (2019): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20886/jped.2019.5.2.107-112
Keanekaragaman merupakan kumpulan seluruh penghuni biosfer yang berhubungan antara satu dengan yang lainnya dan saling mempengaruhi. Keanekaragaman jenis tumbuhan sebagian besar terdapat di hutan tropis khususnya pegunungan. Struktur hutan tropis dapat menciptakan keanekaragaman jenis yang tumbuh didalamnya. Analisis vegetasi tumbuhan di Taman Nasional Gunung Merapi ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman hayati dan mengetahui struktur dan komposisi vegetasi hutan tersebut. Analisi Vegetasi ini mendapatkan hasil yaitu ada 4 habitus yang ada, yaitu lumut-lichen, semak, herba, dan tegakan. Indeks Nilai Penting berfungsi sebagai indikator seberapa penting tumbuhan itu ada di sana. Tumbuhan yang memiliki INP paling tinggi pada habitus masing-masing yaitu Pogonatum sp dengan INP sebesar 203,314% pada habitus Lumut-Lichen. Ageratina repair dengan INP 124,761%. pada habitus Herba , Brachiria mutica dengan INP 141,488% pada habitus Semak dan Syzygium oleina dengan INP 111,333% pada habitus Tegakan. Tingginya INP menunjukan bahwa spesies tersebut dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar dibandingkan dengan spesies lainnya.
POTENSI REGENERASI DAN PENYEBARAN Shorea balangeran (Korth.) Burck DI SUMBER BENIH SAKA KAJANG, KALIMANTAN TENGAH
Tri Atmoko
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 5, No 2 (2011): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20886/jped.2011.5.2.21-36
Penelitian potensi regenerasi dan penyebaran Shorea balangeran (Korth.) Burckdilakukan di Tegakan Benih Teridentifikasi (TBI) Saka Kajang, Kalimantan Tengah. Penelitian bertujuan untuk mengetahui potensi regenerasi dan penyebaran S. balangeran. Penelitian dilakukan dengan analisis vegetasi metode jalur berpetak. Petak yang dibuat sebanyak 12 yang ditempatkansecara purposive sampling. Sedangkan data penyebaran pohon diperoleh dengan memetakan seluruh pohon S. balangeran dbh >10 cm dan mencatat kondisi fenotifnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi vegetasi di TBI Saka Kajang terdiri dari 57 jenis, termasuk dalam 33 marga dan 23 suku. Vegetasi tingkat pohon, tiang dan semai didominasi oleh S. balangeran, sedangkan tingkat pancang didominasi jenis Macaranga bancana (Miq.) Muell. Arg. Pohon S. balangeran dijumpai sebanyak 273 pohon, sebagian besar berdiameter batang >35 cm dan tumbuh saling berdekatan. Pohon berdiameter menengah (30-39,9 cm, 40-49,9 cm dan 50-59.9 cm) mempunyai kerapatan yang tinggi (3,86 pohon/ha, 4,57 pohon/ha dan 3,29 pohon/ha) dan rata-rata tajuknya menempati lapisan (stratum) C.
Pengaruh Pemberian Inokulum Spora Scleroderma Verrucosum Terhadap Pertumbuhan Bibit Shorea Spp. di Rumah Kaca
Massofian Noor;
Abdurachman Abdurachman
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 8, No 2 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20886/jped.2014.8.2.89-96
Pengaruh spora Scleroderma verrucosum terhadap pertumbuhan bibit Shorea spp telah diteliti. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam Samboja Kalimantan Timur pada bulan April - Desember 2011. Rancangan yang dipergunakan adalah Rancangan Pola Faktorial 5x2x3 dalam acak lengkap dengan 10 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi ketiga faktor tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit Shorea spp, sedangkan media dan jenis Shorea spp masing-masing berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter bibit. Sebaliknya semua perlakuan tidak berpengaruh secara nyata terhadap persen kematian bibit. S. johorensis memiliki pertumbuhan tinggi dan diameter yang paling besar, bila dibandingkan dengan keempat jenis lainnya. Persentase hidup S. johorensis dan S. leprosula mengalami tingkat kematian paling sedikit, kemudian disusul oleh S. pauciflora, S. parvifolia dan S. seminis. Jenis S. seminis memiliki pertumbuhan tinggi rata-rata paling kecil. Pemberian mikoriza berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter bibit Shorea spp dan aplikasi mikoriza 3 ml/bibit menghasilkan pertumbuhan tinggi tercepat 30,06 cm yang berbeda nyata dengan kontrol tanpa mikoriza.
Rehabilitasi Lahan Pasca Tambang Galian C Dengan Jenis Dipterokarpa
Muhammad Fajri
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 6, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20886/jped.2020.6.1.1-16
Post-mining land of type-C mineral has caused problems, because it leaves environmental damage. In order to make the former mining environment better, it is necessary to plant tree species that are in accordance with the characteristics of the post-mining land including dipterocarp species.Post Mining of Class C area has caused problems, because they leave environmental damage. In order to make the former mining environment better, it is necessary to plant tree species that are in accordance with post-mining land characteristics including species of dipterocarpa and non dipterocarpa. Purpose this study was to determine effect of fertilization on growth increment and dipterocarp live percentage as well as non-dipterocarp species live percentage.Research at KHDTK Labanan Berau, East Kalimantan.Plot area size used in the study is 100m x 100m.Treatments used 1kg manure+0.5kg litter;1kg manure without litter;and without applying manure and litter.Each treatment uses 20 plants, with 2 replications in the form of planting lines.Method used experimental with a completely randomized design with 2 plants species and 3 treatments.Data analysis used ANOVA;tree growth analyzed based on increment of height and diameter.Live plants number using live percentage analysis.ANOVA test results for high increment(P-Value=0.951>α=0.05) and diameter increment(P-Value=0.299>α=0.05);B).Average increment of S. leprosula height is 70.44-83.01cm, D. lanceolataa 62.91-72.08cm);Average increment of S. leprosula diameter 0.67-0.97cm, D. lanceolataa 0.59-0.81cm.Dipterocarpa live percentage, S. leprosula 37.5-57.5%, D. lanceolataa 60-75%, 0%.Fertilization treatment not significantly affect height and diameter increment dipterocarp species. Live percentage dipterocarpa species categorized medium-high and non-dipterocarpa between very low-high.Species S. leprosula, D. Lanceolata, can developed for environment improvement of post- mining land of class C
FAKTOR EKSPLOITASI JENIS DIPTEROCARPACEAE (Shorea spp.) DI KALIMANTAN TIMUR
Sukanda Sukanda
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 2, No 1 (2008): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20886/jped.2008.2.1.1-10
Faktor eksploitasi merupakan perbandingan volume kayu yang dimanfaatkan terhadap volume aktual batang yang seharusnya dapat dimanfaatkan. Dengan diketahuinya faktor eksploitasi perusahaan akan dapat merencanakan dan mengawasi produksi kayu yang akan dihasilkan. Tulisan ini menyajikan bagian batang yang seharusnya dapat dimanfaatkan dari pangkal batang hingga batas cabang pertama. Volume batang yang seharusnya dimanfaatkan adalah volume batang yang dapat diangkut hinga log pond atau tempat pemasaran. Informasi yang akurat dari faktor eksploitasi sangat diperlukan dalam perencanaan seperti halnya dalam mengontrol proses dari jalur produksi log. Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor eksploitasi jenis kayu kapur (Dryobalanops sp.) adalah 0.83, markabang (Shorea sp.) sebesar 0.78, majau (Shorea palembanica) sebesar 0.84, meranti kuning (Shorea gibbosa) sebesar 0.78, meranti merah (Shorea acuminata) sebesar 0.75, meranti putih (Shorea javanica) sebesar 0.83 dan mersawa (Anisoptera costata) sebesar 0.80. Dalam kaitannya dengan kelas diameter faktor eksploitasi untuk kelas diameter 60-69 cm sebesar 0.79, kelas diameter 70-79 cm sebesar 0.82, kelas diameter 80-89 cm sebesar 0.79 dan kelas diameter > 90 cm sebesar 0.81. Rata-rata faktor eksploitasi dari Dipterocarpaceae sebesar 0.80.
PERTUMBUHAN KEBUN PANGKASAN JENIS Shorea leprosula Miq.
Deddy Dwi Nurcahyono;
Rayan Rayan;
Rini Handayani
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 1 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20886/jped.2013.7.1.43-52
Kebun pangkasan merupakan tahapan dalam membangun kebun pangkas. Pembangunan kebun pangkasan bertujuan menyediakan materi stek pucuk, dalam kegiatan ini juga mendukung pemuliaan. Pengamatan pertumbuhan tingkat semai Shorea leprosula dilakukan untuk mengukur beberapa parameter pertumbuhan yaitu tinggi dan diameter di kebun pangkasan dari enam provenans, meliputi ITCIKU, Gunung Lumut, Carita, Gunung Bunga, Sungai Runtin dan SBK. Rancangan Acak Berblok (RAB) digunakan dengan provenans dan pohon induk sebagai perlakuan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perbedaan pertumbuhan tinggi dan diameter bibit antar provenans dan pohon induk sangat signifikan. Provenan Sungai Runtin menunjukkan pertumbuhan tinggi yang paling tinggi (60,092 cm) sedangkan pertumbuhan terbesar untuk diameter (4,515 mm) adalah provenan Gunung Bunga.