cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Manajemen Teknologi
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Science,
Jurnal Manajemen Teknologi merupakan salah satu publikasi ilmiah yg diterbitkan oleh SBM ITB, dalam kerangka untuk mendorong pengembangan praktik dan teori manajemen di Indonesia melalui penyebarluasan temuan-temuan hasil riset di bidang sains dan kasus manajemen. Jurnal ini dikenal secara luas dikalangan praktisi dan akademisi di Indonesia sebagai 'The Indonesian Journal for the Science of Management' yang mencakup bidang-bidang antara lain: Knowledge and People Management, Operations and Performance Management, Business Risk, Finance and Accounting, Entrepreneurship, Strategic Business and Marketing and Decision Making and Strategic Negotiation. Jurnal Manajemen Teknologi ( ManTek ) sudah terakreditasi "B" berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional Nomor: 81/DIKTI/Kep/2011. Masa Berlaku 5 (lima) tahun sejak tanggal ditetapkan. Dan terindeks oleh Indonesian Publication Index (IPI), Google Schoolar. Print ISSN: 1412-1700; Online ISSN: 2089-7928
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 21, No 3 (2022)" : 7 Documents clear
The Return on IPO Stocks during the COVID-19 Pandemic in Indonesia Wigantini, Ghea Revina; Nainggolan, Yunieta Anny
Jurnal Manajemen Teknologi Vol 21, No 3 (2022)
Publisher : SBM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12695/jmt.2022.21.3.2

Abstract

Abstract. Conducting an initial public offering (IPO) during the COVID-19 pandemic is not easy due to the current high level of economic uncertainty. This study aims to examine the effect of the COVID-19 pandemic on the initial return on IPO shares in Indonesia. In the study, a cross-sectional regression was applied, using a sample of 51 companies that conduct IPOs. It was found that the fear index over the COVID-19 pandemic negatively affected the initial return. The higher the fear index, the lower the return on IPO stocks on the first listing day. The results therefore demonstrates that the fear of COVID-19 influenced the IPO market return in Indonesia. This study extends the literature on the COVID-19 pandemic, especially on the initial return on IPOs. Practically, this research also provides insight into the issuers regarding the appropriate timing of IPOs during the crisis, particularly for investors who wish to buy IPO shares during an uncertain time. Policymakers are expected to mitigate the cases and deaths of COVID-19 in Indonesia, which may reduce investors’ fear related to COVID-19. This paper's limitation is that it only examines data from 2020, as this was the year in which COVID-19 first announced. Future research could include the short-term and long-term performance of IPOs, and also broaden the sample area to a larger region.Keywords: Initial return, IPO, COVID-19, fear index, Indonesia.Abstrak. Melakukan penawaran saham perdana (IPO) pada masa pandemi COVID-19 tidaklah mudah karena pada masa ini memiliki ketidakpastian ekonomi yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pandemi COVID-19 terhadap tingkat pengembalian awal saham yang melakukan IPO di Indonesia. Penelitian ini menggunakan regresi cross-sectional, dengan menggunakan sampel dari 51 perusahaan yang melakukan IPO. Penelitian ini menemukan bahwa indeks kepanikan atas pandemi COVID-19 mempengaruhi tingkat pengembalian awal secara negatif signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks kepanikan atas pandemic COVID-19 menghantam pengembalian pasar IPO. Semakin tinggi tingkat indeks kepanikan atas pandemic COVID-19 maka semakin rendah tingkat pengedalian saham IPO pada hari pertama memasuki bursa. Penelitian ini mengembangkan literatur penelitian tentang pandemi COVID-19, terutama terhadap tingkat pengembalian awal IPO. Secara praktik, penelitian ini juga memberikan wawasan terhadap perusahaan atas waktu yang tepat untuk IPO bila terjadi krisis dan untuk investor yang ingin membeli saham IPO pada masa yang sedang tidak pasti. Para pembuat kebijakan diharapkan dapat memitigasi kasus dan kematian COVID-19 di tanah air untuk mengurangi kepanikan investor terkait COVID-19. Keterbatasan tulisan ini yaitu hanya mengkaji data tahun 2020 saat tahun pertama kali diumumkannya COVID-19. Ruang lingkup peneliti masa depan dapat mencakup kinerja IPO jangka pendek dan jangka panjang, dan juga memperluas sampel ke wilayah yang lebih besar.Kata kunci: pengembalian awal, IPO, COVID-19, indeks kepanikan, Indonesia.
Curriculum Design for Digital Financial Innovation in Higher Education Institutions in Indonesia Simatupang, Batara Maju
Jurnal Manajemen Teknologi Vol 21, No 3 (2022)
Publisher : SBM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12695/jmt.2022.21.3.6

Abstract

Abstract. Due to rapid technological advancement, the financial industry is now transitioning from traditional to digitally based financial services. In Indonesia in particular, this transformation is being carried out in accordance with the idea of digital finance innovation. However, within the Indonesian financial industry, there is a competency gap that hinders the rate of progress of this transformation. Accordingly, this study aims to create a curriculum designed explicitly for digital finance innovation for Indonesian higher education institutions in order to address the existing competency gap. Through the application of multivariate regression analysis, eight required competencies and their respective subjects were identified in this study. The identified competencies can provide insights for higher education institutions in creating a curriculum to ensure that their future graduates can fill the competency gap within the Indonesian financial industry. The results of the study state that: (i) an effective and appropriate relationship between DA, RM, BM, and SM competencies and can improve the ability of financial institutions to identify and manage risks in their environment; (ii) the relationship between FIK knowledge and PRO and BM competencies can help financial institutions ensure that their DFI products, such as applications, meet the standards set by regulators and improve management practices; (iii) the relationship between FL and PRO competencies can improve the organization's ability to reduce the possibility of miscommunication and misperceptions surrounding DFI ideas. Hence, these findings have implications for the university curriculum that implements them, bolstering the output of graduates who can help accelerate the actualization of the digital financial innovation agendas of the Indonesian financial industry.Keywords: digital finance innovation; financial technology; higher education institutions Abstrak. Dengan pesatnya kemajuan teknologi yang terjadi, industri keuangan kini berada pada fase transisi dari layanan keuangan tradisional ke layanan keuangan berbasis digital. Khusus di Indonesia, transformasi dilakukan dengan mengikuti ide inovasi keuangan digital. Namun, dalam industri keuangan Indonesia, terdapat gap kompetensi yang menghambat laju kemajuan transformasi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk membuat kurikulum yang dirancang secara eksplisit di bawah inovasi keuangan digital untuk institusi pendidikan tinggi di Indonesia dalam rangka mengatasi kesenjangan kompetensi yang ada. Melalui penerapan analisis regresi multivariat delapan kompetensi yang dibutuhkan dan subjek masing-masing diidentifikasi. Kompetensi yang teridentifikasi dapat memberikan wawasan bagi institusi pendidikan tinggi dalam membuat kurikulum untuk memastikan lulusan masa depan mereka dapat mengisi gap kompetensi di industri keuangan Indonesia. Hasil penelitian menyatakan bahwa (i) Hubungan yang efektif dan tepat antara kompetensi DA, RM, BM, dan SM dapat meningkatkan kemampuan lembaga keuangan dalam mengidentifikasi dan mengelola risiko berada di dalam lingkungannya, (ii) Hubungan antar pengetahuan FIK dengan kompetensi PRO dan BM dapat membantu lembaga keuangan memastikan produk IKD mereka seperti aplikasi dalam memenuhi standar yang ditentukan oleh regulator seiring dengan peningkatan praktik manajemen dan (iii) Hubungan antara kompetensi FL dan PRO dapat meningkatkan kemampuan organisasi untuk mengurangi kemungkinan miskomunikasi dan persepsi yang salah tentang ide IKD. Oleh karena itu, hasil temuan ini berimplikasi bagi Kurrikulum PT yang menerapkannya, memungkinkan output lulusannya dapat membantu industri keuangan Indonesia mempercepat aktualisasi agenda inovasi keuangan digitalKatakunci: inovasi keuangan digital, teknologi keuangan, institusi pendidikan tinggi.
A Hydroponic Vegetable Business Development Strategy: A Case Study of CV Casa Farm sayekti, ayutyas; Putri, Deta Alifia Almi
Jurnal Manajemen Teknologi Vol 21, No 3 (2022)
Publisher : SBM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12695/jmt.2022.21.3.1

Abstract

Abstract. The Business Development Strategy for CV Casa Farm emerged from an analysis of the external and internal environments mapped using a SWOT matrix with a focus on weaknesses and opportunities. Several production problems, such as yellowing of vegetables, rotting roots, and the spread of disease that caused production failures and planting media waste, could be reduced to minimize costs and increase productivity to meet the demand for vegetables in the city of Bandung.  Problems were also identified with management and governance, such as overlaps in the allocation of tasks causing unfavorable work performance and decreased productivity.  Applying IoT technology could increase vegetable weight by 37.7% and reduce production failures from 12.85% to 7.14%. Based on non-financial factors, including the market, production, organization and management, human resources, and collaboration, the implementation of IoT technology was judged to be feasible. Based on a financial and partial analysis, the investment feasibility obtained NPV> 0 of Rp1,247,103,045.33, with a Net B/C value of 2.63, Gross B/C of 1.62, IRR acquisition of 31%, a payback period of four years and three months, and an increased profit of Rp27,849,345.00, the business development strategy was judged to be feasible using IoT Simon Kori technology because it met the investment criteria and brought additional benefits. In the sensitivity analysis, a 20% decrease in the product selling price was shown to have an impact on the feasibility of implementing IoT. An incremental net benefit analysis indicates that the net benefit from applying IoT technology would be Rp2,402.477,276.13.Keywords: CV Casa Farm, hydroponic vegetable, IoT technology, productivity improvement, SWOTAbstrak. Strategi Pengembangan Bisnis pada CV Casa Farm dibentuk berdasarkan analisis lingkungan eksternal dan internal yang dipetakan menggunakan matriks SWOT dengan berfokus pada kelemahan dan peluang. Terdapat beberapa permasalahan seperti sayur menguning, akar membusuk, penyebaran penyakit yang menyebabkan kegagalan produksi. Kegagalan produksi menyebabkan adanya limbah media tanam, Kegagalan dapat di minimalisir untuk memaksimalkan biaya yang dikeluarkan serta meningkatkan produktivitas perusahaan guna memenuhi permintaan sayur di Kota Bandung.  Selain itu terdapat permasalahan pada tata Kelola manajemen yang kurang baik, seperti adanya tumpeng tindih dalam pembagian tugas yang menyebabkan kerja  tidak kondusif dan produktifitas kerja  menurun . Penerapan teknologi IoT dapat meningkatkan bobot sayur 37,7% dan meminimalisir kegagalan produksi dari 12,85% menjadi 7,14%. Berdasarkan aspek non finansial yang meliputi aspek pasar, produksi, organisasi dan manajemen, SDM, serta kolaborasi, penerapan teknologi IoT ini layak untuk dijalankan. Berdasarkan analisis finansial dan parsial, kelayakan investasi diperoleh NPV>0 sebesar Rp1.247.103.045,33, dengan nilai Net B/C sebesar 2,63, Gross B/C sebesar 1,62, perolehan  IRR sebesar 31%), dengan Payback period sebesar 4 tahun 3 bulan, dan keuntungan tambahan sebesar Rp27.849.345,00, maka Strategi pengembangan bisnis dengan mengadopsi teknologi IoT Simon Kori pada CV Casa Farm layak untuk dijalankan karena memenuhi kriteria investasi dan terdapat keuntungan tambahan.Pada analisis sensitivitas, diketahui penurunan harga jual sebesar 20% berdampak pada kelayakan penerapan IoT  Pada perhitungan analisis incremental net benefit, manfaat bersih dari penerapan teknologi IoT yaitu sebesar Rp2.402.477.276,13.Kata kunci: CV Casa Farm, peningkatan produktivitas, hidroponik, SWOT, teknologi IoT
Financial Retirement Plan Based on Knowledge-Based View Theory Perspective Kumajas, Lydia Ivana; Wuryaningrat, Nikolas Fajar
Jurnal Manajemen Teknologi Vol 21, No 3 (2022)
Publisher : SBM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12695/jmt.2022.21.3.5

Abstract

Abstract. Retirement usually occurs in the age range of 55–65, depending on the type of job. However, during the COVID-19 pandemic, it may not be adequate to measure retirement only by age because many employees were forced to retire early. Thus, the issue of retirement planning has once again become a relevant issue to discuss. Most previous studies explain that retirement planning uses the theory of planned behavior, but unlike these, this study approaches retirement planning with the knowledge-based view theory. The theory of knowledge-based view can explain knowledge as a fundamental resource for an individual’s ability to plan retirement. Data was collected for this study from a survey for employees and professionals in Indonesia and was analyzed with PLS-SEM. Empirical evidence showed that knowledge sharing actually weakens the influence of family financial education on retirement planning. Therefore, it can be concluded that knowledge sharing cannot strengthen family education to make better retirement planning. This study also revealed the possibility that knowledge sharing could change employee retirement planning into other financial plans that are also beneficial for retirement.Keywords: Retirement planning; theory planned behavior; knowledge-based view; knowledge sharing; financial planning Abstrak. Pensiun biasanya diukur berdasarkan usia, dalam rentang usia 55-65 tahun, tergantung pada jenis pekerjaannya. Namun, di masa pandemi Covid-19, masa pensiun mungkin tidak lagi cukup diukur dengan hanya berdasarkan usia. Hal itu dikarenakan banyak karyawan yang terpaksa pensiun dini selama pandemi.  Dengan demikian pada masa pandemi isu perencanaan pensiun sekali lagi menjadi masalah yang menarik untuk didiskusikan. Sebagian besar penelitian sebelumnya menjelaskan perencanaan pensiun menggunakan dasar theory planned behavior (TPB), namun berbeda dengan banyak penelitian sebelumnya, dalam penelitian ini perencanaan pensiun didekati dengan teori knowledge-based view theory (KBV). Teori KBV diasumsikan bisa menjelaskan pengetahuan sebagai sumber daya mendasar bagi kemampuan individu untuk membuat perencanaan pensiun. Dalam survei yang dilakukan terhadap karyawan dan profesional di Indonesia. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan PLS-SEM. Bukti empiris menunjukkan bahwa berbagi pengetahuan justru melemahkan pengaruh antara pendidikan keuangan keluarga terhadap perencanaan pensiun. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa berbagi pengetahuan tidak bisa menguatkan pendidikan keluarga untuk membuat perencanaan pensiun yang lebih baik. Dalam penelitian ini juga diungkapkan adanya kemungkinan bahwa berbagi pengetahuan dapat membuat perubahan pada perencanaan pensiun karyawan menjadi rencana keuangan lainnya yang bermanfaat juga bagi masa pensiun, dimungkinkan untuk membuat perubahan dalam perencanaan pensiun menjadi bentuk lain dari perencanaan keuangan.Kata kunci: Perencanaan pensiun; theory planned behavior; knowledge-based view; berbagi pengetahuan; perencanaan keuangan
Strategic Design to Increase MSME Intentions in Exporting with Standards for Global Market Needs Hanifa, Tsamara Nurul; Muslim, Erlinda
Jurnal Manajemen Teknologi Vol 21, No 3 (2022)
Publisher : SBM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12695/jmt.2022.21.3.3

Abstract

Abstract. The contribution of Indonesia's exports, with the number of business entities dominating at 99.99%, is relatively low at 14.37%. Meanwhile, large business entities achieved an export contribution for Indonesia of 85.63%. Indonesia was predicted to emerge from the middle-income trap phenomenon in 2036, implying that Indonesia will become a high-income country with the fourth-largest GDP in the world. This demonstrates that Micro, Small, and Medium Enterprises (MSMEs) have enormous potential and opportunities to expand international trade. The many factors hindering MSMEs from exporting and high export standards were among the critical factors for the low intention of MSMEs in exporting and choosing to focus on domestic selling. This study used the Principal Component Analysis (PCA) and Interpretive Structural Modeling (ISM) methods to find out the main factors that cause low intentions on the awareness of MSME business actors in exporting by reducing data on the PCA method to perceived barrier and enabler factors. The ISM method helped produce policy formulation and strategic planning by analyzing the influence of the relationship between factors. 13 main barriers and six main enabler factors were obtained; from them, the action plan was designed through appropriate strategic planning, ordered by the priority of barrier factors and enablers, which are known from the partition level in the ISM model based on the results of discussion agreements with experts. Keywords: Export; export barriers; export enablers, msmes, Indonesian mses, principal component analysis (PCA); interpretive structural modeling (ISM) Abstrak. Kontribusi ekspor Indonesia dengan jumlah entitas bisnis yang mendominasi sebesar 99,99% ternyata kontribusi terhadap ekspor masih cukup rendah dengan persentase 14,37%. Sedangkan entitas bisnis usaha besar mampu mencapai kontribusi ekspor untuk Indonesia sebesar 85,63%. Diprediksi Indonesia akan keluar dari fenomena middle income trap ditahun 2036, maksud dari prediksi tersebut adalah Indonesia akan menjadi negara berpendapatan tinggi dengan nilai PDB terbesar ke-4 di dunia. Hal ini menunjukkan bahwa Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki potensi atau peluang yang sangat besar untuk memperluas perdagangan internasional. Banyaknya faktor yang menghambat para pelaku UMKM dalam melakukan ekspor serta adanya standar ekspor yang tinggi merupakan salah satu faktor kunci rendahnya intensi UMKM dalam melakukan kegiatan ekspor dan memilih untuk melakukan penjualan secara domestik. Penelitian akan menggunakan metode Principal Component Analyisis (PCA) dan Interpretive Structural Modelling (ISM) untuk mengetahui faktor utama yang menyebabkan rendahnya intensi atas kesadaran pelaku usaha UMKM dalam melakukan ekspor dengan cara reduksi data pada metode PCA terhadap faktor barrier dan enabler yang dirasakan dan metode ISM membantu menghasilkan rumusan kebijakan dan perencanaan strategis dengan menganalisis pengaruh hubungan antar faktor. Diperoleh 13 faktor barriers utama dan 6 faktor enabler utama, dari faktor utama yang diperoleh tersebut action plan atau solusi dirancang melalui perencanaan strategis yang tepat berdasarkan urutan prioritas faktor barrier dan enabler yang diketahui dari level partisi pada model ISM berdasarkan hasil kesepakatan diskusi dengan para pakar.Kata Kunci: Ekspor ; barrier ekspor ; enabler ekspor, UMKM, UMK Indonesia, principal component analyisis (PCA) ; interpretive structural modelling (ISM)
Measuring The Gig Economy in Indonesia: Typology, Characteristics, and Distribution Permana, Muhammad Yorga; Izzati, Nabiyla Risfa; Askar, Media Wahyudi
Jurnal Manajemen Teknologi Vol 21, No 3 (2022)
Publisher : SBM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12695/jmt.2022.21.3.7

Abstract

Abstract. Work in the gig economy is defined as short-term and task-based jobs mediated by digital platforms. In Indonesia, the emergence of an online motorcycle taxi driver platform in 2015 marked the discourse about the gig economy as the future alternative of jobs on the one hand, and as a new form of exploitation of labor on the other hand. This study is the first to define the typology of the gig economy and identify the platforms of the gig economy service providers in Indonesia. Furthermore, this study estimates the number of gig economy workers by using micro data from the National Labor Force Survey (Sakernas) released by the Central Statistics Agency. It was found that 0.3 to 1.7% of Indonesian workers participated in the gig economy as their primary job. This study also compares the characteristics of gig workers in the transportation sector and in the other service sectors with the overall demographics of the workforce. It was found that gig workers shared more characteristics with the formal workers than with the informal workers. Finally, this study maps the distribution of gig workers throughout Indonesia at the city/district level. It can be concluded that the gig economy is an urban phenomenon. Most gig workers in the transportation sector are concentrated in the provincial capital and in Metropolitan Jakarta. Meanwhile, gig workers in other service sectors are distributed more in tier 2 cities in Java.Keywords: Gig economy, gig worker, digital worker, labor economics, jobs Abstrak. Pekerjaan di dalam ekonomi gig didefinisikan sebagai pekerjaan berbasis tugas jangka pendek yang dimediasi oleh platform digital. Di Indonesia, kehadiran platform pengemudi ojek online di tahun 2015 menandai ramainya wacana mengenai ekonomi gig sebagai kesempatan pekerjaan di masa depan di satu sisi dan juga sebagai bentuk baru eksploitasi pekerja di sisi lain. Studi ini merupakan yang pertama mendefinisikan tipologi ekonomi gig dan memetakan platform penyedia layanan ekonomi gig di Indonesia. Lebih lanjut studi ini juga mengestimasi ukuran pekerja ekonomi gig menggunakan data mikro survei angkatan kerja nasional (Sakernas) yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik. Didapatkan bahwa terdapat 0,3 hingga 1,7% dari angkatan kerja Indonesia yang menjadikan ekonomi gig sebagai pekerjaan utamanya. Kemudian, studi ini membandingkan karakteristik pekerja gig di sektor transportasi dan di sektor jasa lainnya dengan demografi pekerja keseluruhan. Didapatkan bahwa pekerja gig memiliki karakteristik lebih mirip dengan pekerja formal daripada pekerja informal. Terakhir, studi ini memetakan sebaran pekerja gig di seluruh Indonesia hingga ke tingkat Kota/Kabupaten. Dapat disimpulkan bahwa ekonomi gig merupakan fenomena urban. Pekerja gig di sektor transportasi banyak terkonsentrasi di Ibukota provinsi dan di Metropolitan Jakarta. Sementara pekerja gig di sektor jasa lainnya lebih terdistribusi ke kota-kota tier 2 di Pulau Jawa.Kata kunci: Ekonomi gig, pekerja gig, pekerja digital, ekonomi tenaga kerja, pekerjaan
Does Pricing Strategy Increase the Competitive Advantage of Companies Implementing an ABC System? Devie, Devie; Kwistianus, Hendri; Antonia, Aileen Jessica; Wijaya, Elizabeth; Hatane, Saarce Elsye
Jurnal Manajemen Teknologi Vol 21, No 3 (2022)
Publisher : SBM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12695/jmt.2022.21.3.4

Abstract

Abstract. This study aims to investigate the extent to which pricing strategy creates an effective competitive advantage for companies implementing an activity-based costing (ABC) system in their production activities. The research data were obtained through a questionnaire-based survey of several manufacturing companies in Indonesia that implement ABC systems. This research used the Structural Equation Model with Partial Least Square statistical method. The results of this research indicate that those companies who apply an ABC system are capable of making their pricing strategy more effective and increasing their competitive advantage. The empirical results show that price competition is unavoidable among manufacturing industries. However, implementing an ABC system can increase manufacturing companies' competitive advantage. Thus, the implementation of an ABC System employs pricing strategy as a determinant factor of competitive advantage. This research supports the results of previous studies that also concluded that there is a strong relationship between ABC systems and competitive advantage. In addition, this research found that pricing strategy can improve competitive advantage with implementation of an ABC System.Keywords: Activity-based costing system; competitive advantage; pricing strategy Abstrak. Studi ini bertujuan untuk menginvestigasi sejauh mana Strategi Penetapan Harga mampu menciptakan Keunggulan Bersaing yang efektif bagi perusahaan yang menerapkan Sistem Activity Based Costing dalam kegiatan produksinya. Data dalam penelitian ini didapatkan menggunakan survei berbasis kuesioner dari perusahaan manufaktur di Indonesia yang menerapkan Sistem Activity Based Costing. Penelitian ini akan menggunakan Structural Equation Model (SEM) dengan metode statistic Partial Least Square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan yang menerapkan Sistem Activity Based Costing terbukti mampu membuat Strategi Penetapan Harga perusahaan lebih efektif dan sekaligus berdampak pada peningkatan Keunggulan Bersaing. Hasil empiris menunjukkan bahwa persaingan harga tidak dapat dihindari dalam industri manufaktur. Tetapi, dengan menerapkan Sistem Activity Based Costing, perusahaan manufaktur mampu meningkatkan Keunggulan Bersaing. Sehingga, kehadiran Sistem Activity Based Costing menjadi Strategi Penetapan Harga sebagai penentu Keunggulan Bersaing. Penelitian ini memperkuat hasil penelitian sebelumnya yang juga menyimpulkan bahwa ada hubungan yang kuat antara Sistem Activity Based Costing dan Keunggulan Bersaing. Dalam penelitian ini, juga menemukan kesimpulan bahwa Strategi Penetapan Harga mampu meningkatkan Keunggulan Bersaing melalui implementasi Sistem Activity Based Costing.Kata kunci: Sistem activity based costing; keunggulan bersaing; strategi penetapan harga.

Page 1 of 1 | Total Record : 7