cover
Contact Name
Abdur Rohman
Contact Email
abdur101186@gmail.com
Phone
+6285731032511
Journal Mail Official
abdur101186@gmail.com
Editorial Address
Jl. Wills, Kelurahan Kramat, Kecamatan Nganjuk, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur
Location
Kab. nganjuk,
Jawa timur
INDONESIA
Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf
ISSN : 24425907     EISSN : 27972585     DOI : https://doi.org/10.53429/spiritualis
Core Subject : Religion,
The Jurnal Ilmiah Spritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf, published two times (March and September) a year since 2018, is a peer-reviewed journal and furnishes an international scholarly forum for research on Sufism, Tariqa, Islamic Philosophy, Islamic Theology, and Islamic Thought. Taking an expansive view of the subject, the journal brings together all disciplinary perspectives. It publishes peer-reviewed articles on the historical, cultural, social, philosophical, political, anthropological, literary, artistic and other aspects of Sufism, Tariqa, Islamic Philosophy, Islamic Theology, Islamic Thought in all times and places. By promoting an understanding of the richly variegated Sufism, Tariqa, Islamic Philosophy, Islamic Theology, and Islamic Thought in both thought and practice and in its cultural and social contexts, the journal aims to become one of the leading platforms in the world for new findings and discussions of all fields of Islamic studies.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 4 No 1 (2018): Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf, Maret 2018" : 6 Documents clear
Konsep Bahagia Abdur Rohman
Bahasa Indonesia Vol 4 No 1 (2018): Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf, Maret 2018
Publisher : Program Studi Ilmu Tasawuf IAI Pangeran Diponegoro Nganjuk, Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (270.576 KB) | DOI: 10.53429/spiritualis.v4i1.40

Abstract

Sepanjang manusia hidup, mereka kebingungan mencari satu kata yaitu ‘bahagia.’ Berbagai cara mereka tempuh untuk mendapatkan satu kata tersebut. Ada yang mengira berada pada kekuasaan, ada yang mengira berada pada kekayaan, ada yang mengira kebahagiaan itu di akhirat sana. Namun yang pasti, dimanakah kebahagiaan itu berada masih perlu ditelusuri lebih lanjut. Artikel singkat ini akan membahas tentang konsep bahagia. Kesimpulan penelitian ini terdapat enam ‘syarat’ agar seseorang bisa bahagia. Pertama, keadaan dan jiwanya menyatu. Kedua, kebahagiaan di ukur dari segi kejiwaan, bukan materi. Ketiga, kebahagiaan di ukur dari ‘masalah’, bukan prestasi. Keempat, jika tercapai apa yang diinginkan. Kelima, menempuh jalan yang lurus. Keenam, berfikir positif.
Sufisme Dalam Hindu dan Islam Afrizal El-Adzim Syahputra
Bahasa Indonesia Vol 4 No 1 (2018): Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf, Maret 2018
Publisher : Program Studi Ilmu Tasawuf IAI Pangeran Diponegoro Nganjuk, Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (333.009 KB) | DOI: 10.53429/spiritualis.v4i1.41

Abstract

Agama Hindu dapat digolongkan sebagai agama tertua di dunia. Agama ini awalnya tidak memilik nama. Namun seiring perkembangan zaman, agama ini kemudian dinamakan Hindu karena mayoritas pemeluknya berada di kawasan sungai Indus di India. Konsep sufi dalam Islam seringkali dikaitkan dengan keberadaan agama lain. Hal ini tidak heran memang keberadaan agama Islam yang di bawa oleh nabi Muh}ammad memang datang belakangan. Selain itu perluasan Islam di berbagai penjuru dunia juga mengalami asimilasi dengan kearifan lokal dan budaya setempat. Penelitian ini menyimpulkan bahwa konsep sufi di dalam Islam maupun Hindu memiliki kesamaan, akan tetapi keduanya memiliki sejarah yang mandiri. Kesufian di dalam Islam murni dari ajaran Islam, baik dari al-Qur’an maupun hadis. Sedangkan sufisme di dalam Hindu juga memiliki kemandirian ajaran, meskipun secara kebetulan ada yang sama, yaitu penggunaan tasbih dan kesederhanaan hidup.
Pemikiran Hermeneutika Amina Wadud Muhsin Eka Prasetiawati
Bahasa Indonesia Vol 4 No 1 (2018): Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf, Maret 2018
Publisher : Program Studi Ilmu Tasawuf IAI Pangeran Diponegoro Nganjuk, Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (423.521 KB) | DOI: 10.53429/spiritualis.v4i1.42

Abstract

Perkembangan ilmu pengetahuan terjadi pada semua bidang ilmu. Tak terkecuali bidang ilmu-ilmu al-Qur‟an. Di Barat lahir seorang tokoh perempuan yang menghebohkan dunia Islam pada saat itu, bahkan hingga saat ini. Namanya adalah Amina Wadud Muhsin. Ia seorang Profesor Islamic Studies yang pernah menjadi imam shalat Jum‟at. Dalam jum‟atan tersebut, imamnya perempuan, khatibnya perempuan dan barisan makmumnya bercampur aduk antara laki-laki dan perempuan. Sejak 1400 tahun lebih Islam di sebarkan oleh Nabi Muhammad, baru Amina Wadud-lah orang yang berani menjadi imam shalat Jum‟at. Amina Wadud melakukan hal tersebut tentu bukan asal-asalan, namun juga memiliki dasar. Dasar yang di pakai olehnya adalah hermeneutika tauhid. Dalam hal ibadah, seseorang tidak boleh di halangi hanya karena jenis kemanin, asalkan bertauhid, ia boleh beribadah. Selain itu, factor kondisi geografis dimana Amina Wadud tinggal juga menjadi alasan utmanya untuk melakukan hal itu.
Nama Muhammad Dalam Al-Qur’an dan Injil Indra Latif Syaepu
Bahasa Indonesia Vol 4 No 1 (2018): Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf, Maret 2018
Publisher : Program Studi Ilmu Tasawuf IAI Pangeran Diponegoro Nganjuk, Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (484.449 KB) | DOI: 10.53429/spiritualis.v4i1.43

Abstract

Al-Qur'an adalah kitab suci agama Islam yang diyakini sebagai kebenaran mutlak, baik yang bersifat doktrin, kisah masa lalu atau masa depan. Dalam al-Qur‟an dikabarkan bahwa kedatangan Muh}ammad sudah dijelaskan dalam kitab-kitab suci sebelumnya. Untuk itu, tulisan ini akan mengkombinasikan antara prediksi yang ada dalam Injil dan pernyataan al-Qur‟an. Penulis menggunakan studi komparatif sedangkan kesimpulannya adalah terdapat kesesuaian antara pernyataan al-Qur‟an dengan berita yang dibawa oleh kitab-kitab terdahulu.
Problematika Seksual dan Solusinya Aina Noor Habibah
Bahasa Indonesia Vol 4 No 1 (2018): Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf, Maret 2018
Publisher : Program Studi Ilmu Tasawuf IAI Pangeran Diponegoro Nganjuk, Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (372.709 KB) | DOI: 10.53429/spiritualis.v4i1.44

Abstract

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memang mempermudah segala urusan manusia. Seseorang dengan mudah mengakses berita melalui internet. Baik berupa video atau yang lainnya. Namun dibalik kemudahan itu, ada beberapa dampak negatif yang tidak boleh dilupakan. Misalnya, semakin mudah orang mengakses informasi melalui internet, semakin mudah pula mereka mendapatkan video-video negatif. Dampak dari semua itu, dalam dunia modern, terutama pada negara-negara maju, tingkat kejahatan seksual lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara berkembang. Oleh sebab itu, agama harus memainkan peran agar kejahatan tersebut bisa di tanggulangi. Tulisan singkat itu mencoba menguraikan beberapa sebab kejahatan seksual yang terjadi dan menawarkan solusinya. Kesimpulan artikel ini adalah pertama langkah pencegahan agar tidak mendekati zina, kedua mengenakan h}ijab. Dalam persoalan homo-lesbi, al-Qur‟an menawarkan solusi lewat pencitraan masyarakat bahwa „hal tersebut keji‟. Kedua dengan cara menikah secara wajar, yaitu dengan lawan jenis.
Kritik Terhadap Hegel Yuni Pangestutiani
Bahasa Indonesia Vol 4 No 1 (2018): Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf, Maret 2018
Publisher : Program Studi Ilmu Tasawuf IAI Pangeran Diponegoro Nganjuk, Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.751 KB) | DOI: 10.53429/spiritualis.v4i1.45

Abstract

Hegel merupakan puncak gerakan filsafat Jerman yang berawal dari Kant, Para filsuf akademik terkemuka baik di Amerika maupun Britania Raya sangat bercorak Hegelian. Hegel memandang bahwa hakekat realistis dideduksi dari pertimbangan tunggal bahwa realitas tidak harus kontradiktif diri. Corak pembeda lainnya (yang terkait erat dengan yang pertama) adalah gerakan tri tunggal yang disebut “dialektik” yaitu tesis, antitesis dan sintesis. Triade-triade dialektik itu misalnya : “ada-tidak ada-menjadi” dan “Hukum (lahiriah)-moralitas (batin)-kesusilaan (sinteksis dari lahir dan batin)”. Titik pangkal filsafat Hegel adalah keyakinan bahwa “ide yang dimengerti dan kenyataan”, itu sama saja. Maka tidak ada perbedaan antara bidang “rasio” dan bidang “realitas”. Rasionalitas dan realitas itu sama menurut Hegel, menurutnya yang dimengerti itu real dan yang real itu dimengerti. “Berfikir” dan “ada” itu sama seluruh kenyataan itu satu proses dialektis. Hegel menyatakan bahwa hukum dialektis ini memimpin perkembangan jiwa. Marx tidak puas dengan dialektika Hegel yang berpusat pada ide/roh. Hal ini bagi Marx terlalu abstrak dan tidak menyentuh realitas konkrit. Pengertian ini tidak sesuai dengan tesis Karl Marx bahwa filsafat harus mengubah cara orang bertindak. Marx membalik dialektika ide Hegel menjadi dialektika materi. Hegel menyatakan bahwa kesadaranlah yang menentukan realitas, maka Marx mendekonstruksinya dengan mengatakan bahwa praksis materiallah yang menentukan kesadaran. Pandangan Kierkegaard dapat dijelaskan melalui tema sentralnya mengenai apa yang dimaksud dengan “akal yang bereksistensi”. Perkembangan tema Kierkegaard ini merupakan reaksi keras terhadap rasionalisme Hegel F. Budi Hardiman menjelaskan : Kritik Kierkegaard atas Hegelianisme bukan sekedar sebuah minat teoritis, melainkan didasari oleh sebuah keprihatinan praktis terhadap perilaku keagamaan di Denmark. Pada titik inilah Kierkegaard lalu menunjukkan bahwa “biang keladi” kemerosotan penghayatan iman ini tak lain adalah filsafat Hegel. Menurut Kierkegaard, realita Hegel tidaklah memiliki relasi dengan realita keberadaan manusia.

Page 1 of 1 | Total Record : 6