cover
Contact Name
Abd Kholiq
Contact Email
kholiq@unesa.ac.id
Phone
+6285731570404
Journal Mail Official
jifi@unesa.ac.id
Editorial Address
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Surabaya Kampus Ketintang Unesa, Gedung C3 Lantai 1 Jl Ketintang, Surabaya 60321, Indonesia
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Inovasi Fisika Indonesia (IFI)
ISSN : 23024216     EISSN : 28301765     DOI : https://doi.org/10.26740/ifi
Jurnal Inovasi Fisika Indonesia(IFI) is a peer-reviewed journal, ISSN: 2302-4216, which is managed and published by the Department of Physics, Faculty of Mathematics and Natural Sciences (FMIPA) Universitas Negeri Surabaya (UNESA). This journal is accessible to all readers and covers developments and research in physics (Materials Physics, Earth Physics and Instrumentation Physics).
Articles 415 Documents
RANCANG BANGUN RESISTIVITY METER DIGITAL DENGANMETODE FOUR POINT PROBE UNTUK MENENTUKANHAMBATAN JENIS TANAH EKO AGUS IRIANTO
Inovasi Fisika Indonesia Vol 3 No 2 (2014)
Publisher : Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (408.241 KB) | DOI: 10.26740/ifi.v3n2.p%p

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk merancang dan menguji alat pengukur resistivitas tanah dengan metode resistivitas. Metode resistivitas merupakan cara untuk mengetahui keadaan geologi tanah berdasarkan nilai resistivitas tanah yang terukur. Pengukuran resistivitas dalam penelitian ini menggunakan empat elektroda (four-point probe) dengan konfigurasi Wenner Array. Empat elektroda diatur dengan jarak sama dan simetris dengan dua elektroda terluar untuk menginjeksikan arus dan dua elektroda terdalam untuk mengukur tegangan. Alat diuji untuk mengukur resistivitas sampel tanah. Sampel berupa tanah pasir dengan perubahan kadar air 10%, 15% dan 20% dari volume sampel tanah. Saat pengukuran, jarak elektroda dan arus diubah sebanyak tiga kali. Nilai resistivitas pasir yang diperoleh pada kondisi 10%, 15% dan 20% berturut-turut adalah 534.45 Ωm, 394.05 Ωm dan 262.45 Ωm. Ketidakpastian relatif maksimum hasil pengukuran adalah 6%. Hasil pengujian menunjukkan bahwa, alat yang dirancang dapat membedakan tanah dengan kadar air yang berbeda berdasarkan nilai resitivitasnya. Semakin tinggi kadar air dalam tanah pasir maka nilai resistivitasnya semakin rendah dan nilai konduktivitasnya semakin tinggi.Kata kunci: Resistivitas tanah, metode four-point probe, konfigurasi Wenner ArrayAbstractThe research aims to design and to examine soil resistivity meter by implementing resistivity method. Resistivity method is a tool to get information of geological soil condition due to its measured resistivity. Resistivity measurement in this study has used four-point probe which two outside electrode for current injection, and two inside electrode for voltage measurement. This meter is examined for measuring soil resistivity of sample. The sample used was sand which has water content of 10%, 15% and 20% sample volume. During measurement, the electrodes distance and current source have been varied three times. Resistivity measurement of 10%, 15% and 20 % are 534.45 Ωm, 394.05 Ωm and 262.45 Ωm respectively. The result shows that the designed resistivity meter could distinguish the soil which has different water content. The increasing of water concentration is reverse with measured resistivity and in line with soil conductivity.Keywords: Soil resistivity, four-point probe, Wenner Array configuration.
RELOKASI HIPOSENTER GEMPA BUMI UTAMA DAN GEMPA BUMI SUSULAN MENGGUNAKAN METODE MODIFIED JOINT HYPOCENTER DETERMINATION DI BALI ANITA RAHMASARI
Inovasi Fisika Indonesia Vol 3 No 2 (2014)
Publisher : Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (664.543 KB) | DOI: 10.26740/ifi.v3n2.p%p

Abstract

AbstrakIndonesia memiliki posisi geografis yang terletak pada pertemuan tiga lempeng aktif dunia, sehingga menyebabkan Indonesia rawan terhadap bencana gempa bumi tektonik. Salah satu wilayah Indonesia yang memiliki tingkat aktivitas kegempan tinggi adalah Bali. Relokasi hiposenter gempa bumi telah banyak dilakukan dalam dunia seismologi. Namun, hiposenter yang diperoleh masih dianggap perlu ditingkatkan keakuratannya. Penelitian ini mempelajari relokasi hiposenter gempa bumi utama dan gempa bumi susulan dengan menggunakan metode MJHD (Modified Joint Hypocenter Determination) dengan tujuan merelokasi hiposenter gempa bumi Bali menjadi lebih akurat menggunakan metode MJHD. Penelitian ini dilakukan dengan tahapan: 1) data yang diperoleh dari BMKG sebanyak 55 gempa diubah menjadi format data dalam MJHD; 2) dilakukan proses seleksi stasiun, diperoleh 74 stasiun serta data yang digunakan dalam relokasi yaitu sebanyak 10 gempa; 3) melakukan inversi menggunakan MJHD sebanyak 5 kali sehingga menghasilkan hiposenter terkoreksi yang selanjutnya dipetakan menggunakan GMT. Gempa utama sebelum relokasi terletak pada koordinat longitud 114.49, latitud -9.71, kedalaman 73 km yang mengalami perubahan kedalaman setelah relokasi yaitu dengan posisi hiposenter longitud 114.49, latitud -9.71 dengan kedalaman 73.05. Dimana hasil dari relokasi menunjukkan gempa bumi Bali tanggal 13 Oktober 20011-27 Desember 2011 mengalami perubahan hiposenter gempa yang lebih akurat dengan nilai RMS=0.017 serta menunjukkan sebaran gempa susulan yang menuju arah timur laut.Kata Kunci: Relokasi hiposenter, gempa bumi Bali, MJHD.AbstractIndonesia located at the confluence of three active ground plate geographically, it makes Indonesia tobe more sensitive from tectonic earthquake. One of the most reguler pleace from earthquake is Bali. Many hipocenter relocation of earthquake study were done in seismology, but, the result must be more explore accurately. This study explore about hypocenter relocation of mainshock and aftershock of earthquake using MJHD method. The aim of this experiment is to serve hypocenter relocation of earthquake in Bali as accurately using MJHD. This experiment to do by doing this step: 1) data from BMKG in which 55 earthquakes are converted tobe MJHD format data; 2) do station selection process and 74 stations are recieved, the data that use in this relocation is 10 earthquakes; 3) do invertion by using MJHD for five times so it is gives hypocenter correction result that it will be mapping by using GMT. Location of mainshock of earthquake before relocation at longitude 114.49, latitude -9.71 coordinate, depth is 73 km that have change the depth after relocation at longitude 114.49, latitude 9.71 coordinate, and depth is 73.05 km. The result of this relocation show that the Bali’s earthquake at October 13th 2011 until December 27th 2011 have change hypocenter of earthquake is more accurately with RMS=0.017 and show that spreat of aftershock of earthquake to the northeast.Keywords: Hypocenter relocation, Bali’s earthquake, MJHD.
RELOKASI HIPOSENTER GEMPA BUMI DI SULAWESI TENGAHDENGAN MENGGUNAKAN METODE GEIGER DAN COUPLED VELOCITY-HYPOCENTER SHERLY ARDHYA GARINI
Inovasi Fisika Indonesia Vol 3 No 2 (2014)
Publisher : Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (583.165 KB) | DOI: 10.26740/ifi.v3n2.p%p

Abstract

AbstrakKondisi geografis pulau Sulawesi terletak pada zona pergerakan tiga lempeng tektonik besar dunia yaitu: lempeng Hindia-Australia, Eurasia dan Pasifik. Sejarah gempa bumi dan adanya patahan Palu-Koro yang berada di pulau Sulawesi menunjukkan bahwa ketepatan parameter gempa bumi sangatlah penting. Tujuan penelitian ini adalah merelokasi hiposenter di daerah Sulawesi Tengah dengan koordinat 0,53°-1,52°LS dan 119,71°-120,12°BT. Metode yang digunakan adalah Geiger’s Method with Adaptive Damping (GAD) dan Coupled Velocity-Hypocenter Method. Data penelitian yang digunakan 42 data gempa bumi tektonik. Hasil relokasi menggunakan metode GAD secara matematis lebih baik dengan nilai RMS rata-rata 0,12 detik dibandingkan dengan metode Coupled Velocity-Hypocenter dengan nilai rata-rata RMS 0,43 detik. Hal tersebut dikarenakan formula yang digunakan untuk menentukan waktu residual yang berbeda, dimana model kecepatan pada metode Coupled Velocity-Hypocenter telah di perbaharui menggunakan persamaan Kissling. Posisi hiposenter hasil relokasi menggunakan metode Coupled Velocity-Hypocenter lebih sesuai dengan kondisi seismotektonik daerah penelitian dibandingkan dengan hasil relokasi menggunakan GAD. Hiposenter hasil relokasi menggunakan Coupled Velocity-Hypocenter sebagian besar terkonsentrasi tepat di sesar–sesar kecil yang berada di area penelitian.Kata kunci : relokasi hiposenter, Geiger,Coupled Velocity-Hypocenter.AbstractSulawesi island is geographically located in the movement zone of three tectonic plates of the world, namely : the Indian-Australia plate, Eurasian and Pasific. History of earthquake and presence of Palu-Koro fault in Sulwesi island, showed that the accuracy of earthquake parameters is very important. This study purposed to relocate hypocenter in Central Sulawesi which has coordinates of 0,53˚1,52˚S and 119,7˚120,12˚E. The method used are Geiger’s Method with Adaptive damping (GAD) and Coupled Velocity-Hypocenter Method. This study used data of 42 tectonic earthquake events. The result of the GAD relocation was mathematically better with an average RMS of 0,12 second instead of the Coupled Velocity-Hypocenter relocation with an average RMS of 0,43 second. The difference result/RMS of two methods is caused by the different formula used to calculate the residual time. Furthermore, Coupled Velocity-Hypocenter method also update velocity model by Kissling equation. The hipocenter relocation using Coupled Velocity-Hypocenter method is more appropriate with seismotectonic conditions of regional study compared with the result relocation of using GAD. Hypocenter relocation using Coupled Velocity-Hypocenter mostly concentrated in small faults in the area of research.Keywords: hypocenter relocation, Geiger, Coupled Velocity-Hypocenter.
RELOKASI HIPOSENTER DAN ESTIMASI MODEL KECEPATAN SERTA KOREKSI STASIUN DI DAERAH SUMATERA BAGIAN UTARA DENGAN METODE COUPLED VELOCITY-HYPOCENTER LAILATUL KUMALASARI
Inovasi Fisika Indonesia Vol 3 No 3 (2014)
Publisher : Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (455.55 KB) | DOI: 10.26740/ifi.v3n3.p%p

Abstract

Abstrak Penelitian ini mengambil lokasi di Sumatera bagian utara dengan koordinat 1°-6° LU dan 95°-100° BT. Wilayah Sumatera bagian utara adalah daerah yang dilalui oleh Sumatera Fault Zone (SFZ) sehingga memiliki potensi gempa yang tinggi. Oleh karena itu diperlukan penentuan parameter gempa yang akurat. Penelitian ini bertujuan untuk merelokasi hiposenter, mengestimasi model kecepatan dan mengkoreksi stasiun di daerah Sumatera bagian utara menggunakan metode Coupled Velocity-Hypocenter dan diharapkan menjadi referensi gempa bumi pada wilayah tersebut. Terdapat 40 data event gempa bumi yang diambil dari WebDC sebanyak 25 data dan katalog BMKG Pusat Repo Gempa sebanyak 15 data. Kategori gempa bumi yang digunakan sebagai data gempa penelitian ini mempunyai magnitudo lebih besar dari 3 SR dan kedalaman kurang dari 50 km. Hasil relokasi hiposenter dengan RMS 0,87 detik, model kecepatan dengan lapisan conrad pada lapisan 8 km dan moho pada lapisan 18 km serta koreksi stasiun bernilai positif di 11 stasiun dan bernilai negatif di 7 stasiun dengan nilai GAP sebesar 188°. Abstract This study took place in northern Sumatra with the coordinates 1°-6 ° LU and 95° -100 ° BT . Northern Sumatra region is the area traversed by the Sumatra Fault Zone ( SFZ ) that has a high seismic potential . Therefore we need an accurate determination of earthquake parameters . This study aims to relocate the hypocenter , estimating the correct velocity model and station in the northern Sumatra area using the Velocity - Coupled Hypocenter and is expected to be a reference earthquake in the region . There are 40 earthquakes event of data taken from as many as 25 from WebDC data and 15 data from Repo Center Earthquake BMKG. Earthquake category is used as this study has a magnitude greater than 3 magnitude and depth of less than 50 km . Results hypocenter relocation with RMS of 0.87 seconds , with a velocity model conrad layer on layer 8 km and 18 km moho layer and the station correction is positive in 11 and negative station at 7 stations with GAP value of 188 °.
ANALISIS SUMBER GEMPA BUMI PADA PROSES DEFORMASI KERAK BUMI YANG BERPOTENSI TSUNAMI 11 MARET 2011 DI LEPAS PANTAI TIMUR PULAU HONSHU JEPANG HANDIKA WIDIARTO
Inovasi Fisika Indonesia Vol 3 No 3 (2014)
Publisher : Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (812.534 KB) | DOI: 10.26740/ifi.v3n3.p%p

Abstract

Abstrak Jepang mengalami 20% gempa bumi terbesar di dunia karena secara geografis berada pada paparan pinggiran lempeng benua. Gempa yang sering terjadi di Jepang ini membawa konsekuensi berbagai proses deformasi kerak bumi. Sebagian besar proses ini terjadi pada zona subduksi. Zona tersebut berada pada lantai samudera dengan berbagai mekanisme sumber gempa yang dapat diklasifikasikan menurut kategori korban jiwa yang ditimbulkan secara signifikan. Untuk menganalisis pengelompokan dari mekanisme sumber gempa dilakukan irisan vertikal dari data topografi dan batimetri pada area penelitian. Dalam penelitian ini, telah dilakukan kajian analisis deformasi berdasarkan bencana tsunami yang terjadi di Jepang pada tanggal 11 Maret 2011 yang bertujuan untuk dapat menentukan mekanisme sumber gempa bumi yang berpotensi dapat menimbulkan tsunami serta dapat menentukan ketinggian run up tsunami dan validitasnya berdasarkan mekanisme sumber gempabumi. Hasil yang diperoleh melalui penelitian ini yaitu daerah kompresi dominan terletak pada bagian barat sekitar plate boundary pulau Honshu. Pada klasifikasi menurut besar magnitudo mainshock yaitu 9,0 SR, diperoleh nilai run up terendah adalah 1,41 meter di prefektur Ibaraki dan nilai run up tertinggi mencapai 20,88 meter tepatnya di daerah Miyako. Pada klasifikasi menurut luasan fault divided, diperoleh rata-rata nilai run up terendah yaitu 6,18 meter dan nilai rata-rata run up tertinggi mencapai 17,19 meter, berdasarkan skala Imamura maka dapat terjadi kerusakan yang signifikan. Tingkat ketinggian rata-rata run up terendah dan tertinggi saat aftershock dengan magnitudo 7.9, 7.7, dan 6.7 adalah 0,26 meter dan 0,48 meter. Berdasarkan skala Imamura, saat gelombang air laut turun drastis hingga mencapai normal saat aftershock maka tidak terjadi kerusakan secara signifikan. Kata Kunci: Batimetri, run up, fault divided. Abstract Japan has 20% of biggest earthhquake ever occurred in the world, Geographically, Japan is convergence track of ocean plate boundary. Earthquake that occurred in Japan has consequences of changes in deformation processes that often lead to disastrous earthquake. Most of these processes occurs in subduction zone. The subduction zone is located in ocean bottom with different mechanisms of earthquake sources that can be classified by casualties category, catastrophic significantly. To analyze the grouping from earthquake source mechanisms, vertical slice from topography and bathymetry data from observation area. In this case, has done the analysis of deformation process according of Japan tsunami disaster 11 March 2011 which aims to determine the tsunami potential from earthquake mechanism and highest run up and it’s validity. The results of data processing, the dominant compression zone placed in westside plate boundary area of Honshu Island. From 9.0 M mainshock classification, obtained a lowest run up value is 1,41 m at Ibaraki Prefecture and the highest is 20,88 m at Miyako. From fault divided classification, obtained the average of lowest run up value is 6,18 m and the average of highest run up value is 17,19 m. According to Imamura scale, these could be damaged significantly. The average heights of run up level the lowest and highest when the aftershock with 7.9, 7.7, and 6.7 M is 0,26 and 0,48 meters. According to Imamura scale when the water reaches normal level, damaged does not occurs significantly. Keywords: bathymetri, run up, fault divided.
PERANCANGAN DAN PENERAPAN NERACA DIGITAL UNTUK PERCOBAANMENENTUKAN MASSA JENIS ZAT PADAT INO GUTAMA PUTRA
Inovasi Fisika Indonesia Vol 3 No 3 (2014)
Publisher : Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (540.557 KB) | DOI: 10.26740/ifi.v3n3.p%p

Abstract

Abstrak Penelitian ini bertujuan merancang sebuah neraca digital dengan menggunakan load cell CZL635 berbasis mikrokontroler ATmega16. Neraca digital hasil rancangan diterapkan untuk percobaan pengukuran massa dan perhitungan massa jenis zat padat. Pengukuran massa jenis zat padat pada penelitian ini menggunakan prinsip hukum Archimedes. Kalibrasi dalam perancangan neraca digital ini bertujuan untuk menentukan hubungan karakteristik massa terhadap tegangan keluaran load cell dan nilai ADC. Massa yang digunakan adalah beban dengan massa antara 50 gram sampai 1500 gram. Kalibrasi digunakan untuk menyesuaikan program pada mikrokontroler agar didapatkan pembacaan berupa besaran massa. Pengujian selanjutnya dilakukan dengan pengukuran massa bertahap untuk menentukan akurasi dari neraca digital yang telah dirancang. Dengan menggunakan standar deviasi diperoleh kesalahan pengukuran sebesar 7,04 gram. Akurasi pengukuran massa dari neraca digital yang telah dirancang dalam penelitian ini targantung dari resolusi ADC yang digunakan. Dalam penelitian ini resolusi ADC yang digunakan adalah 10 bit. Kenaikan massa minimum yang bisa terbaca neraca digital adalah 8,40 gram. Hal tersebut membuat akurasi dari pengukuran massa dibawah 200 gram menjadi tidak efisien dan juga berpengaruh besar saat menentukan massa jenis zat padat. Hasil percobaan mencari massa jenis besi dan kuningan berturut-turut adalah 7,38 gram/cm3 dan 8,38 gram/cm3. Hasil tersebut hampir sesuai dengan data secara teori. Kata Kunci: Load cell, hukum Archimedes. Abstract This research aims to design and implement a digital balance by using load cell CZL635 based on microcontroller Atmega16. This digital balance has been utilized for measuring varies mass and also examining mass density of solids. It mesurement implemented Archimedes law. Callibration of digital balance design is purposed for determining relation of mass variety to load cell output voltage and ADC value. Mass used for callibration varies from 50 gram to 1500 gram. Calibration is used to adjust the program of the microcontroller in order to obtain a reading of the mass scale. The test is then performed with an increasing gradual mass measurements to determine the accuracy of the digital balance. The standard deviation of measurements is 7,04 gram. Accuracy of the digital balance is depend on ADC which has resolution of 10 bit. Minimum increasing mass that can be measured is 8,40 gram. This makes the accuracy of mass measurements below 200 grams to be inefficient and made ​​a big impact when measuring the density of solids. The result of solid density measuring experiments are 7,38 gram/cm3 and 8,38 gram/cm3 for iron and brass respectively. This value almost similar to theoretical data. . Keywords:Load cell, Archimedes law
PENGUAT MIC KONDENSER BERBASIS OPAMP TL072 UNTUK STETOSKOP ELEKTRONIK TEGUH ARIS S
Inovasi Fisika Indonesia Vol 3 No 3 (2014)
Publisher : Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (296.396 KB) | DOI: 10.26740/ifi.v3n3.p%p

Abstract

Abstrak Pada penelitian ini, telah dirancang penelitian penguat mic kondenser berbasis OPAMP TL072 untuk stetoskop elektronik. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sistem kerja stetoskop elektronik sebagai pendeteksi detak jantung manusia. Penelitian ini sengaja dibuat untuk mengenali ciri detak jantung manusia normal dan abnormal dan memudahkan diagnosis pasien dalam dunia medis. Selain itu penelitian kali ini menggunakan OPAMP TL072 karena untuk menguatkan sinyal detak jantung manusia yang lemah menjadi kuat serta jenis OPAMP tersebut banyak ditemukan di pasaran. Pembuatan penguat mic kondenser membutuhkan rangkaian Pre-Amp, Amplifier serta filter supaya data dari sinyal detak jantung manusia bisa ditampilkan lewat layar osiloskop serta tampilan perbedaan nyala LED tiap menitnya. Peneliti menghitung perbedaan antara detak jantung manusia ketika keadaan detak jantung istirahat, detak jantung latihan dan detak jantung pemulihan tiap menitnya atau beats per minute (bpm). Dari data yang diperoleh terdapat perbedaan detak jantung normal dan abnormal. Faktor yang mempengaruhi antara lain jenis kelamin, aktifitas, usia, berat badan dan keadaan emosi atau psikis. Dari tampilan layar osiloskop terdapat perbedaan antara sinyal input dan output yang dimana terjadi penguatan dan sinyal mengalami beda fasa dengan inputannya. Dalam penelitian selanjutnya dapat menggunakan rangkaian mikrokontroler dan IC ISD 2560 supaya hasil yang diperoleh lebih bagus dan dapat terekam suara detak jantung manusia tersebut. Kata kunci : Beats Per Minutes, Detak Jantung Manusia, Mic Kondenser, Stetoskop Elektronik Abstract In this study, the research has been designed condenser mic amplifier based TL072 OPAMP for electronic stethoscope. The purpose of the study was to determine the working system of electronic stethoscope for detecting human heartbeat. This study was intentionally designed to identify the characteristics of normal human heartbeat and abnormal and facilitate the diagnosis of patients in the medical world. In addition, the present study using OPAMP TL072 as to strengthen the human heartbeat signals are weak become strong and the OPAMP types are found in the market. Making a condenser mic amplifier circuit requires a Pre-Amp, Amplifier and filter that data from human heartbeat signals can be displayed via the oscilloscope screen and LED display differences in flame every minute. Researcher calculate the difference between the human heartbeat when the state of resting heart rate, exercise heart rate recovery and heart rate every minute or beats per minute (bpm). From the data obtained there is a difference of normal and abnormal heart rate. Factors affecting, among others, gender, activity, age, weight and state of emotional or psychological. The oscilloscope display screen showed is a difference between the input signal and the output signal where there is reinforcement and having different phase with the input. In future studies can use microcontroller circuit and IC ISD 2560 that better results can be recorded and the sound of the human heartbeat. Keywords: Beats Per Minutes, Human Heartbeats, Condenser Mic, Electronic Stethoscope
PEMETAAN DAERAH RAWAN PETIR CLOUD TO GROUND POSITIFWILAYAH PASURUAN TAHUN 2012MENGGUNAKAN METODE INVERSE DISTANCE WEIGHTED TRI UTAMI FAIZATIN
Inovasi Fisika Indonesia Vol 3 No 3 (2014)
Publisher : Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (659.639 KB) | DOI: 10.26740/ifi.v3n3.p%p

Abstract

AbstrakWilayah Indonesia secara geografis berada di daerah ekuator yang menyebabkan Indonesia beriklim tropis. Daerah dengan iklim tropis banyak mengalami hujan dan sambaran petir. Beberapa daerah di Indonesia belum dibuat peta rawan sambaran petir, salah satu diantaranya adalah wilayah Pasuruan Jawa Timur. Sehingga dilakukan penelitian yang bertujuan untuk membuat pemetaan daerah rawan sambaran petir di wilayah Pasuruan berdasarkan data rekaman lightning detector tahun 2012 menggunakan metode interpolasi Inverse Distance Weighted serta mendeskripsikan kajian teori fisika yang relevan dengan mekanisme terjadinya petir. Data real time sambaran petir dari rekaman lightning detector diolah menggunakan beberapa program antara lain Lightning 2000, Data Processing Lightning dan ArcGIS 10. Pada program ArcGIS 10 data yang didapatkan kemudian dipetakan menggunakan metode Inverse Distance Weighted. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini berupa peta kontur daerah rawan sambaran petir wilayah Kota/Kabupaten Pasuruan. Berdasarkan peta tersebut didapatkan bahwa daerah yang paling rawan terhadap sambaran petir terletak di Kecamatan Beji, Gempol, Bangil, sebagian daerah Prigen dan Kota Pasuruan dengan total sambaran 450-1912. Wilayah Pasuruan termasuk pada kategori daerah rawan petir sangat tinggi dengan persentase 68%. Hal ini terjadi karena topografi wilayah Pasuruan yang terletak antara lautan dan pegunungan sehingga menyebabkan mudah terbentuknya awan cumulonimbus.Kata kunci : Daerah rawan petir, IDW, PasuruanAbstractIndonesia's territory is geographically located in the Equator areas that cause tropical Indonesia. Areas with a tropical climate experienced rain and lightning strikes. However, many areas in Indonesia have not been created prone lightning strikes map and still needs to be improved its accuracy. Some the area, one of them is an area district pasuruan east java. So done research that aims to make maps of the lightning prone area in the district pasuruan based on data from a recording of lightning detector period 2012 using Inverse Distance Weighted method and describe study a physical theory relevant to mechanism the occurrence of lightning. Real-time data thunderbolt from a recording lightning detector will be processed using some programs i.e. Lightning 2000, Lightning Data Processing and ArcGIS 10. On the program ArcGIS 10 data obtained are mapped using Inverse Distance Weighted method. The results in this research is in the form of contour maps areas prone to lightning strikes Pasuruan Regency/City area. From the map got that the regions most sensitive located in Kecamatan Beji, Gempol, Bangil, some regions of Prigen and Pasuruan City with total struck 450-1912. Pasuruan region included in the category of areas prone to lightning very high with the percentage of 68 %. This happened because topography region pasuruan located between the seas and mountains thus causing easy the establishment of clouds cumulonimbus.Key words : Lightning prone, IDW, Pasuruan
SISTEM TELEMETRI UNTUK MENDETEKSI POSISI ROBOT LINE TRACERMENGGUNAKAN TLP 433,92-RLP 433,92 JONS ANDR MUARA
Inovasi Fisika Indonesia Vol 3 No 3 (2014)
Publisher : Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (370.406 KB) | DOI: 10.26740/ifi.v3n3.p%p

Abstract

AbstrakSistem telemetri adalah sistem pengukuran dimana pengamat bisa melakukan pengukuran dari tempat yang berbeda, artinya pengukuran yang pengiriman datanya tanpa menggunakan kabel (nirkabel). Pada penelitian ini, peneliti mengembangkan sistem telemetri pada robot line tracer untuk mendeteksi posisi robot dengan menggunakan modul TLP 433 dan RLP 433 sebagai pengirim dan penerima data dengan memanfaatkan gelombang radio berfrekuensi 433 MHz. Modul pengirim TLP 433 dan penerima RLP 433 ini menggunakan protokol komunikasi mikrokontroller yang bernama UART (Universal Asynchronous Serial Receiver/Transmitter) dengan modulasi ASK (Amplitude Shift Keying). Pengukuran dilakukan di ruang terbuka (tanpa penghalang) dengan jarak interval 5-100 meter dengan data yang dikirim adalah 16 sensor dengan data ADC 8-bit. Kemudian antara pengirim dan penerima diberikan penghalang berupa beton dan kaca. Hasil yang diperoleh pada ruang terbuka tidak terjadi gangguan, artinya modul TLP 433 dan RLP 433 dapat beroperasi dengan baik pada jarak 100 meter dalam kondisi pada ruang terbuka. Sedangkan pada penghalang beton, pada jarak 5-20 meter data yang dikirim dengan data yang diterima masih sama, pada jarak 25 meter sudah tidak mampu mengirimkan data atau kondisi error. Hal ini dikarenakan sinyal yang diterima oleh robot melemah akibat pengaruh proses refleksi, refraksi, absorbsi dan difraksi. Selain faktor-faktor ini bentuk besi yang dirangkai sebagai otot beton juga menyerupai sangkar Faraday yang dapat meredam radiasi elektromagnetik, hal inilah yang menjadikan beton sebagai penghalang yang paling menggangu proses transmisi data dalam percobaan ini. Sedangkan pada penghalang kaca, pada jarak 5-35 meter data yang dikirim dengan data yang diterima masih sama, pada jarak 40 meter sudah tidak mampu mengirimkan data atau kondisi error. Hal ini dikarenakan kaca yang menjadi penghalang memantulkan sinyal gelombang radio secara acak (difraksi). Dari hasil data yang diperoleh, menunjukkan bahwa terdapat tingkat perbedaan nilai sensor pada garis lurus, pertigaan, dan perempatan. Perbedaan data ini mengindikasikan bahwa robot dapat mengenali posisi ketika berada pada garis lurus, pertigaan, atau perempatan. Pada penelitian selanjutnya, bisa diatasi dengan menggunakan modul transceiver yang memiliki daya lebih kuat, sehingga bisa meminimalisir data yang error.Kata Kunci: telemetri, robot line tracer, ASK, UART.AbstractTelemetry system is a system of measurement in which the observer can take measurements from different places, meaning measurement data transmission without cables (wireless). In this study, researchers developed a telemetry system on the robot line tracer to detect the position of the robot by using TLP 433 and RLP 433 module as the sender and receiver of data by utilizing the 433 MHz frequency radio waves. Module sender TLP 433 and the receiver RLP 433 uses a communication protocol named microcontroller UART (Universal Serial Asynchronous Receiver / Transmitter) with modulation ASK (Amplitude Shift Keying). Measurements carried out in an open space (without barrier) with a distance 5-100 meter intervals with the data sent by the sensor is 16 8-bit ADC data. Then between the sender and receiver are given in the form of concrete and glass barrier. The results obtained in an open space without any disturbance, meaning TLP 433 and RLP 433 module can operate well at a distance of 100 meters in open space conditions. While the concrete barrier, at a distance of 5-20 meters of data sent to the data received is the same, at a distance of 25 meters were not able to transmit data or an error condition. This is because the signal received by the robots weakened by the influence of the process of reflection, refraction, absorption and diffraction. In addition to these factors as a form of iron that is assembled concrete muscle also resembles the Faraday cage, which can reduce electromagnetic radiation, it is this which makes the concrete barrier as the most disturbing data transmission process in this experiment. While the glass barrier, at a distance of 5-35 meters of data sent to the data received is the same, at a distance of 40 meters were not able to transmit data or an error condition. This is because glass is a barrier reflects radio waves at random signal (diffraction). From the results of the data obtained, showing that there is a difference level sensor values on a straight line, junction and crossroad. The difference of these data indicates that the position of the robot can recognize when it is in a straight line, junction, or intersection. In a subsequent study, can be overcome by using a transceiver module that has a stronger power, so that it can minimize the data error.Sistem Telemetri untuk Mendeteksi Posisi Robot Line Tracer Menggunakan TLP 433,93-RLP 433,9226Keywords: telemetry, line tracer robot, ASK, UART.
PERANCANGAN SISTEM MONITORING KUALITAS UDARA MENGGUNAKAN MODUL RF (RADIO FREQUENCY) XBEE HANIF BASKARA
Inovasi Fisika Indonesia Vol 3 No 3 (2014)
Publisher : Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (285.618 KB) | DOI: 10.26740/ifi.v3n3.p%p

Abstract

Abstrak Monitoring kualitas udara merupakan suatu kegiatan pengamatan lapangan untuk mengetahui kondisi udara yang dilakukan secara kontinyu dalam waktu tertentu. Sebagai upaya mengetahui tingkat pencemaran udara dan meningkatkan kualitas instrumen monitoring, maka dalam penelitian ini peneliti merancang alat berbasis nirkabel untuk pengukuran dan pembacaan tingkat pencemaran udara yang mampu mengirimkan bacaan hasil ukur dari instrumen monitoring ke tempat lain yang dikehendaki. Penelitian ini merupakan penelitian berbasis laboratory work dan mempelajari relevansi antara suhu, kelembaban udara, gas karbon dioksida dan gas karbon monoksida sebagai parameter kondisi fisis lingkungan. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa hasil pengamatan suhu dan kelembaban relatif memiliki keterkaitan satu sama lain, dimana ketika suhu meningkat maka kelembaban relatif cenderung menurun. Hasil ukur rata-rata kadar gas karbon dioksida yang diperoleh selama tiga hari pengukuran di Laboratorium Elektronika Dasar dan Instrumentasi Jurusan Fisika memiliki nilai 266 - 291 ppm, dan hasil ukur rata-rata kadar gas karbon monoksida yang diperoleh selama tiga hari di tempat yang sama memiliki nilai 3 - 5 ppm. Kata kunci : Kelembaban Relatif, Karbon Dioksida, Karbon Monoksida. Abstract Air quality monitoring is an activity field observations to determine the condition of the air which is done continuously in a specified time. In an effort to determine the level of air pollution, a wireless-based tool was designed for reading levels of air pollution and transmitting it to another device or PC. This research is based on laboratory work and study of relevance between temperature, humidity, carbon dioxide and carbon monoxide gas as the physical condition of the environmental parameters. The results obtained in this study indicate that the observed temperature and relative humidity dependent each other, wherein when the temperature increases, the relative humidity tends to decrease. The results of measuring the average concentration of carbon dioxide gas measurements obtained during three days in Basic Electronics and Instrumentation Laboratory of the Department of Physics has a range of 266-291 ppm, and the average results of measuring carbon monoxide gas levels obtained during three days in the same place have a range of 3-5 ppm. Keywords: Relative Humidity, Carbon Dioxide, Carbon Monoxide.

Page 6 of 42 | Total Record : 415