cover
Contact Name
M Taufiq Rahman
Contact Email
jis@uinsgd.ac.id
Phone
+6289655289523
Journal Mail Official
jis@uinsgd.ac.id
Editorial Address
Prodi Magister Studi Agama-Agama Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Jalan Cimencrang, Panyileukan, Gedebage Kota Bandung Indonesia 40292
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Iman dan Spiritualitas
ISSN : -     EISSN : 27754596     DOI : http://dx.doi.org/10.15575/jis
Jurnal Iman dan Spiritualitas (JIS) is an open-access journal and peer-reviewed scientific works both theoretically and practically in the studies of religions and spirituality in various parts of the world.
Articles 20 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 1 (2023): Jurnal Iman dan Spiritualitas" : 20 Documents clear
Pro dan Kontra dalam Tafsir Sufi Ahmad Midrar Sa’dina; Agung Ahmad Zaelani
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 3, No 1 (2023): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jis.v3i1.21523

Abstract

Penelitian ini dilandasi oleh perbedaan pendapat para ahli dalam hal mardud atau maqbulnya tafsir sufi dalam Islam. Dengan kajian dekriptif-analitis, penelitian ini menggunakan metode kualitatif dalam prosesnya yaitu melalui studi kepustakaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aspek historis tafsir dengan warna sufistik, batasan, dan relasinya pada ranah kontradiktif para ahli tafsir. Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini meletakkan satu benang merah dalam khazanah tafsir sufi dengan nuansa isyarinya. Varian dan konsekuensi di dalam tafsir sufi tak lepas dari orientasi sufisme dalam perkembangannya. Terdapat sikap yang tertutup berlebih mengenai tafsir sufi ini, sehingga sejatinya mengerdilkan kemungkinan-kemungkinan dalam kuasa ilahi sebagai pemberi wahyu dan karunia. Padahal untuk filterisasi bisa disusun indikator yang tanpa intimidatif. Perkembangan tafsir sufi di era keemasannya sekitar abad 2-6 H disinyalir tak lepas dari sosio-politik kekuasaan saat itu. Diharapkan penelitian ini dapat menjawab persoalan-persoalan seputar ruang lingkup tafsir sufi. Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu untuk menengahi pandangan antara dua sisi para ahli sehingga lebih moderat dengan menjunjung tinggi ilmu pengetahuan.
Menyingkap Polemik Historisitas Tafsir Corak Lughawi Siti Nur Umdati Putriyani; Ira Nazhifatul Qalbah
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 3, No 1 (2023): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jis.v3i1.21802

Abstract

Tafsir lughawi merupakan ittijah yang dilakukan oleh seorang mufasir ketika menjelaskan suatu makna yang terkandung dalam berbagai ayat Al-Qur’an melalui pendekatan bahasa Arab. Latar belakang metode yang digunakan mufasir dalam tafsir lughawi yaitu tahlili-tajzi’i, dengan meliputi etimologis, leksikal, morfologis, retorikal, serta gramatikal. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui perkembangan tafsir lughawi beserta berbagai polemik ulama di dalamnya. Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian studi pustaka. Hasil penelitian ini yaitu untuk mengetahui bahwa tafsir lughawi memiliki sejarahnya sendiri seiring dengan sejarah pertumbuhan dan perkembangan ilmu bahasa Arab. Secara embrional, tafsir lughawi sudah mulai tumbuh pada masa kenabian, terutama pada periode Madinah. Pada periode ini, umat Islam sudah banyak berinteraksi secara intens dengan Al-Qur’an. Adapun polemik ulama di dalamnya, berpendapat bahwa penafsiran lughawi cenderung memihak pada golongan tertentu. Selain itu, penafsirannya pun tidak kreatif karena seringkali mengulang penafsiran yang ada. Polemik inilah yang kemudian dapat menghilangkan esensi dari penafsiran Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi seluruh umat. Pembahasan ini diteliti agar dapat dikaji oleh para pengkaji keilmuan Al-Qur’an, sedikitnya mendapatkan manfaat yang terkandung didalamnya, serta kekurangannya dapat disempurnakan oleh penelitian berikutnya.
Analisis Penafsiran Tokoh Feminis Terhadap Ayat-Ayat Nusyuz dalam Al-Qur’an Azis Abdul Sidik; Ihsan Imaduddin
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 3, No 1 (2023): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jis.v3i1.23771

Abstract

Penelitian ini membahas tentang penafsiran nusyuz oleh tokoh feminis dengan metode deskriptif analitik dan berbasis library research, hasil dari penelitian ini adalah bahwa penafsiran dua teks Al-Qur’an tentang penanganan nusyuz yang dilakukan oleh suami dan istri selama ini dipahami secara terpisah. Nusyuz oleh istri ditangani menggunakan tafsiran surat annisa ayat 34 sedangkan nusyuz oleh suami ditangani oleh tafsiran surat Annisa ayat 128. Studi pada beberapa literatur memperlihatkan bahwa perbedaan penanganan ini terkesan lebih berpihak kepada laki-laki, dimana wanita ditempatkan dalam posisi yang lemah dan berada pada pihak yang harus lebih banyak berkorban. Dalam periode awal, penafsiran pernikahan dipahami sebagai akad peralihan kepemilikan (aqd tamlik) lelaki atas wanita. Peralihan kepemilikan wanita dari walinya kepada suami dalam konteks saat ini dapat dimaknai bahwa wanita adalah properti yang bisa dimiliki lelaki. Qiraah mubadalah menawarkan kosep kesetaraan antara suami dan istri di atas lima pilar pernikahan yaitu mitsaqon ghlidzo, zawaj, taradhin, mu’asyarah bil ma’ruf, dan musyawarah. Prinsip kesetaraan yang ditawarkan qiraah mubadalah membawa penelitian ini untuk membaca kembali annisa ayat 34 dan 128 dengan semangat emansipatoris. Hasilnya menunjukan bahwa penanganan nusyuz pada kedua ayat tersebut bersifat komplementer dan berlaku secara bersamaan untuk suami dan istri. Annisa ayat 34 merupakan penangan bertahap atas prilaku nusyuz, sedangkan ayat 128 merupakan petunjuk dalam rangka resolusi konflik dengan renegoisasi atas kesepahaman dan kesepakatan dalam pernikahan.
Orientasi Tafsir Ad-Durru Al-Mantsur fi Tafsir Al-Ma’tsur: Telaah Hadaf Tafsir dan Tsaqofah Al-Mufasirin Raden Rifa Qodratinnisa; Reza Firmansyah; Eni Zulaiha
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 3, No 1 (2023): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jis.v3i1.22926

Abstract

This article intends to particularly explore the ittijah at-tafsir, also known as the orientation of interpretation, beginning with its definition, signs of emergence, and different types of orientation in interpretation. Through a survey of the literature, this research employs a qualitative method with an analytical-descriptive approach. This article will outline how to examine the Tsaqafah and As-motivation Suyuthi's for authoring Ad-Durru Al-Mantsur fi Tafsir Al-Ma'tsur in order to determine the orientation of the interpretation of the book. The Tsaqafah and hadaf of the mufasir are among the discussions that have a significant impact on how a book is interpreted. Conclusion: Personality features, academic prowess, one's environment, a mufasir's interests, and other factors are all interconnected with one's interpretation. As seen in the interpretation orientation of Ad-Durru Al-Mantsur fi Tafsir Al-Ma'tsur by As-Suyuthi.
Analisis Kajian Metodologis atas Kitab Tafsir Lathaif al-Isyarat Karya Imam al-Qusyairi Abdul Ghoni; Hari Fauji
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 3, No 1 (2023): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jis.v3i1.23774

Abstract

Adanya tafsir lathaif al-Isyarat merupakan bentuk dari mendamaikan ilmu syariat dan hakikat dengan tujuan memberikan pemahaman bahwa tidak terjadi kontradiktif antara hakikat dan syariat. Dan pada intinya setiap karya tafsir tidak akan pernah lepas dari latar belakang mufassir sendiri. Penelitian ini termasuk kajian kepustakaan dengan rujukan primer dan sekunder yaitu tafsir lathaif al-Isyarat sebagai rujukan primer, sedangkan rujukan sekunder menggunakan buku, jurnal yang terfokus pada aspek metodologis.  Tujuan dari adanya penelitian ini untuk mengeksplorasi penafsiran Al-Qusyairi terhadap Lataif Al-Isyarat dan metode khusus yang dipakainya dalam penafsiran tersebut. Kajian hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa Al-Qusyairi adalah seorang sufi yang berupaya menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an dengan menggunakan konsep tasawuf, serta bahasa sastra untuk mengenalkan pembaca pada perasaan jiwa sufi. Urgensinya untuk membela tasawuf pada masa Sultan Thaghral. Kedua, dari segi metode yang dikenalkan menggunakan metode tahlili yang merupakan analisis untuk menjelaskan kandungan ayat Alquran dari berbagai aspek tasawufnya. Kemudian dari segi sumber yaitu bi al-Ra’yi, adapun isyarat akal yang dicantumkan dalam tafsirnya tidak secara murni pekerjaan akal, tetapi supaya isyarat tersebut dihasilkan untuk tidak menjauh dari nas Al-Qur'an. Dari segi corak adalah sufi dengan memiliki ide kreatif mempertemukan tasawuf dan psikologi dengan simbol sastra dan menerapkan konsep maqamat serta ahwal. Ketiga, komentar ulama bahwa tafsir ini tidak mengunggulkan hakikat dari pada syariat, begitu juga dengan sebaliknya, maka dari itu lathaif al-isyarat hadir sebagai perkataan yang benar tentang tasawuf dengan menjunjung tinggi keadilan dan memerangi kebid’ahan.
Deradicalizing Interpretation of Jihad Verses by Sayyid Qutb Deni Albar; Dadang Darmawan; Solehudin Solehudin
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 3, No 1 (2023): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jis.v3i1.23798

Abstract

The research aims to explore and elaborate on the causes of radical and fundamentalist stigma in Sayyid Qutb, in interpreting the jihad verses in the Fi Zhilal Qur’an, which are considered the root cause of fundamentalist and radical and intolerant movements. The research method uses qualitative. The research subject is Sayyid Qutb's interpretation of the Fii Zhilal Al-Qur'an. The object of his research is the verses of jihad and qital verses scattered in the Qur’an. Data processing techniques through literature studies. The study results show that the stigma that is often leveled at Sayyid Qutb is a symbol of radicalism, intolerance, and anti-peace, even though in his work, he always gives a picture of peace, namely inner peace, household peace, and community peace. The emergence of radical movements, intolerance and inter-ethnic and religious conflicts in the world at the end of the 20th century allegedly originated from the Middle East, including; Qutb's thoughts in the interpretation of zhilal al-Quran, ma'alim fi at-tariq and several of his books. Meanwhile, Sayyid Qutb's wordview concept uses the term al-Tasawwur al-Islamy (Islamic Vision) or Sayyid Qutb's perspective on jihad verses. The deradicalization format of Sayyid Qutb's interpretation was written through his interpretation (Fi zhilalil Quran), the critical point is to illustrate that contemporary jihad is by working hard to preach preaching through speech and writing. The red line is that defensive jihad is put forward as a form of deradicalization.
Konsep Bidadari dalam Al-Qur’an: Perspektif Mufasir Feminis Muchammad Fariz Maulana Akbar; Muhammad Rijal Maulana
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 3, No 1 (2023): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jis.v3i1.21804

Abstract

Penelitian ini mengkaji tentang penafsiran ayat-ayat bidadari dalam al-Qur’an. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami penafsiran terkait konsep bidadari dalam al-Qur’an dengan pendekatan feminis. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis deskriptif, dan teknik pengumpulan studi kepustakaan. Hasil dari penelitian ini adalah kata bidadari direpresentasikan melalui kata al-hur al-‘ayn dengan kata qashiratu tharf. Terjadi beberapa perbedaan penafsiran terkait makna al-hur al-‘ayn, dan kebanyakan menafsirkannya sebagai gambaran terhadap wanita surga yang kecantikannya sangat sempurna, baik dari dalam maupun luar. Namun berbeda dengan Amina Wadud yang menganggap al-hur al-‘ayn sebagai redaksi metaforis. Selain itu, makna qashiratu tharf dalam al-Qur’an ditafsirkan kebanyakan oleh mufasir sebagai perempuan yang menahan pandangan mata mereka dan hanya memandang kepada pasangan mereka saja, dan tidak pernah disentuh oleh siapapun.
Metode Tafsir Tahlili dalam Menafsirkan Al-Qur’an: Analisis pada Tafsir Al-Munir Iqlima Nurul Ainun; Lu’luatul Aisyiyyah; Badruzzaman M. Yunus
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 3, No 1 (2023): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jis.v3i1.21788

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tafsir tahlili bekerja dengan pembahasan yang detail di dalamnya, sehingga makna dari ayat al-Qur’an yang sedang dijelaskan dapat tersampaikan. Strategi penelitian ini bersifat kualitatif library research dengan mendeskripsikan dan menganalisis pembahasan yang ada. Ayat-ayat al-Qur’an akan dibahas secara menyeluruh dari beberapa sisi yang beragam jika penafsiran al-Qur’an menggunakan metode tafsir tahlili. Mufasir menafsirkan ayat sesuai dengan runtut ayat dan surat sebagaimana yang terdapat dalam mushaf. Uraian yang disusun mulai dari pembahasan kosakata, diikuti dengan penjelasan arti global ayat. Selain itu, dikemukakan pula hubungan antar ayat yang ada, serta asbab nuzul yang melatarbelakangi ayat tersebut diturunkan. Metode ini sangat bermanfaat bagi para pelajar untuk memahami al-Qur’an secara komprehensif. Metode ini pula sudah ada sejak zaman Sahabat, namun kerap kali dipandang bahwa metode ini tidak dapat membahas permasalahan yang ada di zaman sekarang karena pembahasannya tidak terfokuskan pada satu tema. Maka, peneliti mencoba mendeskripsikan kembali metode tafsir tahlili agar dapat difahami tujuannya. Selain itu pada penelitian ini akan sedikit dibahas beberapa komentar ulama mengenai kekurangan dan kelebihan dari matode tafsir tahlili. Penelitian ini dilakukan agar pelajar dan pengkaji ilmu al-Qur’an dapat mendiskusikan bersama penggunaan dan kemanfaatan dari metode ini.
Implementasi Stabilitas Sosial Menurut Penganut Agama Buddha, Tao, dan Konghucu di Kota Bandung Siti Nurjanah
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 3, No 1 (2023): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jis.v3i1.23417

Abstract

Stabilitas sosial yaitu keseimbangan pada suatu keadaan dimana sedang terjadinya masalah namun tetap pada posisinya dan dapat merubah sesuai dengan keadaan. Durkheim membagi stabilitas sosial ini menjadi empat pola yaitu pola pertama adanya kontrak sosial pada masyarakat eropa tradisional; pola yang kedua mengenai kebahagiaan di dunia pada individu; pola ketiga, dalam bidang politik ketika sistem demokrasi lebih dominan dikuasai oleh penguasa; dan pola keempat yaitu mengenai urusan yang dimiliki individu secara pribadi dengan melepaskan semua pola pikir yang terdapat di masa lalu. Kerangka tersebut dipakai dalam analisis penelitan ini, yaitu mengenai kestabilan pada ketiga agama yaitu Agama Buddha, Konghucu, dan Tao. Analisis kelembagaan pun dimunculkan dalam rangka melihat pola interaksi lembaga keagamaan dengan pemerintah. Tercapainya sebuah kedamaian dan toleransi pada ketiga agama tersebut di Kota Bandung telah memunculkan terjalinnya hubungan yang terus berkembang dan luas dalam peranan masyarakat dan umat lainnya.
Kajian Antropologis atas Makna Tradisi Ritual 14 Mulud di Kampung Adat Dukuh, Cikelet, Garut Awis Resita; Bambang Qomaruzzaman
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 3, No 1 (2023): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jis.v3i1.24275

Abstract

Kampung Adat Dukuh merupakan satu-satunya situs adat yang berada di wilayah Garut Selatan. Seperti kampung adat lainnya Dukuh juga mempunyai situs yang dikeramatkan yaitu makam Syekh Abdul Jalil yang merupakan pendiri sekaligus tokoh penyebar agama Islam di kampung Dukuh. Ritual atas pendiri di Kampung Dukuh adalah tradisi ritual 14 mulud. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan menuangkan fenomena kebudayaan yang didapat dalam bentuk narasi. Jenis data dalam penelitian ini menggunakan kualitatif dengan dilengkapi teknik pengambilan data melalui observasi dan wawancara. Penelitian ini menemukan makna dari tradisi ritual 14 mulud yaitu bentuk penghargaan terhadap roh para leluhur dan sebagai penyucian diri sekaligus hari lahir Kampung Adat Dukuh. Peneliti menemukan tiga kelompok yang memiliki makna yang berbeda dalam memaknai 14 Mulud, yakni: pertama, kelompok mistik. Kelompok mistik memakna 14 Mulud sebagai sebuah ritual yang memang membawa keberkahan mistis pada masyarakat yang mengikutinya, terkhusus bagi orang yang menggunakan air berkat tersebut. kedua, kelompok masyarakat luar. Masyrakat luar memaknai 14 Mulud tidak sebagai keberkatan mistik, akan tetapi sebagai ajang untuk memperoleh keuntungan material. Ketiga, kelompok Islam puritan. Merupakan kelompok yang menganggap 14 Mulud bukan sebagai pendatang keberkahan, karena jika dimaknai demikian akan bisa mendatangkan kemusyrikan.

Page 1 of 2 | Total Record : 20