cover
Contact Name
Alice Whita Savira
Contact Email
alicewhitasavira@usd.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
suksma@usd.ac.id
Editorial Address
Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma Kampus III Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta 55581
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Suksma: Jurnal Psikologi Universitas Sanata Dharma
ISSN : 14129426     EISSN : 27454185     DOI : doi.org/10.24071/suksma
Core Subject : Humanities,
Jurnal Suksma adalah jurnal open access yang bertujuan untuk mendiseminasikan penelitian di bidang ilmu psikologi. Jurnal suksma menerima naskah dalam area Psikologi Sosial, Psikologi Industri Organisasi, Psikologi Klinis, Psikologi Pendidikan, Psikologi Perkembangan, Psikologi Kognitif, dan Psikometri dengan berbagai metodologi riset yang sesuai dengan standar publikasi jurnal. Target pembaca jurnal ini adalah akademisi, mahasiswa, praktisi, dan profesional lain yang tertarik dengan bidang ilmu psikologi.
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 1 (2024): Edisi Khusus: Menjadi Manusia Berkesadaran di Era Digital" : 7 Documents clear
Menjadi Manusia Berkesadaran di Era Digital Sabatti, P. Henrietta Puji Dwi Astuti Dian
Suksma: Jurnal Psikologi Universitas Sanata Dharma Vol 5, No 1 (2024): Edisi Khusus: Menjadi Manusia Berkesadaran di Era Digital
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/suksma.v5i1.8042

Abstract

 Perkembangan teknologi digital telah memengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia, baik dalam hidup keseharian, belajar, pelaksanaan tugas, maupun dalam berelasi. Teknologi digital memberikan kemudahan bagi manusia untuk berkomunikasi dan mengakses informasi dengan cepat. Tetapi perkembangan teknologi digital juga memiliki tantangan yang harus dihadapi. Putri (2023) dalam situs resmi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, menyebutkan bahwa untuk menghadapi tantangan perkembangan teknologi digital, masyarakat perlu beradaptasi dan meningkatkan kapasitas diri, sehingga dapat memanfaatkan teknologi secara positif. Untuk beradaptasi dibutuhkan kesadaran, pengembangan keterampilan dan literasi digital, serta partisipasi aktif masing – masing individu dalam masyarakat digital (Putri, 2023). Adaptasi dan peningkatan kapasitas diri diawali dengan kesadaran diri. Scheier, dan Buss (1975, seperti dikutip dalam Scheier, et al., 1979) mendefinisikan kesadaran diri sebagai keadaan yang mana perhatian diarahkan pada diri sendiri. Kesadaran dan perhatian adalah kapasitas utama dalam kesejahteraan manusia. Brown dan Ryan (2003) menambahkan bahwa kesadaran adalah “radar” yang terus memantau lingkungan dalam dan luar individu.Carden et al. (2022) menyatakan bahwa kesadaran diri penting untuk munculnya perilaku positif, kepuasan, dan kinerja yang baik dari individu. Kesadaran diri membawa banyak manfaat psikologis, termasuk peningkatan pengaturan diri, lebih banyak perhatian terhadap kebutuhan orang lain, dan berkurangnya stres dan kecemasan (Donald dkk. 2019, Hali dkk. 2021, Hülsheger dkk. 2021, Rasheed dkk.2019). Ketika manusia menjadi lebih sadar diri, mereka menjadi lebih tangguh dan lebih baik, mereka mampu mempersiapkan diri menghadapi situasi sulit dan meningkatkan perasaan efikasi diri; mampu menganalisis situasi yang tidak pasti dan penuh tekanan; mengidentifikasi kemungkinan solusi; berimprovisasi; menjaga ketenangan; dan siap untuk beradaptasi ketika diperlukan (Chen et al. 2005; Park Park 2019).Baumeister dan Vohs (2003) menyatakan bahwa salah satu fungsi adaptif utama dari kesadaran diri adalah pengaturan diri, yang mencakup mengubah perilaku, menolak godaan, mengubah suasana hati, memilih respons dari berbagai pilihan, dan menyaring informasi yang tidak relevan. Kesadaran diri dapat membantu individu untuk memahami dan mengatur dirinya. Termasuk ketika individu menggunakan teknologi, individu yang memiliki kesadaran diri akan mampu untuk mengelola perilakunya, memilih hal – hal yang ia butuhkan, dan merespon dengan tepat.Morin (2011) menyatakan bahwa berkurangnya atau melemahnya kesadaran diri dapat membuat kesenjangan dalam diri seseorang, munculnya perilaku – perilaku negatif dan lambatnya perkembangan diri. Menurunnya kesadaran diri dapat membuat diri individu terlepas dan tenggelam dalam aktivitas- aktivitas yang merugikan. Orang yang kehilangan kesadaran juga melarikan diri dari diri mereka sendiri dengan meminum alkohol, menggunakan narkoba, makan berlebihan, melakukan perilaku seksual ekstrem, dan akhirnya melakukan bunuh diri (Baumeister, 1990, 1991; dan Hull, 1981, seperti dikutip dalam Morin, 2011). Brown dan Ryan (2003) menemukan bahwa ketidaksadaran pengguna teknologi digital dapat menyebabkan rendahnya produktivitas secara keseluruhan atau kegagalan proses teknologi yang seharusnya bermanfaat positif bagi manusia.Artikel – artikel dalam Suksma: Jurnal Psikologi Universitas Sanata Dharma edisi khusus ini membahas tentang manusia yang berkesadaran di era digital.  Manusia yang berkesadaran atau memiliki kesadaran artinya adalah manusia yang memantau dan mengetahui tentang diri dan lingkungannya; ia juga mampu untuk beradaptasi; dan mampu untuk meningkatkan kapasitas atau mengembangkan dirinya menjadi lebih baik dengan memanfaatkan teknologi yang ada. Artikel pertama membahas tentang penelitian yang bertujuan untuk mengetahui integrasi teknologi yang dilakukan guru SMP dan SMA dalam pembelajaran abad 21 berbasis komponen TPACK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru memiliki pengetahuan yang memadai mengenai integrasi teknologi dalam bidang pendidikan. Pengetahuan yang dimiliki oleh para guru ini tentu berkaitan dengan kesadaran para guru tentang peran teknologi dalam proses pembelajaran. Carden, et al. (2022) menjelaskan bahwa pengetahuan diri merupakan hasil pengembangan dari kesadaran diri.Artikel kedua adalah artikel yang memaparkan hasil uji validitas alat tes penalaran logis berbasis permainan yang disebut Library Game. Alat tes yang valid juga dapat dikembangkan melalui permainan inovatif. Pembuatan alat tes melalui permainan inovatif sangat menarik sebagai upaya untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman saat ini.Artikel ketiga menjelaskan tentang penelitian yang bertujuan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi dalam komunitas stand up comedy sebagai respon terhadap transformasi digital yang telah merambah berbagai aspek kehidupan. Penelitian ini menemukan bahwa faktor kunci yang menjamin keberhasilan komunitas stand up comedy di era digital antara lain adalah kemampuan beradaptasi terhadap perubahan teknologi, memahami preferensi dan kebutuhan audiens digital, serta membangun jaringan kolaboratif yang kuat dalam komunitas itu sendiri. Kemampuan adaptasi adalah bentuk dari adanya kesadaran.Artikel keempat merupakan artikel penelitian yang bertujuan untuk menganalisis sifat psikometrik dan norma LAI. Temuan ini membuktikan bahwa LAI adalah penilaian daring yang andal dan valid untuk mengukur fluid intelligence dalam konteks seleksi atau evaluasi karyawan.Artikel kelima berangkat dari keprihatinan tentang banyaknya informasi di internet dan kurangnya pemahaman remaja tentang dinamika gangguan kesehatan mental yang membawa dampak negatif, yaitu self diagnose. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang diagnosis diri dan kesehatan mental remaja pengguna media sosial, dampak secara psikologis, serta peran media sosial.Artikel keenam bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang perilaku defensif konstruktif sebagai perilaku prososial daring. Artikel ini menjelaskan bahwa perilaku defensif konstruktif mendukung pengamat untuk mengelola emosi ketika menghadapi situasi konflik interpersonal seperti cyberbullying, meningkatkan keterhubungan sosial, kualitas komunikasi antar pengguna media sosial, dan mengurangi dampak cyberbullying terhadap korban. Yurdakul et al. (2023) menemukan bahwa peningkatan kesadaran telah menjadi prioritas dalam studi – studi terkait metode untuk mencegah dan memberi intervensi pada perilaku cyberbullying. Faktanya, individu yang sadar dan paham tentang risiko cyberbullying lebih dapat menyesuaikan diri, mengambil langkah pencegahan dan menghadapi cyberbullying (Yurdakul et al., 2023).
Perilaku Membela Konstruktif: Wujud Empati Bystander dalam Tindakan Pembelaan yang Prososial Silvania, Olyn
Suksma: Jurnal Psikologi Universitas Sanata Dharma Vol 5, No 1 (2024): Edisi Khusus: Menjadi Manusia Berkesadaran di Era Digital
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/suksma.v5i1.7626

Abstract

Bystander's responses can potentially strengthen or weaken the cyberbullying situation. However, the facts show that most bystanders choose to be passive rather than defend the victim. Nonetheless, passive bystander behavior does not necessarily mean approval of the perpetrator's actions. Some bystanders consider cyberbullying to be an unpleasant thing, so it can generate a sense of empathy for the victim. Unfortunately, a lack of self-efficacy and knowledge regarding how to deal with cyberbullying can inhibit bystanders from defending victims. Therefore, knowledge about constructive defending behaviors can help bystanders to defend victims in a good way. This article aims to provide knowledge about constructive defending behavior as an online prosocial behavior. This article explains that prosocial behavior theory is more relevant with constructive defending behavior than aggressive defending behavior. Then, constructive defending behavior can minimize cyberbullying because constructive defending behavior supports bystander emotion regulation, creates social norms related to positive online social interactions, and realizes social capital in the form of social ties. These social ties offer four useful resources, like information on how to deal with cyberbullying, social connectedness of bystanders with other social media users, potential bystander to be influent person who motivates other social media users to take constructive defense actions, and become a reinforcement of identity and a sense of worth to the victim. Hopefully, this article can provide an understanding that constructive defending behavior should be priority to develop by social media users. 
Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) pada Guru SMP dan SMA di Jabodetabek Pratami, Elisabeth Vania; Ajisuksmo, Clara R. P.
Suksma: Jurnal Psikologi Universitas Sanata Dharma Vol 5, No 1 (2024): Edisi Khusus: Menjadi Manusia Berkesadaran di Era Digital
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/suksma.v5i1.7577

Abstract

Technological advances are developing very rapidly and have become a part of human life in the 21st century. The digitalization era demands that educational institutions and the parties within them carry out educational transformation by changing the learning paradigm. This is done in response to changing times that require new skills in global society. 21st century learning emphasizes learning that is integrated with technology. Therefore, educators need skills in mastering three fundamental components, namely content, pedagogy, and technology, which can be understood through the Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) framework. This study aims to determine the integration of technology by private middle and high school teachers in Jabodetabek in 21st century learning based on the TPACK component. A total of 138 participant data was obtained by self-report via electronic questionnaire using convenience sampling and analyzed using the descriptive statistical analysis method. The study results show that teachers have adequate knowledge regarding the integration of technology in the education sector because the majority of teachers' scores are in the high category. The Covid-19 pandemic has also increased the integration of technology in the learning process. In utilizing technology, most teachers use Google Classroom as a type of Learning Management System (LMS) that can increase learning efficiency.
Game-based Assessment: The Development of Logical Reasoning Test Firdaus, Wahyu Maulana; Sari, Novita; Januarsjaf, Aswin
Suksma: Jurnal Psikologi Universitas Sanata Dharma Vol 5, No 1 (2024): Edisi Khusus: Menjadi Manusia Berkesadaran di Era Digital
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/suksma.v5i1.7650

Abstract

This study aims to test the validity of a game-based logical reasoning test tool called the Library Game. This tool consists of eight stimuli, each representing interrelated scenarios that follow a specific pattern to address problems. Data analysis results show that the eight stimuli in the Library Game are unidimensionally valid in measuring logical reasoning constructs (n=284, chi-square=30.742, df=21, p-value=0.078, RMSEA=0.040, CFI=0.996, TLI=0.995). Furthermore, the researchers calibrated the items using Item Response Theory (IRT) 1 PL (parameter logistic). The results show that all items fit the established model. The level of item difficulty ranges from easy to moderate (-0.962 to 0.122). Therefore, this test can provide optimal information when administered to a population with an average level of logical reasoning. In conclusion, instead of conventional methods (question-answer format), valid assessment tools can be developed through innovative games. 
Transformasi Komunitas Stand Up Comedy Jogja di Era Digital Puspita Maraji's, Maria Magdalintan Kalvari
Suksma: Jurnal Psikologi Universitas Sanata Dharma Vol 5, No 1 (2024): Edisi Khusus: Menjadi Manusia Berkesadaran di Era Digital
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/suksma.v5i1.7667

Abstract

This research aims to delve into the changes occurring within the stand-up comedy community in the face of the digital transformation that has permeated various aspects of life. Through in-depth interviews with comedians and observations on various social media platforms, this study demonstrates that digital technology has become a crucial space for the development of the stand-up comedy community. Additionally, utilizing a qualitative approach, the research explores the perspectives of performers and stand-up comedy practitioners on how digital technology affects interactive processes within this community. The findings highlight the need for alignment between the use of technology and the preservation of the essence of stand-up comedy as an art form. Key factors in ensuring the success of the stand-up comedy community in the digital era include building a strong collaborative network from within the community, aligning technology with stand-up comedy, and adapting to technological changes. This research hopes to contribute to a comprehensive understanding of the dynamics of the stand-up comedy community in the digital era while providing guidelines for comedians and community managers to maximize the potential of technology in enriching the expression of stand-up comedy as an art form.
Psychometric Properties and Norming of Learning Agility Index: Online Assessment to Measure Fluid Intelligence Sari, Novita; Firdaus, Wahyu Maulana; Janurasjaf, Aswin
Suksma: Jurnal Psikologi Universitas Sanata Dharma Vol 5, No 1 (2024): Edisi Khusus: Menjadi Manusia Berkesadaran di Era Digital
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/suksma.v5i1.7700

Abstract

The Learning Agility Index (LAI) is an online assessment used to assess Fluid Intelligence, the pure intellectual speed and power evaluated by the ability to solve new problems creatively. Using a battery of five sub-tests, LAI can deliver a global trainability quotient (GTQ) indicating how well an individual performs in a training context. This study aims to analyze psychometric properties and norming for LAI. The research data comprised 28,980 subjects from the online test database for employees selection owned by PT Global Talentlytica Indonesia. The research approach used in this study is classical test theory. Psychometric property analysis utilized Cronbach's alpha reliability estimation method and collected validity evidence based on internal structure. The reliability analysis results showed that the five sub-tests had strong reliabilities with Cronbach's alpha values ranging from 0.92 to 0.97. Confirmatory factor analysis confirmed the measurement model of the Learning Agility Index with CFI 0.988, RMSEA 0.022, and SRMR 0.20. The intelligence levels represented by the measurement results were divided into five levels, ranging from “below average” to “far above average.” These findings prove that LAI is a reliable and valid online assessment for measuring fluid intelligence in the context of employees selection or evaluation. 
Risiko Penurunan Kondisi Kesehatan Mental pada Remaja Pengguna Media Sosial yang Melakukan Self-diagnose Affandi, Amanda Audrey
Suksma: Jurnal Psikologi Universitas Sanata Dharma Vol 5, No 1 (2024): Edisi Khusus: Menjadi Manusia Berkesadaran di Era Digital
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/suksma.v5i1.7687

Abstract

The existence of information technology, especially internet bring increase awareness about mental health. On the other hand, the abundance of this information on internet and lack of understanding from adolescence about dynamics of mental health disorders bring negative impact of self diagnose. This research purposes to reveal the picture of self diagnose with adolescence mental health which social media user, the psychological impact, also what role social media do for the phenomenon. Methods of this research are qualitative methods with phenomenology design. Data collected with semi- structured interview with 4 participants (16-17 years old, 50% women) that already did a self diagnose and active on social media. Analysis technique use in this research is thematic research. The results are that all participants are curious about their mental health condition and sense of their mental illness symptoms, so that they search for information about their mental health from social media on the internet. This self-diagnosed behavior appears when they believe what happened to themselves are the same with mental health disorders. This what bring impact on their psychological such as worried, fear, even wakeful. Self diagnose without validation from professional mental health worker could trigger cognitive process to misunderstanding and false belief about the condition of their mental health and bring up a negative psychological impact. 

Page 1 of 1 | Total Record : 7