cover
Contact Name
Julitinus Harefa
Contact Email
missiocristo@gmail.com
Phone
+6282191306517
Journal Mail Official
missiocristo@gmail.com
Editorial Address
Jl. Wonorejo IV No. 58 - 62A Surabaya, 60263
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Jurnal Missio Cristo
ISSN : 26206633     EISSN : 26566567     DOI : https://doi.org/10.58546
Core Subject : Religion,
Jurnal “Missio-Cristo” merupakan jurnal teologi yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Sola Gratia Indonesia dan sebagai sarana publikasi hasil penelitian baik di dalam maupun di luar Sekolah Tinggi Teologi Sola Gratia Indonesia. Jurnal ini memuat artikel yang belum pernah dipublikasikan sebelumnya dengan ruang lingkup teologi sistematika, biblika, historika, misiologi dan pratikka. Informasi mengenai panduan teknis penulisan artikel dan prosedur penggarapan naskah telah tersedia di pihak penerbit. Proses penanganan naskah melalui tim editor sebagai kelayakkan gaya dan format dan dilanjukkan melalui Peer Review Process sesuai persyaratan dan pedoman penulisan artikel yang baik dan benar. Penerbitan Jurnal ini dilakukan enam bulan sekali, yakni: pada bulan April dan Oktober.
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol. 6 No. 1: Jurnal Missio-Cristo April 2023" : 5 Documents clear
Analisis Tekstual Kata ‘Kalian’ (ὑμῶν) atau ‘KAMI’ (ἡμῶν) Dalam Kolose 1:7 Harman Ziduhu Laia
Jurnal Missio Cristo Vol. 6 No. 1: Jurnal Missio-Cristo April 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sola Gratia Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58456/missiocristo.v6i1.40

Abstract

One of the textual problems in Colossians 1:7 concerns whether the Apostle Paul as the original writer of the letter to the Colossians wrote the variant ὑμῶν (you/your) or the variant ἡμῶν (us/our) in the clauses ὅς ἐστιν πιστὸς ὑπὲρ [ὑμῶν or ἡμῶν?] διάκονος τοῦ Χριστοῦ. Scholars have defended both variants. Textual analysis of external evidence considerations suggests that the ἡμῶν (us/our) reading variant has earlier and more authoritative witnesses. On the other hand, internal evidence analysis, namely from context, structural, and exegetical considerations, support the ἡμῶν (us/our) reading variant and does not allow for the possibility of the ὑμῶν (you/your) reading variant being the original. Thus, the transmission of ἡμῶν to ὑμῶν may be due to a homoioarcton error and harmonization correction. So the original clause is ὅς ἐστιν πιστὸς ὑπὲρ ἡμῶν διάκονος τοῦ Χριστοῦ (who is a faithful minister of Christ on our/us behalf), emphasizing that Epaphras was Paul and Timothy's representative in serving the Colossians. ABSTRAK BAHASA INDONESIA Salah satu persoalan tekstual dalam Kolose 1:7 adalah mengenai apakah rasul Paulus sebagai penulis asli surat Kolose menulis varian ὑμῶν (kalian) atau varian ἡμῶν (kami) dalam klausa ὅς ἐστιν πιστὸς ὑπὲρ [ὑμῶν atau ἡμῶν?] διάκονος τοῦ Χριστοῦ. Masing-masing para sarjana telah mempertahankan kedua varian itu. Kritik tekstual dari pertimbangan bukti eksternal menunjukkan bahwa varian bacaan ἡμῶν (kami) memiliki saksi yang lebih awal dan otoritatif. Di sisi lain, analisis bukti internal, yakni dari pertimbangan konteks, struktural, dan eksegetikal mendukung varian bacaan ἡμῶν (kami), dan tidak memungkinkan varian bacaan ὑμῶν (kalian) sebagai asli. Jadi, dimungkinkan bahwa transmisi ἡμῶν ke ὑμῶν disebabkan oleh kesalahan homoioarcton dan koreksi harmonisasi. Jadi klausa aslinya adalah ὅς ἐστιν πιστὸς ὑπὲρ ἡμῶν διάκονος τοῦ Χριστοῦ (yang demi kami adalah pelayan Kristus yang setia), dengan penekanan bahwa Epafras adalah perwakilan Paulus dan Timotius dalam melayani jemaat di Kolose.
Makna Kebangkitan Yesus Dalam Kehidupan Para Murid: Tinjauan Terhadap Yohanes 21: 1 - 14 Andreas Joswanto; Elisua Hulu
Jurnal Missio Cristo Vol. 6 No. 1: Jurnal Missio-Cristo April 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sola Gratia Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58456/missiocristo.v6i1.42

Abstract

A very important aspect of the Christian faith is the work of Christ through His resurrection. This event became a basic concept in Christian doctrine. The meaning of Christ's resurrection does not only concern the futurist aspect, but also the presentist aspect in the lives of believers. The event after the resurrection is the appearance of Jesus himself, in the text of the Gospel of John 21 it is the third time Jesus appeared to his disciples. The study of the text of the Gospel of John 21: 1-14 uses descriptive research through library data sources with the aim of finding the meaning of resurrection in life. The meaning of Christ's resurrection in life or the presentist aspect is understood in the challenges of life, both in physical and spiritual aspects. Resurrection is an event that will be experienced by humans in the future and a resurrection that refers to Jesus Christ is a resurrection that happened in the past (historical) or has already happened. The meaning of Christ's resurrection in life, does not only talk about aspects of the past, present as well as the future. Anxiety and impatience always make a person who is quick to deal with human logical thinking. The Resurrection of Christ is not only talking about the futurist aspect, but also the presentist aspect. ABSTRAK BAHASA INDONESIA  Aspek yang sangat penting dalam iman Kristen adalah karya Kristus melalui kebangkitan-Nya. Peristiwa ini menjadi konsep dasar dalam doktrin kekristenan. Makna kebangkitan Kristus tidak hanya menyangkut aspek futuris, juga aspek presentis dalam kehidupan orang percaya. Peristiwa setelah kebangkitan adalah penampakkan diri Yesus, dalam teks Injil Yohanes 21 merupakan ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya. Kajian terhadap teks Injil Yohanes 21: 1-14 menggunakan penelitian deskriptif melalui sumber data pustaka dengan tujuan menemukan makna kebangkitan dalam kehidupan para murid. Pemaknaan kebangkitan Kristus dalam kehidupan atau aspek presentis dipahami dalam tantangan kehidupan, baik dalam aspek jasmani maupun rohani. Kebangkitan merupakan peristiwa yang akan dialami oleh manusia di masa mendatang (bersifat future) dan kebangkitan yang merujuk pada Yesus Kristus adalah kebangkitan yang terjadi masa lampau (bersifat historis) atau sudah terjadi. Makna kebangkitan Kristus dalam kehidupan, tidak hanya berbicara aspek masa lalu (past), masa kini (present) juga masa yang akan datang (future). Kekuatiran dan ketidaksabaran selalu menjadikan pribadi yang cepat menghadapi dengan cara berpikir logika manusia. Kebangkitan Kristus tidak hanya berbicara aspek futuris, namun juga aspek presentis.
Studi Literatur Tentang Perseteruan Antara Yahudi Dengan Samaria Berdasarkan Informasi Yohanes 4:9 pika idaman jernih hia; Meniati Hia
Jurnal Missio Cristo Vol. 6 No. 1: Jurnal Missio-Cristo April 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sola Gratia Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58456/missiocristo.v6i1.44

Abstract

The two groups between Jews and Samaritans are not widely known by Christians in general. The relationship between these two camps has attracted the attention of many people, regarding Jesus' ministry to the Samaritan woman who said: "(Because the Jews did not associate with the Samaritans)" John 4:9. The author of John does not provide complete information regarding the conflict of these two groups, even though they are both God's chosen people. Then, another problem is that several times God made the Samaritans as an example for the Jews to emulate, but the promise of the coming of the Messiah always puts the Jews first. Therefore, the authors conducted qualitative research using literature/library studies. To find out the main reasons for the animosity of both sides so that these two groups of God's people do not get along with each other. Then does the horizontal conflict on both sides affect their status before Allah. Because the author concludes that between the two sides there is no tribe that is prioritized by the Lord Jesus. Abstrak Bahasa Indonesia Kedua kelompok antara Yahudi dengan Samaria tidak terlalu banyak diketahui oleh umat Kristen pada umumnya. Hubungan dari kedua kubu ini, telah menarik perhatian banyak orang, terkait pelayanan Yesus kepada perempuan Samaria yang mengatakan: “(Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria)”  Yohanes 4:9. Penulis Yohanes tidak memberikan keterangan yang lengkap terkait konflik dari kedua kelompok ini, padahal mereka adalah sama-sama kaum pilihan Allah. Kemudian, persoalan yang lain adalah beberapa kali Tuhan menjadikan orang Samaria sebagai contoh bagi orang Yahudi untuk diteladani, tetapi janji kedatangan Mesias selalu mengutamakan orang Yahudi.   Oleh sebab itu, penulis melakukan penelitian kualitatif dengan menggunakan studi literatur/ pustaka. Untuk mengetahui  alasan utama permusuhan dari kedua belah pihak sehingga kedua kelompok umat Allah ini tidak saling bergaul. Kemudian apakah konflik horinzontal dikedua belah pihak mempengaruhi status mereka dihadapan Allah. Sebab penulis berkesimpulan bahwa diantara kedua belah pihak tidak ada suku yang lebih di utamakan oleh Tuhan Yesus.
Prinsip Pernikahan: Solusi Konflik Pascanikah (1 Korintus 7:3-5) yatmini
Jurnal Missio Cristo Vol. 6 No. 1: Jurnal Missio-Cristo April 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sola Gratia Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58456/missiocristo.v6i1.45

Abstract

The first institution formed by God is the family. God formed the family for the good of mankind with the aim of the glory of God. However, sin destroys the relationship of the husband and wife formed by God. This study aims to look at the principles of marriage according to 1 Corinthians 7:3-5 and how to deal with conflicts between husband and wife after marriage. The research method used is content analysis method, which is to find biblical solutions for post-marital couples. Based on the content analysis of the text specified in this study, it was found that there is a relationship between the principle of marriage and the solution in dealing with post-marital conflicts, such as: 1) post-marital conflict solutions: a) fulfilling obligations to partners (7:3), b) not having power over his own body (7:4). In post-marital relations, husband and wife must have openness to one another as a form of mutual belonging. 2) How to resolve conflicts in the family (7:5): a) don't take away the rights of your spouse (7:5), b) make an agreement (7:5). 3) The purpose of resolving conflict (7:5): a) continue to rely on God, b) return to live together, c) so that the devil does not destroy the household. And these principles will strengthen the relationship between husband and wife in overcoming and resolving post-marital conflicts.  ABSTRAK BAHASA INDONESIA Lembaga pertama yang menjadi bentukan Allah adalah keluarga. Allah membentuk keluarga untuk kebaikan manusia dengan tujuan kemuliaan Allah. Namun, dosa merusak relasi pasangan suami istri bentukan Allah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk melihat prinsip-prinsip pernikahan menurut 1 Korintus 7:3-5 dan bagaimana solusi menghadapi konflik pasangan suami istri pascanikah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis isi yaitu untuk menemukan solusi Alkitabiah bagi pasangan pascanikah. Berdasarkan analisis isi pada teks ditemukan bahwa ada hubungan antara prinsip pernikahan dengan solusi dalam menghadapi konflik pascanikah, seperti: 1) solusi konflik pascanikah: a) memenuhi kewajiban terhadap pasangan (7:3), b) tidak memiliki hak atas fisiknya sendiri (7:4). Dalam relasi suami istri pascanikah harus memiliki keterbukaan sebagai wujud saling memiliki. 2) Cara menyelesaikan konflik dalam keluarga (7:5): a) jangan merampas hak pasangan (7:5), b) mengadakan kesepakatan (7:5). 3) Tujuan menyelesaikan konflik (7:5): a) tetap mengandalkan Tuhan, b) kembali hidup bersama, c) supaya iblis tidak merusak rumah tangga. Dan prinsipprinsip tersebut akan memperkuat relasi pasangan suami istri dalam mengatasi dan menyelesaikan konflik pascanikah.
Dekadensi Moral dalam 2 Timotius 3: 1-7: Reflektif Spritualitas Manusia di Era disrupsi Yonatan Alex Arifianto
Jurnal Missio Cristo Vol. 6 No. 1: Jurnal Missio-Cristo April 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sola Gratia Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58456/missiocristo.v6i1.46

Abstract

Every Christian should have a correct understanding of spirituality because in an era of disruption like today's end-time phenomenology which is synonymous with decadence of morality becomes a serious threat to faith and belief. Using a descriptive qualitative method, this study aims to provide a theological reflection for believers to be in Biblical truth as part of a reflective Christian spirituality. So it can be concluded that moral decadence in 2 Timothy 3: 1-7, is a situation that will be fulfilled in Christianity for that Christianity must be able to understand that it is in the digital era or it can be called the era of disruption to be able to fully understand the era of disruption and meaning in space. digital. Furthermore, the results of the exegesis of 2 Timothy 3:1-7 provide meaning and indicators of the essence of moral decadence that can occur in the era of disruption. Finally, Christianity must be able to be the answer to the end-time human condition as a theological reflection for Christian spirituality to be able to counter the current moral decadence. Because spirituality which is based on love for God is shown by the longing to be close to God through personal prayer and worship as well as service shown to worship of God. Moreover, based on spirituality through reading and meditating on God's word, and being radical towards obedience to God's word, then faith will continue to grow in God. ABSTRAK BAHASA INDONESIA Setiap orang percaya kepada Tuhan seharusnya memiliki pemahaman yang benar tentang spiritualitas sebab di era disrupsi seperti saat ini fenomenologi terhadap manusia akhir zaman yang identik dengan dekadensi moral menjadi ancaman serius terhadap iman dan kepercayaan. Menggunakan metode kualitatif deskritif penelitian ini bertujuan memberikan refleksi secara teologi bagi orang percaya untuk berada dalam kebenaran Alkitabiah sebagai bagian dari reflektif spritualitas Kristen. Maka dapat dinyatakan bahwa dekadensi moral dalam 2 Timotius 3: 1-7, merupakan situasi yang pasti akan tergenapi dalam kekeristenan. Untuk itu kekristenan harus  memahami di mana era digital atau bisa disebut era disrupsi bisa dapat menjadi ancaman iman dan kepercayaannya di ruang digital. Selanjutnya hasil eksegesis 2 Timotius 3:1-7 memberikan makna dan indikator hakikat dekadensi moral yang dapat terjadi di era disrupsi. Terakhir kekristenan harus menjadi jawaban bagi keadaan manusia akhir jaman sebagai reflektif teologis spritualitas orang Kristen untuk dapat mengcounter pengaruh dekadensi moral yang terjadi saat ini. Sebab spritualitas yang didasari dari kasih kepada Tuhan dibuktikan dan ditunjukkan dengan nilai dan semangat untuk bertemu dalam kerinduanselalu dekat dengan Allah, baik melalui doa secara personal dan ibadah serta pelayanan yang ditunjukan kepada peribadatan kepada Tuhan. Terlebih mendasari kerohanian melalui membaca dan merenungkan firman Tuhan, serta menjadi radikal terhadap ketaatan kepada kebenaran firman Tuhan, sehingga ada pertumbuhan iman yang terus bertumbuh dan menghasilkan buah. 

Page 1 of 1 | Total Record : 5