Prosiding Seminar Nasional Teknik Lingkungan Kebumian SATUBUMI
Prosiding Seminar Nasional Teknik Lingkungan Kebumian SATUBUMI menerima artikel yang berfokus pada : 1. Pengelolaan lingkungan Migas, Panas Bumi, dan Pertambangan 2. Pengelolaan Limbah 3. Energi Baru dan Terbarukan 4. Pengembangan Wilayah 5. Sistem Manajemen Lingkungan Wilayah 6. Pengelolaan Daur Hidup (LCA) 7. Manajemen Kebencanaan
Articles
23 Documents
Search results for
, issue
"Vol 2, No 1 (2020): Prosiding Seminar Nasional Teknik Lingkungan Kebumian (Satu Bumi) Ke-II"
:
23 Documents
clear
Pengelolaan Gerakan Massa Tanah di Dusun Kaliwuluh, Desa Jurangjero, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta
Annisa Aulia Ramadhani Nugroho;
Suharwanto Suharwanto;
Dian Hudawan Santoso
Prosiding Seminar Nasional Teknik Lingkungan SATU BUMI Vol 2, No 1 (2020): Prosiding Seminar Nasional Teknik Lingkungan Kebumian (Satu Bumi) Ke-II
Publisher : UPN "Veteran" Yogyakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1113.669 KB)
|
DOI: 10.31315/psb.v2i1.4463
Gerakan massa tanah yang terjadi pada tanggal 28 November 2017 di Dusun Kaliwuluh, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunugkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta dipicu dengan hujan intensitas tinggi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat kestabilan lereng berdasarkan nilai faktor keamanan lereng yang telah mengalami gerakan massa tanah dan membuat teknik rekayasa gerakan massa tanah di daerah penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survei dan pemetaan untuk komponen lingkungan, metode purposive sampling untuk pengambilan sampel tanah, dan metode deskriptif dan kuantitatif untuk melakukan analisis. Survei dilakukan untuk mengetahui kondisi eksisting setelah terjadi gerakan massa tanah. Hasil uji laboratorium dianalisis secara kuantitatif untuk mengatahui nilai faktor kemanan dengan metode janbu yang disederhanakan.Perhitungan nilai faktor keamaan yang dihasilkan sebesar 1,559 yang termasuk kedalam klasifikasi lereng stabil. Pengelolaan gerakan massa tanah dilakukan pada lereng yang telah mengalami gerakan massa tanah untuk mengurangi potensi terjadinya gerakan massa tanah kembali sehingga lahan lokasi gerakan massa tanah dapat dimanfaatkan oleh warga di sekitar daerah penelitian. Pengelolaan kereng dilakukan dengan cara pendekatan rekayasa/teknik yaitu dengan pembuatan teras, pembuatan saluran drainase secara vertikal dan horizontal, revegetasi lahan dengan pohon jati dengan kombinasi rumput akar wangi. Penambahan material lempung pada rekahan tanah digunakan untuk menghambat laju infiltrasi dan penggunaan pipa penyalir pada lereng.Kata kunci : Gerakan Massa Tanah, Nilai Faktor Keamanan, Kestabilan Lereng, Metode Janbu yang disederhanakan, Pengelolaan Lereng
Mitigasi Bencana Masyarakat Pesisir Melalui Konservasi Mangrove di Kabupaten Langkat Sumatera Utara
A. Hadian Pratama Hamzah;
Sutrisno Anggoro;
Sri Puryono
Prosiding Seminar Nasional Teknik Lingkungan SATU BUMI Vol 2, No 1 (2020): Prosiding Seminar Nasional Teknik Lingkungan Kebumian (Satu Bumi) Ke-II
Publisher : UPN "Veteran" Yogyakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (710.697 KB)
|
DOI: 10.31315/psb.v2i1.4439
Mangrove memiliki beragam peran dalam wilayah pesisir, selain memiliki fungsi ekosistem mangrove juga memiliki peran dalam proses mempertahakan wilayah pesisir dari beragam bencana alam serta memiliki nilai ekonomi dan sosial dari keberadannya. Selain berfungsi sebagai wilayah perawatan ikan dan penyedia layanan ekosistem mangrove juga memiliki peran sebagai pengatur yakni menjaga ketahanan pantai dari ombak. Fungsi mangrove sebagai bagian dari upaya mitigasi bencana yang terjadi di wilayah pesisir selama dua dekade terakhir. Kabupaten Langkat sebagai daerah pesisir merupakan wilayah rawan akan bencana diwilayah pesisir bergantung dari keberadaan tumbuhan penahan, mangrove memiliki peran sebagai penjaga wilayah pesisir dari masuknya air laut dan gelombang besar. Hal ini disebabkan karena sistem perakaran mangrove yang kuat dan memiliki struktur pengikat tanah yang baik. Akan tetapi saat ini kondisi kawasan mangrove di Kabupaten Langkat mengalami penurunan luasan lahan akibat berbagai peruntukan, Langkat berkontribusi sebesar 52% terhadap mangrove di Sumatera Utara. Dengan berkuruangnya jumlah luasan mangrove bepengaruh terhadap kondisi mitigasi bencana di pesisir langkat, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis model struktur tanaman mangrove sebagai pemecah gelombang. Adapun metode yang digunakan adalah studi literatur dan observasi lapangan, adapun penelitian ini memperoleh hasil bahwa bentuk dan model formasi mangrove memberi gambaran tentang fungsi mangrove sebagai penahan ombak dan pemecah gelombang pada wilayah pesisir. Kata Kunci: Mitigasi Bencana; Konservasi Mangrove; Pengelolaan Lingkungan; Pesisir, Langkat
Konservasi Telaga Bromo Pada Ekosistem Karst Di Desa Karangasem, Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta
Arief Ramadhan Bimantoro
Prosiding Seminar Nasional Teknik Lingkungan SATU BUMI Vol 2, No 1 (2020): Prosiding Seminar Nasional Teknik Lingkungan Kebumian (Satu Bumi) Ke-II
Publisher : UPN "Veteran" Yogyakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (817.106 KB)
|
DOI: 10.31315/psb.v2i1.4456
Kekeringan merupakan salah satu bencana alam yang umum terjadi di beberapa wilayah di Indonesia khususnya Kabupaten Gunung Kidul. Langkanya sumber air permukaan merupakaan salah satu fenomena alam yang penyebab kekeringan di wilayah Kabupaten Gunung Kidul. Telaga Bromo terletak di Desa Karangasem, Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunung Kidul merupakan salah satu sumber air permukaan yang banyak dimanfaatkan oleh penduduk sekitar untuk mendukung kebutuhan domestik sampai objek wisata alam dengan kemampuan menampung air sepanjang tahun. Kapasitas tampungan air telaga setiap tahunnya mengalami penurunan. Salah satu penyebab hal tersebut adalah meningkatnya sedimen pada dasar telaga. Sedimentasi tersebut bersumber dari degradasi lahan berupa erosi pada lahan sekitar telaga dengan kondisi lahan yang berbeda-beda. Metode penelitian yang digunakan adalah survei dan pemetaan lapangan, tongkat ukur, analisis laboratorium, matematis, dan grafik. Hasil penelitian menunjukkan laju erosi pada lahan sekitar telaga sebesar 31,065 – 45,236 ton/ha/tahun dengan volume telaga sebesar 26.381,436 m3. Berdasarkan hal tersebut umur pemanfaatan telaga hanya 4 – 16 tahun. Tingginya laju erosi dan rendahnya umur pemanfaatan telaga, diperlukan konservasi telaga berupa pengendalian erosi pada lahan sekitar telaga. Bangunan pengendali erosi dapat menerapkan bangunan terasering yang sudah berkembang di beberapa lahan sekitar telaga. Upaya pengendalian erosi khususnya di lahan dengan lereng yang curam dapat menghambat laju erosi. Kata Kunci: Erosi; Kekeringan; Konservasi; Telaga; Terasering
Pengelolaan Ekosistem Rawa Lebak di Kecamatan Sukoharjo dan Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah
Annisa Luthfia;
Andi Sungkowo;
Andi Renata Ade Yudono
Prosiding Seminar Nasional Teknik Lingkungan SATU BUMI Vol 2, No 1 (2020): Prosiding Seminar Nasional Teknik Lingkungan Kebumian (Satu Bumi) Ke-II
Publisher : UPN "Veteran" Yogyakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1277.003 KB)
|
DOI: 10.31315/psb.v2i1.4451
Meander ruas bekas sungai sebagai hasil dari normalisasi Sungai Bengawan Solo pada tahun 1994-1996 memiliki karakteristik seperti rawa lebak. Ruas bekas sungai yang berbentuk meander ini menjadi tempat penampungan limpasan air daerah sekitarnya dan menjadi sumber irihasi saat musim hujan. Keberadaan rawa lebak ini tidak dimanfaatkan dengan baik oleh warga, yaitu digunakan sebagai tempat pembuangan sampah. Tindakan ini apabila tidak mendapat perhatian, akan menyebabkan banjir pada daerah sekitarnya. Oleh karena itu, perlu adanya pemanfaatan agar rawa lebak dapat lebih produktif. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui karakteristik rawa lebak, menentukan kelas kemampuan lahan rawa lebak, dan arahan pengelolaannya. Penelitian ini menggunakan metode Kelas Kemampuan Lahan. Parameter yang digunakan dalam penentuan tingkat kelas kemampuan lahan adalah data curah hujan, kemiringan lereng, tekstur tanah, drainase, kedalaman efektif tanah, adanya erosi, kerikil/batuan, banjir, neraca air, dan kapasitas infiltrasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik rawa lebak memiliki tipe lebak tengahan dengan tinggi genangan 50-100 cm dengan waktu tergenang adalah 3-6 bulan setiap tahunnya. Neraca air memiliki tingkat surplus selama 7 bulan, dan mengalami defisit selama 5 bulan. Kelas kemampuan lahan rawa lebak berupa Kelas Vw-1 yaitu dengan hambatan utama berupa genangan atau kelebihan air. Pengelolaan ekosistem dan pemanfaatan rawa lebak dilakukan dengan budidaya pertanian dengan menggunakan sistem surjan dikombinasikan dengan mina padi pada musim penghujan. Kata Kunci: Tutupan Lahan; Rawa Lebak; Kelas Kemampuan Lahan; Neraca Air; Sistem Surjan
Konservasi Kawasan Geosite Berbasis Ketahanan Lingkungan dan Kelembagaan
Dimas Aryo Wibowo;
Eko Puswanto;
Ahmad S. Manshur;
Puguh Dwi Raharjo;
Mohammad Al ‘Afif1;
Sueno Winduhutomo
Prosiding Seminar Nasional Teknik Lingkungan SATU BUMI Vol 2, No 1 (2020): Prosiding Seminar Nasional Teknik Lingkungan Kebumian (Satu Bumi) Ke-II
Publisher : UPN "Veteran" Yogyakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1083.09 KB)
|
DOI: 10.31315/psb.v2i1.4446
Keanekaragaman warisan geologi, hayati, dan keragaman budaya Kabupaten Kebumen menjadi dasar penetapan wilayah ini menjadi salah satu geopark nasional. Delineasi Kawasan Geopark Nasional Karangsambung Karangbolong meliputi Kawasan Karangsambung, Kawasan Sempor, dan Kawasan Karst Gombong Selatan. Penelitian ini menggunakan metode observasi ketahanan lingkungan dan kelembagaan secara deskriptif kualitatif di sekitar kawasan geosite. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kawasan geosite yang berada bersebelahan dengan DAS Luk Ulo menunjukkan kerentanan lingkungan yang signifikan. Aktivitas penambangan berdampak sistemik terhadap konservasi geosite dan kerusakan ekosistem, terutama kelestarian sumberdaya air. Pembatasan aktivitas eksploitasi penambangan di sekitar kawasan geosite membutuhkan peran aktif kelembagaan, khususnya Pokdarwis. Kelembagaan yang kondusif perlu melakukan pengembangan geopark berkelanjutan dengan mengedepankan prinsip-prinsip konservasi, edukasi, dan pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat secara berkelanjutan yang bersinergi dengan pihak-pihak terkait Penguatan konsep pengembangan kawasan geopark terhadap Pokdarwis dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip konservasi lingkungan dan edukasi perlindungan warisan geologi (geoheritage) menjadi mutlak diperlukan. Kata Kunci : geopark, geosite, lingkungan, konservasi, kelembagaan.
Analisis Kualitas Air Bawah Tanah di Desa Terong, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta
Kara Desiana Karyanto;
Ekha Yogafanny;
Agus Bambang Irawan
Prosiding Seminar Nasional Teknik Lingkungan SATU BUMI Vol 2, No 1 (2020): Prosiding Seminar Nasional Teknik Lingkungan Kebumian (Satu Bumi) Ke-II
Publisher : UPN "Veteran" Yogyakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (603.188 KB)
|
DOI: 10.31315/psb.v2i1.4464
Desa Terong, merupakan salah satu desa yang memiliki tingkat kekeringan yang sangat tinggi berdasarkan Peta Kerawanan Kekeringan Kabupaten Bantul yang bersumber dari Dinas Sosial Kabupaten Bantul. Daerah ini termasuk pada daerah lembah antar perbukitan Baturagung yang membuat Desa Terong berada pada ketinggian lereng yang cukup curam sehingga warga di Desa tersebut kesulitan akses pasokan air bersih.Sebagian besar penduduk di Desa ini bergantung pada sumber air bawah tanah yang muncul ke permukaan (mata air) dan beberapa sumur gali dan sumur bor yang ada di Desa Terong. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan kualitas air bawah tanah dari sampel sumur gali yang sesuai dengan baku mutu parameter Peraturan Gubernur DIY No.20 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Metode yang digunakan yaitu survei dan pemetaan lapangan, metode uji laboratorium, dan metode evaluasi, Metode purposive sampling dilakukan untuk pengambilan sampel air dan melakukan pengujian kualitas air bawah tanah. Komponen lingkungan seperti penggunaan lahan akan mempengaruhi kualitas air dari hasil uji laboratorium tersebut. Parameter fisik kekeruhan air berupa TDS (Total Dissolved Solid) dan TSS (Total Suspended Solid), dan pengecekan langsung berupa suhu, warna, dan rasa. Parameter kimia berupa pH, NO3-, BOD, COD dan parameter biologi berupa total Coliform dan E.coli. Hasil uji laboratorium kedua sampel air tidak memenuhi baku mutu yang sesuai dengan Peraturan Gubernur DIY No.20 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Parameter yang tidak sesuai berupa parameter biologi yaitu total coliform dan E.coli Kata kunci : Kekeringan, Kualitas air bawah tanah, Air bawah tanah, Baku mutu
Analisis Kelayakan Pengkonsetrasian Bijih Emas Menggunakan Teknik Gravitasi Bebas Merkuri Dengan Meja Goyang Dalam Penambangan Emas Sekala Kecil di Wilayah Pertambangan Rakyat Kokap, Kulonprogo
Andri Surya Nata;
Aji Mawardi;
Ibnu Sobwan
Prosiding Seminar Nasional Teknik Lingkungan SATU BUMI Vol 2, No 1 (2020): Prosiding Seminar Nasional Teknik Lingkungan Kebumian (Satu Bumi) Ke-II
Publisher : UPN "Veteran" Yogyakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (838.15 KB)
|
DOI: 10.31315/psb.v2i1.4441
Pencemaran logam berat merkuri yang diakibatkan oleh aktivitas Penambangan Emas Sekala Kecil (PESK) oleh masyarakat di kokap Kulonprogo sudah melebihi batas aman, walaupun belum ada keluhan pencemaran oleh masyarakat terdampak. didapatkan hasil data analisis konsentrasi pencemaran merkuri pada tanah di daerah pertambangan sudah mencapai >50 ppm sehingga dibutuhkan pengolahan emas yang ramah lingkungan salah satunya adalah dengan metode gravitasi menggunakan meja goyang. tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kecocokan metode pengolahan emas dengan teknik gravitasi menggunakan meja goyang pada Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) di daerah Kokap, Kulonprogo dengan membandingkan karakteristik ukuran bijih logam emas dalam batuan di lokasi penelitian dengan efektivitas derajat liberasi dari pengolahan bijih emas dengan meja goyang. Didapatkan ukuran partikel bijih logam emas dalam batuan dari hasil uji petrografi bijih emas terliberasi pada mineral berukuran 0,01 mm - 0,5 mm (1250 mesh – 35 mesh). Derajat liberasi yang dapat digunakan dalam penggunaan teknik gravitasi menggunakan meja goyang adalah dengan ukuran butir yang relatif kasar yaitu >200 mesh atau > 74 μm. Sehingga dengan besarnya ukuran bijih dalam batuan tersebut memungkinkan pengkonsentrasian bijih emas dapat di lakukan dengan optimal Kata Kunci: Bijih Emas; Derajat Liberasi; Meja Goyang; Teknik Gravitasi
Potensi Gasifikasi Batubara Bawah Tanah Daerah Muara Tiga Besar, PT.Bukit Asam Tbk. Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan
Deri Rafsanjani;
Marsel Akbar;
M Tressna Gandapradana
Prosiding Seminar Nasional Teknik Lingkungan SATU BUMI Vol 2, No 1 (2020): Prosiding Seminar Nasional Teknik Lingkungan Kebumian (Satu Bumi) Ke-II
Publisher : UPN "Veteran" Yogyakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1921.418 KB)
|
DOI: 10.31315/psb.v2i1.4459
Penelitian ini terletak di Kecamatan Muara Tiga Besar, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. Pemanfaatan batubara sebagai sumber energi memiliki kekurangan dari aspek lingkungan dan efisiensi dalam tahap produksi, salah satu metode yang dapat mengatasi kedua masalah tersebut adalah dengan gasifikasi bawah permukaan atau underground coal gasification (UCG), Semakin dalam lapisan batubara maka biaya dan resiko produksinya akan semakin tinggi bila dilakukan dengan metode konvensional, proses gasifikasi ini merupakan salah satu metode yang dapat menambah nilai ekonomi batubara Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis potensi dan membangun model komprehensif sumberdaya batubara yang dapat dimanfaatkan untuk proses gasifikasi batubara bawah permukaan sebagai inovasi dalam pemanfaatan batubara yang lebih ramah lingkungan. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis proksimat dan analisis wireline logging dari 7 titik borehole pada area dengan luas 2 km2. Hasil dari penelitian menunjukkan terdapat 5 seam batubara pada area penelitian dan 3 seam batubara yang berpotensi untuk dilakukan gasifikasi bawah tanah yaitu seam A1 borehole DR 03, Seam A2, seam B borehole DR 065 dan seam B borehole DR 069.Kata Kunci: Batubara; Bawah Tanah; Gasifikasi; Sumberdaya; Proksimat
Identifikasi Karakteristik Longsor dan Analisis Kestabilan Lereng (Studi Kasus: Dusun Banjarharjo II, Desa Muntuk, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul)
M. Hanif Arzaq;
S. Setyo Wardoyo;
Aditya Pandu Wicaksono
Prosiding Seminar Nasional Teknik Lingkungan SATU BUMI Vol 2, No 1 (2020): Prosiding Seminar Nasional Teknik Lingkungan Kebumian (Satu Bumi) Ke-II
Publisher : UPN "Veteran" Yogyakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1073.306 KB)
|
DOI: 10.31315/psb.v2i1.4447
Bencana longsor yang terjadi di Dusun Banjarharjo II pada Bulan Maret 2019 berdampak pada hancurnya satu rumah penduduk dan rusaknya sebagian lahan pertanian. Identifikasi karakteristik longsor dan analisis kestabilan lereng pasca longsor diperlukan sebagai dasar mitigasi bencana longsor di masa mendatang. Identifikasi karakteristik longsor berupa tipe longsoran, faktor pengontrol dan faktor pemicu sebagai penyebab longsor dilakukan dengan metode analisis deskriptif berdasarkan kondisi geofisik lokasi penelitian. Kestabilan lereng dianalisis dengan metode Janbu untuk memperoleh nilai faktor keamanan lereng pada empat titik sampel. Hasil identifikasi menunjukkan yang termasuk karakteristik longsor antara lain adalah tipe longsoran debris rotasional bertahap, faktor pengontrol berupa tanah tebal dengan tekstur geluh pasiran, batuan tuff sebagai bidang gelincir, dan kemiringan lereng sangat terjal, serta faktor pemicu berupa intensitas hujan lebat dan pola tanam yang tidak cocok. Kestabilan lereng pasca longsor menunjukkan nilai faktor keamanan yang memiliki klasifikasi labil pada Titik 1 dengan nilai 0,671 dan pada Titik 3 dengan nilai 0,584, kritis pada Titik 2 dengan nilai 1,176, dan stabil pada Titik 4 dengan nilai 2,046. Kata Kunci: Bencana; Karakteristik Longsor; Tipe Longsor; Penyebab Longsor; Kestabilan Lereng; Nilai Faktor Keamanan
Peranan UAV dalam Perencanaan Bangunan pada Kawasan Ancaman Longsor Tinggi di Kawasan Geopark Karangsambung-Karangbolong Bagian Utara
Mohammad Al ‘Afif;
Puguh Dwi Raharjo;
Sueno Winduhutomo;
Eko Puswanto;
Dimas Aryo Wibowo
Prosiding Seminar Nasional Teknik Lingkungan SATU BUMI Vol 2, No 1 (2020): Prosiding Seminar Nasional Teknik Lingkungan Kebumian (Satu Bumi) Ke-II
Publisher : UPN "Veteran" Yogyakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1094.302 KB)
|
DOI: 10.31315/psb.v2i1.4442
Kawasan Geopark Karangsambung-Karangbolong, Jawa Tengah merupakan Kawasan dengan fungsi edukasi, konservasi, wisata serta pemberdayaan masyarakat menuju pembangunan berkelanjutan. Dalam pemerataan pembangunan terutama sektor-sektor penting sangat diperlukan. Ancaman longsor pada bagian utara Kawasan Geopark Karangsambung-Karangbolong, terutama Kecamatan Sadang memiliki kriteria ancaman tinggi hingga sedang, dan hanya sedikit yang memiliki kriteria rendah. Hal ini menjadi masalah dalam pembangunan apabila tidak dilakukan pemetaan secara detail. Teknologi akuisisi data menggunakan UAV (Unmanned Aerial Vehicle) dapat digunakan untuk melakukan pemetaan secara cepat dan detail dengan biaya lebih terjangkau. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis kelayakan lokasi yang dimiliki pemerintah daerah terkait sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan bangunan strategis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan analisis spasial dan pengukuran lapangan. Pemotretan udara dilakukan dengan resolusi spasial antara 2-3cm cm dengan ketinggian jelajah UAV antara 100 – 120 m di atas permukaan tanah. Berdasarkan hasil pemotretan udara didapat data model spasial dan bangunan fisik berupa kantor masih dapat direncanakan pada lokasi lain. Kata Kunci: UAV, longsor, spasial, model, Geopark Karangsambung-Karangbolong