cover
Contact Name
M.Ya’kub Aiyub Kadir
Contact Email
kanun.jih@usk.ac.id
Phone
+62651-7552295
Journal Mail Official
kanun.jih@usk.ac.id
Editorial Address
Redaksi Kanun: Jurnal Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Jl. Putroe Phang No. 1, Darussalam, Banda Aceh 23111
Location
Kab. aceh besar,
Aceh
INDONESIA
Kanun: Jurnal Ilmu Hukum
ISSN : 08545499     EISSN : 25278428     DOI : 10.24815/kanun.v20i3.11380
Core Subject : Social,
anun: Jurnal Ilmu Hukum (KJIH), the Indonesian Journal of Autonomy Law, is an international journal dedicated to the study of autonomy law within the framework of national and international legal systems. Published thrice annually (April, August, December), KJIH provides valuable insights for scholars, policy analysts, policymakers, and practitioners. Managed by the Faculty of Law at Syiah Kuala University in Banda Aceh, Indonesia, KJIH has been fostering legal scholarship since its establishment in June 1991, with the ISSN: 0854 – 5499 and e-ISSN (Online): 2527 – 8428. In 2020, it received national accreditation (SINTA 2) from the Ministry of Research and Technology of the Republic of Indonesia and the National Research and Innovation Agency. KJIH is actively pursuing indexing in prestigious databases like Scopus, Web of Science and other global indexes. We publish in English for accessibility, not as a political statement. The Editorial Board shall not be responsible for views expressed in every article.
Arjuna Subject : Ilmu Sosial - Hukum
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 20, No 1 (2018): Vol. 20, No. 1, (April 2018)" : 10 Documents clear
Analisis Yuridis terhadap Legalitas Qanun Aceh No. 6/2014 tentang Hukum Jinayat Endri Ismail
Kanun Jurnal Ilmu Hukum Vol 20, No 1 (2018): Vol. 20, No. 1, (April 2018)
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/kanun.v20i1.9625

Abstract

Penelitian ini berupaya memaparkan legalitas Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat (Qanun Jinayah) dalam konstruksi hukum tata negara Indonesia. Untuk menganalisis hal tersebut, penelitian ini akan meninjau legalitas Qanun Jinayah dari dua sudut pandang, yaitu formalitas pembentukan peraturan perundang-undangan dan konsep negara kesatuan. Qanun Jinayah menuai banyak perdebatan disebabkan kedudukannya sebagai peraturan daerah (perda) namun bermateri muatan pidana Islam (jinayah) yang sama sekali belum diatur dalam peraturan perundang-undangan di level nasional. Tahun 2015, Qanun Jinayah dilakukan uji materiil ke Mahkamah Agung oleh Perkumpulan Masyarakat Pembaharuan Peradilan Pidana (ICJR) namun permohonan uji materiil ini dinyatakan tidak dapat diterima dengan alasan prematur (belum waktunya). Analisis yuridis dari perspektif hukum ketatanegaraan ini penting dilakukan mengingat legalitas sebuah peraturan perundang-undangan menentukan validitas dan kekuatan berlakunya. Yuridical Analysis of the Legality of Qanun Aceh Number 6 Year 2014 on Jinayat Law This research attempts to describe the legality of Qanun Aceh Number 6 Year 2014 on Jinayat Law (Qanun Jinayah) in the construction of Indonesian constitutional law. To analyze it, this study will examine the legality of Qanun Jinayah from two perspectives, those are the formality of the formulation of legislation and the concept of a unitary state. Qanun Jinayah gets  a lot of debate because of its position as a Regional Regulation (Peraturan Daerah), but the material of Islamic criminal content (Jinayah) which has not been regulated in national legislation. In 2015, Qanun Jinayat is subjected to a judicial review to the Supreme Court by the Institute for Criminal Justice Reform (ICJR), but this petition is declared unacceptable on a premature reason (unspecified). Judicial analysis from the perspective of constitutional law is important to do due to the legality of a legislation determines the validity and strenght of the law.
Rekonstruksi Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah Setelah Putusan Mahkamah Konstitusi No. 79/PUU-XII/2014 Mirja Fauzul Hamdi
Kanun Jurnal Ilmu Hukum Vol 20, No 1 (2018): Vol. 20, No. 1, (April 2018)
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/kanun.v20i1.9767

Abstract

Keberadaan DPD yang diatur berdasarkan Undang-Undang No. 17/2014 masih dinilai diskriminatif dalam pelaksanaan kewenangan, khususnya bidang legislasi dibandingkan dengan Dewan Perwakilan Rakyat. Upaya pengujian undang-undang dilakukan oleh DPD ditujukan guna menjamin kemandirian lembaga sebagaimana amanah Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi No. 79/PUU-XII/2014 merupakan suatu bentuk rekonstruksi hukum yang dijadikan sebagai dasar hukum bagi DPD dalam menjalan kewenangan bidang legislasi. Reconstruction of Regional Representative Council after the Decission of Constitutional Law No. 79/PUU-XII/2014 The existence of The Regional Representative Council that regulated by Law No. 17/2014 remain discriminative in exercising their authority, particulary in legislative function and compare to the House of representative.  The Regional Representative Council has conducted a legal review to ensure the independency of it institution as regulate by Constitution 1945. Based on the decission of the Constitutional Court No. 79/PUU-XII/2014 as the legal standing for DPD in exercising their legislative authority.
Harmonisasi Hukum Hak untuk Dilupakan bagi Koran Digital terhadap Calon Mahasiswa di Makassar Aan Aswari; Andika Prawira Buana; Farah Syah Rezah
Kanun Jurnal Ilmu Hukum Vol 20, No 1 (2018): Vol. 20, No. 1, (April 2018)
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Teknologi koran digital di Indonesia kini membawa persoalan baru ketika hadirnya aturan hak melupakan secara implisit dalam Pasal 26 ayat (3) UU No 19/2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yaitu terdapat kerugian yang dapat timbul tanpa disadari oleh calon mahasiswa yang memiliki rekam jejak tersangkut masalah hukum di Kota Makassar. Keadaan dilematis begitu cepat dirasakan ketika aturan baru ini diterapkan akibat sifat aturan belum memberikan petunjuk dalam aturan turunannya, dalam penerapannya cenderung hukum melahirkan sebuah masalah baru, yaitu kebijakan yang timbul mengacu pada rekam jejak calon mahasiswa. Karya ilmiah ini menggunakan metode sosio yuridis, yaitu data primer, dan dianalisis kualitatif. Hasil karya ilmiah ini menunjukkan bahwa calon mahasiswa yang penah menjalani putusan pengadilan dan terpublikasi dapat mengambil haknya untuk bebas memilih institusi pendidikan lanjutan, walaupun bersama pernyataan untuk tidak mengulangi perbuatan yang bertentangan dengan hukum. Harapan kedepannya agar tidak kembali menjadi aturan yang dapat menimbulkan masalah baru karena adanya benturan antar norma yang berlaku, sehingga tercipta aturan yang berkualitas dan dapat diterapkan. Legal Harmonization Rights to be Forgotten for Digital Newspaper of Students Candidates in Makassar Sustainability technology of digital newspaper in Indonesia as referred to in Article 26 paragraph (3) Law No. 19/2016 about Information and Electronic Transactions, that is not realized there is a loss for prospective students who have a problematic track record with the law in Makassar City. The situation became so quickly perceived dilemma because it has not given instructions in derivatives rules, in practice the new law arises, ie policies that arise at the track record of prospective students. This paper uses a me-thod socio-juridical, primary data, and analyzed qualitatively, and than will shows the prospective students who have had a court decision and publicly to take their right to freely choose the educational institution, even tought with a statement unrepeat unlawful act. The idea is not become repeated new rules making new problems because of a clash between prevailing norms, so as to manifest the rules of quality and can be applied.
Politik Hukum Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Fase Purna Bekerja Rizky Dian Bareta; Budi Ispriyarso
Kanun Jurnal Ilmu Hukum Vol 20, No 1 (2018): Vol. 20, No. 1, (April 2018)
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/kanun.v20i1.9828

Abstract

Ketimpangan antara angkatan kerja dan lapangan pekerjaan di Indonesia memaksa para pencari pekerjaan merambah lapangan pekerjaan di negara lain, namun Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri mayoritas merupakan pekerja pada sektor-sektor dengan risiko tinggi. Negara seharusnya memberikan perlindungan secara menyeluruh kepada tenaga kerja di luar negeri mulai dari fase sebelum bekerja, selama bekerja, dan fase purna bekerja. Permasalahan dari perlindungan Tenaga Kerja Indonesia adalah bagaimana politik hukum Indonesia dalam perlindungan Tenaga Kerja Indonesia fase purna bekerja. Perbaikan secara menyeluruh dari instrumen politik hukum perlindungan Tenaga Kerja Indonesia diharapkan untuk mewujudkan target Pemerintah untuk Zero Tenaga Kerja Indonesia Pembantu Rumah Tangga dapat terwujud. Legal Politics Protection of Indonesian Migrant Workers in Full-Phase of Work The gap between workforces and jobs in Indonesia forces job seekers to look for job opportunities in other countries, but most of Indonesian migrant workers work on the high risk sectors. The state should provide comprehensive protection to migrant workers from the pre-work phase, during the work, and the full-work phase. The problem of the protection of Indonesian migrant workes is how Indonesian political law in the protection of migrant workers on the full-phase of work. The overall improvement on the instrument of legal political of protection of  Indonesian labor is expected to realize in order to achieve the government target for zero Indonesian migrant domestic workers.
Perlindungan Hukum Hak Kekayaan Intelektual atas Pengetahuan Tradisional terhadap Perolehan Manfaat Ekonomi Karlina Sofyarto
Kanun Jurnal Ilmu Hukum Vol 20, No 1 (2018): Vol. 20, No. 1, (April 2018)
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/kanun.v20i1.9832

Abstract

Pengetahuan tradisional merupakan hasil inovasi maupun kreasi dari manusia baik dari segi pengetahuan, seni, dan sastra. Pengetahuan tradisional dapat dimanfaatkan secara ekonomi demi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. Metode penelitian yang digunakan yaitu yuridis normatif dengan spesifikasi deskriptif analitis. Upaya Indonesia dalam melindungi kekayaan intelektual atas pengetahuan tradisional di Indonesia yaitu pemerintah Indonesia sedang menyiapkan Rancangan Undang-Undang tentang Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional. Upaya lain yang dapat dilakukan yaitu melalui cara inventarisasi atau dokumentasi atas pengetahuan tradisional disuatu wilayah dan dapat dilakukan dengan cara mempublikasikan pengetahuan tradisional tersebut seluas-luasnya. Faktor yang melatarbelakangi pengetahuan tradisional belum dimanfaatkan secara optimal sebagai sumberdaya ekonomi yaitu kurangnya pengetahuan masyarakat tentang perlindungan atas pengetahuan tradisional dan biaya untuk memproduksi kekayaan intelektual cukup tinggi. Legal Protection of Intelectual Property Rights to Economic Benefits of Traditional Knowledge Traditional knowledge is the result of innovation and creation of human beings both in terms of knowledge, art, and literature. Traditional knowledge can be utilized economically for the betterment and prosperity of society. The research method used is normative juridical with analytical descriptive specification. Indonesia's efforts in protecting intellectual property on traditional knowledge in Indonesia is the Indonesian government is preparing draft of the law on Traditional Knowledge and Traditional Cultural Expression. Other efforts that can be done is through the inventory or documentation of traditional knowledge in a region that can be done by publishing the traditional knowledge as widely as possible. The underlying factors of traditional knowledge have not been optimally utilized as economic resources namely the lack of public knowledge about the protection of traditional knowledge and the cost of producing intellectual property is high enough.
Implementasi Pemenuhan Hak bagi Penyandang Disabilitas Ketenagakerjaan di Semarang Ismail Shaleh
Kanun Jurnal Ilmu Hukum Vol 20, No 1 (2018): Vol. 20, No. 1, (April 2018)
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/kanun.v20i1.9829

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang implementasi pemenuhan hak bagi penyandang disabilitas di bidang ketenagakerjaan di Kota Semarang berdasarkan Pasal 53 UU No. 8/2016 tentang Penyandang Disabilitas. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis empiris. Hasil penelitian ditemukan bahwa Pertama, implementasi pemenuhan hak bagi penyandang disabilitas di bidang ketenagakerjaan di Semarang belum sepenuhnya berjalan sebagaimana mestinya. Kedua, terdapat beberapa faktor yang menjadikan Pemerintah Kota Semarang belum cukup dalam mengim-plementasi pemenuhan hak bagi penyandang disabilitas ketenagakerjaan di Semarang. Implementation of the Fullfilment of Rights for People with Disability in the Employment in Semarang This study aims to find out examine the implementation of the fulfillment of rights for people with disabilities in the employment field in Semarang based on Article 53 the Law Number 8 year 2016 on People with Disability. This research used empirical juridical method. The results study found that First, the implementation of the fulfillment of rights for disabilities in Semarang has not been fully implemented properly. Secondly, there are several factors that make the Government of Semarang has not properly implemented the rights for people with disabilities in Semarang.
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu sebagai Hak Kekayaan Intelektual dalam Hukum Indonesia Sanusi Bintang
Kanun Jurnal Ilmu Hukum Vol 20, No 1 (2018): Vol. 20, No. 1, (April 2018)
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/kanun.v20i1.9897

Abstract

Desain tata letak sirkuit terpadu sebagai cetak biru untuk sirkuit terpadu, digunakan dalam berbagai produk teknologi informasi, seperti komputer, telepon selular, dan peralatan komunikasi, memiliki ciri khas tersendiri yang tidak sesuai untuk ditempatkan dalam rezim hukum hak kekayaan intelektual yang ada, karena itu, perlu diatur dalam peraturan perundang-undangan khusus (sui generis). Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif dengan mengaplikasikan pendekatan peraturan perundang-undangan dan pendekatan perbandingan. Indonesia telah mengundangkan hukum tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, tetapi undang-undang ini memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan yang ada berkaitan dengan kelengkapan dan kualitas norma serta penegakan hukumnya. Kelemahan tersebut tidak hanya dari aspek teknik perancangan peraturan perundang-undangan, tetapi juga berakar pada budaya hukum. Design of Integrated Circuits as Intellectual Property Rights in Indonesian Laws Design of integrated circuits as blue prints for integrated circuit used in various products of information technology, such as computer, cellular phone, and telecomunication media, has its own characteristics which is not fit to be put under the previous intellectual property law regimes, therefore, it needs to be regulate under a specific legislation (sui generis). This research utilizes doctrinal legal research method by applying statute approach and comparative approach. Indonesia has enacted laws on Design of Integrated Circuits, but the law has certain limitations. The limitations is regarding the adequacy of subject matter, the quality of norms, and the legal enforcement. The limitations is not only from the aspect of technical legal drafting, but also rooted on legal culture.
Penentuan Nilai Limit oleh Bank Kreditur Berdasarkan Penaksiran oleh Penaksir Basri Efendi; Chadijah Rizki Lestari
Kanun Jurnal Ilmu Hukum Vol 20, No 1 (2018): Vol. 20, No. 1, (April 2018)
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/kanun.v20i1.9934

Abstract

Berdasarkan ketentuan Pasal 44 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan No. 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang (PMKN 27/2016) diketahui bahwa bank kreditur menetapkan nilai limit berdasarkan penilaian penilai atau penaksiran penaksir. Pasal 45 PMKN 27/2016 menentukan, penetapan nilai limit berdasarkan penilaian oleh penilai dilakukan apabila nilai limit objek hak tanggungan paling sedikit Rp. 1.000.000.000 (satu miliar rupiah) atau apabila bank kreditur akan ikut sebagai peserta pada lelang tersebut. Terhadap nilai limit objek hak tanggungan yang nilai limitnya berada di bawah Rp. 1.000.000.000 nilai limit akan ditetapkan bank kreditur berdasarkan penaksiran penaksir. Penaksir ini merupakan pihak yang berasal dari pihak bank kreditur, yang melakukan penaksiran berdasarkan metode yang dapat dipertanggungjawabkan oleh bank kreditur, termasuk kurator untuk benda seni dan benda atik atau kuno. Penelitian menggunakan pendekatan yuridis normative bersifat eksplanatoris, yang akan dianalisis dengan pendekatan kualitatif. Perlu dilakukan evaluasi dan deregulasi terkait penetapan nilai limit yang dilakukan berdasarkan penaksiran penaksir. Determining the Limit Value by the Seller Based on the Implementation of the Minister of Finance Based on the provisions of Article 44 Paragraph (1) of Regulation of the Minister of Finance Number 27 / PMK.06 / 2016 concerning the Auction Directive (PMKN 27/2016) it is known that the creditor bank determines the limit value based on the assessor assessment or appraisal assessment. In the subsequent provision that Article 45 of PMKN 27/2016 is known that the determination of the limit value based on the assessment by the assessor is made if the limit value of the object of mortgage right is at least Rp.1.000.000.000 (one billion rupiah) or if the creditor bank will participate as a participant in the auction. Whereas to the limit value of the mortgage object whose the limit value is below Rp.1.000.000.000 (one billion rupiah) it will be determined by the creditor bank based on the appraisal of the appraiser. This estimator is a party that comes from the bank, which conducts an assessment based on methods that can be justified by the creditor bank, including the curator for art objects and ancient objects. This research used a normative juridical approach that is explanatory, which will be analyzed with qualitative approach. It is important to evaluate and deregulate the determination of the limit  value based on the assessment of the estimator.
Perlindungan Konstitusional terhadap Kesatuan Masyarakat Hukum Adat dalam Mewujudkan Keadilan Sosial Amrina Rosyada; Esmi Warassih; Ratna Herawati
Kanun Jurnal Ilmu Hukum Vol 20, No 1 (2018): Vol. 20, No. 1, (April 2018)
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/kanun.v20i1.10021

Abstract

Pasal 18B ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 mengamanatkan perlindungan konstitusional terhadap kesatuan masyarakat hukum adat. Namun, perlindungan kontitusional KMHA belum mewujudkan keadilan bagi KMHA itu sendiri. Penelitian ini menggunaan pendekatan sosio-legal, dalam rangka menjawab masalah yang diteliti. Faktor-faktor penyebab belum terwujudknya keadilan bagi KMHA Sedulur Sikep adalah: (1) Belum adanya Undang-Undang khusus tentang KMHA serta keragaman Istilah yang dipakai untuk menyebutkan KMHA, (2) Ego sektoral para pihak, (3) Pengakuan keberadaan KMHA Sedulur Sikep Pati belum dituangkan didalam Perda. Ketiga alasan tersebut berdampak pada konflik yang sering terjadi antara pemerintah dengan KMHA Sedulur Sikep. Constitutional Protection of Indigenous Community in Achieving Social Justice Article 18B paragraph (2) of the Indonesia Constitution 1945 mandates the constitutional protection towards indigenous communities. However, the protection still cannot bring justice for the community. This research uses a socio-legal approach in order to answer research questions. The factors of why Sedulur Sikep Community has not get justice are: (1) There is no any specified law regarding indigenous community and various terminology used to refer to the indigenous  community groups; (2) The sectoral ego of the involved parties (3) The recognition of Sedulur Sikep Community has not been embodied into Regional Regulations. Those three factors result the conflicts oftenly happens between the regional government and the Sedulur Sikep Community, which depict a clear gap between them.
Politik Hukum Penanganan Konflik Perkebunan oleh Pemerintah yang Berkeadilan Sosial Dwimas Suryanata Nugraha; Suteki Suteki
Kanun Jurnal Ilmu Hukum Vol 20, No 1 (2018): Vol. 20, No. 1, (April 2018)
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/kanun.v20i1.9827

Abstract

Negara Indonesia merupakan negara agraris, dimana sumber ekonomi dan penghidupan masyarakatnya sangat bergantung pada produksi maupun hasil-hasil pertanian. Hal tersebut mengakibatkan persoalan pada bidang pertanian menjadi masalah pokok bagi masyarakat Indonesia. Salah satu permasalahan pertanian di Indonesia yaitu sengketa tanah perkebunan yang berujung pada konflik perkebunan. Mayoritas konflik perkebun-an terjadi antara petani dengan perusahaan perkebunan yang menyebabkan banyak kerugian, baik material maupun non material. Konflik usaha perkebunan perlu ditangani dengan baik agar tujuan utama dari pengelolaan perkebunan dapat tercapai. Ketika konflik terjadi, pemerintah adalah pihak yang paling berwenang dalam menanganinya, pihak yang obyektif dan tidak memihak salah satu pihak yang berkonflik. Perlu adanya politik hukum penanganan konflik perkebunan oleh pemerintah yang memberikan rasa keadilan bagi pada pihak-pihak yang berkonflik. Legal Politics the Handling of the Plantation Conflict by the Government in Creating the Social Justice Indonesia is a agraris country, where economic and society lifes depend on agriculture product. It makes agriculture problems become the main problem for indonesian. One of agriculture problem in Indonesia is land plantation disputes that cause a conflict on plantation business. The majority of conflicts occur between farmers and plantation companies that cause many losses, both material and non-material. Plantation conflicts need to be handled properly so that the main objective of plantation management can be achieved. When conflict occurs, government is the most authorized party to handle it, the objective and impartial parties of either party in conflict. It is necessary to have a legal policy on handling of plantation conflicts by the government which gives a sense of justice for the parties.

Page 1 of 1 | Total Record : 10


Filter by Year

2018 2018


Filter By Issues
All Issue Vol 27, No 2: August 2025: Islam and Justice development in Indonesia Vol 27, No 1: April 2025: Customary Law and development in Indonesia Vol 26, No 3: December 2024: Law and Justice in Digital Age Vol 26, No 2: August 2024: The Global and National Challenges for Justice Vol 26, No 1: April 2024: Islam and Human Rights: National and Global Perspective Vol. 25, No. 3, December 2023: Law and Justice in Various Context in Indonesia Vol. 25, No. 2, August 2023: Contemporary Issues on Indonesian Legal Reform Vol. 25, No. 1, April 2023: Legal Developments in National and Global Context Vol 24, No 3 (2022): Vol. 24, No. 3, December 2022 Vol 24, No 2 (2022): Vol. 24, No. 2, August 2022 Vol 24, No 1 (2022): Vol. 24, No. 1, April 2022 Vol 23, No 3 (2021): Vol. 23, No. 3, December 2021 Vol 23, No 2 (2021): Vol. 23, No. 2, August 2021 Vol 23, No 1 (2021): Vol. 23, No. 1, April 2021 Vol 22, No 3 (2020): Vol. 22, No. 3, Desember 2020 Vol 22, No 2 (2020): Vol. 22, No. 2, Agustus 2020 Vol 22, No 1 (2020): Vol. 22 No. 1, April 2020 Vol 21, No 3 (2019): Vol. 21, No. 3 (Desember 2019) Vol 21, No 2 (2019): Vol. 21, No. 2 (Agustus 2019) Vol 21, No 1 (2019): Vol. 21, No. 1 (April 2019) Vol 20, No 3 (2018): Vol. 20, No. 3 (Desember 2018) Vol 20, No 2 (2018): Vol. 20, No. 2, (Agustus 2018) Vol 20, No 1 (2018): Vol. 20, No. 1, (April 2018) Vol 19, No 3 (2017): Vol. 19, No. 3, (Desember, 2017) Vol 19, No 2 (2017): Vol. 19, No. 2, (Agustus, 2017) Vol 19, No 1 (2017): Vol. 19, No. 1, (April, 2017) Vol 18, No 3 (2016): Vol. 18, No. 3, (Desember, 2016) Vol 18, No 2 (2016): Vol. 18, No. 2, (Agustus, 2016) Vol 18, No 1 (2016): Vol. 18, No. 1, (April, 2016) Vol 17, No 3 (2015): Vol. 17, No. 3, (Desember, 2015) Vol 17, No 2 (2015): Vol. 17, No. 2, (Agustus, 2015) Vol 17, No 1 (2015): Vol. 17, No. 1, (April, 2015) Vol 16, No 3 (2014): Vol. 16, No. 3, (Desember, 2014) Vol 16, No 2 (2014): Vol. 16, No. 2, (Agustus, 2014) Vol 16, No 1 (2014): Vol. 16, No. 1, (April, 2014) Vol 15, No 3 (2013): Vol. 15, No. 3, (Desember, 2013) Vol 15, No 2 (2013): Vol. 15, No. 2, (Agustus, 2013) Vol 15, No 1 (2013): Vol. 15, No. 1, (April, 2013) Vol 14, No 3 (2012): Vol. 14, No. 3, (Desember, 2012) Vol 14, No 2 (2012): Vol. 14, No. 2, (Agustus, 2012) Vol 14, No 1 (2012): Vol. 14, No. 1, (April, 2012) Vol 13, No 3 (2011): Vol. 13, No. 3, (Desember, 2011) Vol 13, No 2 (2011): Vol. 13, No. 2, (Agustus, 2011) Vol 13, No 1 (2011): Vol. 13, No. 1, (April, 2011) Vol 12, No 3 (2010): Vol. 12, No. 3, (Desember, 2010) Vol 12, No 2 (2010): Vol. 12, No. 2, (Agustus, 2010) Vol 12, No 1 (2010): Vol. 12, No. 1, (April, 2010) More Issue