cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota medan,
Sumatera utara
INDONESIA
Journal of Pharmaceutics and Pharmacology
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Journal of Pharmaceutics and Pharmacology is a monthly published online journal by Faculty of Pharmacy, University of Sumatera Utara. This journal publishes scientific articles which are based on research in pharmacy field, particularly in pharmaceutical technology and pharmacology.
Arjuna Subject : -
Articles 15 Documents
Formulasi Lipstik Menggunakan Zat Warna Dari Ekstrak Bunga Kecombrang (Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm.) Nur Adliani; Nazliniwaty Nazliniwaty*; Djendakita Purba
Journal of Pharmaceutics and Pharmacology Vol 1, No 2 (2012)
Publisher : Journal of Pharmaceutics and Pharmacology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (223.206 KB)

Abstract

Background: Kecombrang (Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm.) belongs to the family Zingiberaceae has strong antioxidant activity. The colour of kecombrang flower is caused by flavonoid which is anthocyanidin. Anthocyanidin is a pigment that can be used as a natural dye and can replace synthetic dye. Objective: This study was carried out to formulate lipstick preparation by colorant contained in kecombrang flower. Methods: The extract was made by maseration method using 96% ethanol containing 2% citric acid, then the solvent was evaporated until the completely dried to obtain the crude extract of kecombrang flower. The components of lipstick were cera alba, petroleum jelly alba, cetyl alcohol, carnauba wax, castor oil, lanolin, propylene glycol, butylated hydroxytoluen, methyl paraben (nipagin), and oleum rosae, as well as the addition of dye agent from kecombrang flower extract with the concentration of 18, 20, 22, 24, and 26%. Melting point, breaking point, stability of shape alteration, colour, and odor, smear, pH tests also irritation and  hedonic tests were also perform in the current study. Results: The lipstick preparations were easy applied, stable, pink to red in colour, the breaking point of lipstick was 127 g, and did not cause irritation. Melting point of the lipstick contained the extract of kecombrang flower at the concentration 18, 20, 22, 24, and 26% were 60.0, 59.7, 59.7, 59.8, and 59.6oC respectively. The pH of these lipstick were 4.1, 4.0, 3.9, 3.8, and 3.8 respectively. The hedonic test showed that the lipstick contained extract of kecombrang flower at concentration of 26% was preffered by voluntir. Conclusion: Kecombrang flower extract can be used as dye agent in lipstick formulation. Keywords: kecombrang flower, Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm., lipstick. lipstick components ABSTRAK Latar Belakang: Kecombrang (Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm.) termasuk famili Zingiberaceae yang mempunyai aktivitas antioksidan yang kuat. Warna dari bunga kecombrang disebabkan oleh flavonoid yaitu antosianidin. Antosianidin merupakan pigmen yang dapat digunakan sebagai pewarna alami dan dapat menggantikan pewarna sintetis. Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk memformulasi sediaan lipstik menggunakan zat warna yang terkandung dalam bunga kecombrang. Metode Penelitian: Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode maserasi dengan menggunakan etanol 96% sebagai pelarut yang mengandung asam sitrat 2%, kemudian pelarut diuapkan dengan bantuan rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak bunga kecombrang. Komponen  sediaan lipstik terdiri dari cera alba, vaselin alba, setil alkohol, carnauba wax, oleum ricini, lanolin, propilen glikol, butil hidroksitoluen, metil paraben (nipagin), dan oleum rosae, serta penambahan pewarna ekstrak bunga kecombrang dengan konsentrasi 18, 20, 22, 24 dan 26%. Pengujian terhadap sediaan yang dibuat meliputi pemeriksaan mutu yaitu uji oles, uji stabilitas terhadap perubahan bentuk, warna dan bau, pemeriksaan titik lebur, kepatahan lipstik dan pemeriksaan pH, uji iritasi dan uji kesukaan selama penyimpanan 30 hari pada suhu kamar. Hasil: Sediaan lipstik yang dihasilkan mudah dioleskan, stabil, berwarna merah muda hingga merah tua. Titik lebur sediaan lipstik yang mengandung ekstrak bunga kecombrang dengan konsentrasi 18, 20, 22, 24, dan 26% masing-masing adalah 60,0; 59,7; 59,7; 59,8; 59,6oC, sedangkan pH sediaan lipstik masing-masing adalah 4,1; 4,0; 3,9; 3,8; and 3,8. Semua sediaan memiliki breaking point yaitu 127 g, tidak menyebabkan iritasi. Sediaan yang disukai panelis adalah sediaan dengan konsentrasi ekstrak bunga kecombrang 26%. Kesimpulan: Ekstrak bunga kecombrang dapat digunakan sebagai pewarna dalam formulasi sediaan lipstik yang dibuat. Kata kunci: bunga kecombrang, Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm., lipstik, komponen lipstik*Korespondensi penulis: nazliniwati@usu.ac.id
Observasi Klinis Seduhan Serbuk Kulit Batang Kayu Susu (Alstonia scholaris (L.) R. Br.) Sebagai Antimalaria Di Manokwari Ratna Sri Rezki; Awaluddin Saragih*; Saiful Bahri
Journal of Pharmaceutics and Pharmacology Vol 1, No 2 (2012)
Publisher : Journal of Pharmaceutics and Pharmacology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (185.388 KB)

Abstract

Background: Manokwari of West Papua is a malarial endemic area. The high incidence of malarial is caused by mosquito resistance to insecticides and parasite resistance to existing drug regimes. Milky wood plant (Alstonia scholaris (L.) R. Br.) is trusted and used by local communities for  treat  malarial. Cortex of this plant is often used by people as a malarial remedy by boiling in water and the boiled water is drunk. The  clinical observation is scientific proving of people that used traditional medicine by observations and data collection on the subject of the study (patients) according to the state of nature that use traditional medicine.Objectives: This study was aimed to characterize Milky wood cortex and to study the benefits of steeping  of  the cortex plant powder as antimalarial that can be used in public health services. Method:The research used clinical observations method without control to malarial patients that used steeping  powder Milky wood cortex in the General Hospital of Manokwari of West Papua. Data processing was performed used  malarial parasite density calculations microscopic on a semi quantitative data. Result: The results of Milky wood cortex characterization were 7.94% water content, 3.73% total ash, 0.35% acid insoluble ash, 25.27% the levels of pollen soluble in water,  10.62% soluble in ethanol extract. the steeping of powder Milky wood cortex gave antimalarial activity that could be seen from the results  examination of thick/thin blood preparation microscopically, all of research subject  at days 7 to 14 gave negative results for malarial parasites and clinical symptoms such as fever, headache, muscle aches, diarrhea decreased. Conclusion: Characterization of Milky wood cortex qualify to Herbal Pharmacopoeia Indonesia book, so it can be used in research. Clinical observations of malarial patient, the steeping of powder Milky wood cortex useful as antimalarial. Keywords: Milky wood cortex, Alstonia scholaris (L.) R.Br.; antimalarial; Manokwari  ABSTRAK Latar belakang: Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat, merupakan daerah endemik malaria, yang dapat disebabkan adanya resistensi   nyamuk terhadap insektisida dan resistensi parasit terhadap obat malaria yang ada. Pohon kayu Susu (Alstonia scholaris (L.) R.Br.) dipercayai dan digunakan masyarakat setempat untuk pengobatan malaria. Kulit batangnya sering digunakan oleh masyarakat sebagai obat malaria dengan meminum rebusan kulit batangnya. Observasi  klinis merupakan pembuktian secara ilmiah manfaat obat tradisional dengan melakukan pengamatan dan pendataan pada subjek penelitian (pasien). Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi kulit batang tumbuhan pohon kayu Susu dan manfaat seduhan serbuk kulit batangnya sebagai antimalaria sehingga dapat dipergunakan dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat. Metode penelitian: Penelitian ini menggunakan metode observasi klinis tanpa kontrol pada pasien malaria yang diobati dengan seduhan serbuk kulit batang pohon kayu Susu yang dilakukan  di Rumah Sakit Umum Daerah Manokwari Papua Barat. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perhitungan kepadatan parasit malaria secara mikroskopik semi kuantitatif. Hasil: Hasil karakterisasi simplisia diperoleh kadar air 7,94%, kadar abu total 3,73%, kadar abu tidak larut asam 0,35%, kadar sari larut dalam air 25,27%, kadar sari larut dalam etanol 10,62%. Seduhan serbuk kulit batang kayu Susu  memberikan manfaat sebagai antimalaria yang dapat dilihat dari hasil pemeriksaan sediaan darah tebal/tipis secara mikroskopik. Seluruh subjek penelitian  di hari ke 7 sampai 14  memberikan hasil negatif terhadap jumlah parasit malaria dan gejala klinis berupa demam, sakit kepala, nyeri otot, diare, berkurang. Kesimpulan: Karakteristik simplisia memenuhi syarat  Farmakope Herbal Indonesia sehingga dapat  digunakan dalam penelitian dan berdasarkan observasi klinis terhadap penderita malaria, seduhan serbuk kulit batang kayu Susu bermanfaat sebagai antimalaria. Kata kunci: kayu susu, Alstonia scholaris (L.) R. Br.;  antimalaria; Manokwari*Korespondensi penulis: ibs2342@gmail.com
Pelembab Kulit Alami Dari Sari Buah Jeruk Bali [Citrus maxima (Burm.) Osbeck] Ervina Syahfitri Lubis; Lely Sari Lubis*; Julia Reveny
Journal of Pharmaceutics and Pharmacology Vol 1, No 2 (2012)
Publisher : Journal of Pharmaceutics and Pharmacology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (163.135 KB)

Abstract

Background: Pomelo fruit contains antioxidants such as lycopene, flavonoids, provitamin A and vitamin C are very good in scavenging free radicals. In addition, pomelo that contains pectin, vitamins B1, B2, folic acid, energy, water, sugar, protein, fat, carbohydrate, retinol, calcium and phosphorus. Sugar in pomelo able to bind water in the air so to reduce the evaporation of water in the skin. Moisture levels will be maintained and will not be dehydrated and skin becomes dry. Objective: To make cream using natural moisturizing ingredients contained in pomelo. Methods: Pomelo juice was dried with freeze dryer to obtain a concentrated juice, and then formulated into a cream in six formula: fruit juice concentration 2.5, 5, 7.5, 10%, a cream containing 2% glycerin and cream without sample (blank). Tests conducted include: test of homogeneity, stability observations, test pH, emulsion type test, the skin irritation test on volunteers and the ability of the preparation to reduce the evaporation of water from the skin with moisture binding method of skin by the silica gel. Results: The results showed that the preparations were homogeneous and stable during 12 weeks of storage, except at a concentration of 10% fruit juice. The preparation had a pH of 6.2 to 6.8, an emulsion type O/W, did not irritate skin and did not cause rough. The results of testing the ability of reduction of water evaporation from the skin showed that the higher concentration of pomelo juice on the cream, the greater ability to reduce water evaporation from the skin. Conclusion: Pomelo juice at concentration 7.5% in cream can be used as a natural skin moisturizer. Keywords: pomelo juice, Citrus maxima (Burm.) Osbeck, cream, skin moisturizer ABSTRAK Latar belakang: Buah jeruk bali mengandung antioksidan seperti likopen, flavonoid, provitamin A dan vitamin C yang sangat baik dalam menangkal radikal bebas. Selain itu, buah jeruk bali juga mengandung pektin, vitamin B1, B2, asam folat, energi, air, gula, protein, lemak, karbohidrat, retinol, kalsium dan fosfor. Kandungan gula dalam jeruk bali mampu mengikat air di udara sehingga dapat mengurangi penguapan air di kulit. Kelembapan kulit akan terjaga dan kulit tidak akan dehidrasi dan menjadi kering. Tujuan: Membuat krim dengan memanfaatkan bahan pelembab alami yang terkandung dalam buah jeruk bali. Metode: Sari buah jeruk bali dikeringkan dengan freeze dryer sehingga diperoleh sari kental, kemudian diformulasikan menjadi krim dalam 6 formula yaitu: konsentrasi sari buah 2,5; 5; 7,5; 10%, krim yang mengandung gliserin 2% dan krim tanpa sampel (blanko). Pengujian yang dilakukan antara lain: uji homogenitas, pengamatan stabilitas, uji pH, uji tipe emulsi, uji iritasi terhadap kulit pada sukarelawan dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit dengan metode pengikatan uap air dari kulit oleh silika gel. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan homogen dan stabil selama penyimpanan 12 minggu, kecuali pada konsentrasi sari buah 10%. Sediaan krim mempunyai pH 6,2-6,8, merupakan tipe emulsi m/a, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan kulit kasar. Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari buah jeruk bali pada sediaan krim maka semakin besar kemampuan sediaan krim untuk mengurangi penguapan air dari kulit. Kesimpulan: Sari buah jeruk bali dengan konsentrasi 7,5% pada krim dapat digunakan sebagai bahan pelembab alami kulit. Kata kunci : sari buah jeruk bali, Citrus maxima (Burm.) Osbeck, krim, pelembab kulit 
Pengaruh Serbuk Daun Puguntano (Curanga fel-terrae Merr.) Pada Pasien Diabetes Mellitus Finni Harfina; Saiful Bahri*; Awaluddin Saragih
Journal of Pharmaceutics and Pharmacology Vol 1, No 2 (2012)
Publisher : Journal of Pharmaceutics and Pharmacology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (109.772 KB)

Abstract

Background: The increasing social-economic status, community health care, enviromental factor and unhealthy lifestyle such as execcesive and high fat diet, lack of physical activity and stress are the major factors those trigger diabetes mellitus. However, diabetes can also arise due to heredity factors. Puguntano (Curanga fel-terrae Merr)’s leaves have been used empirically by local citizens especially in Dairi, North Sumatera. Objective: This study was aimed to observed the effect of  puguntano crude powder on the blood sugar levels reduction. Methods: The testing of blood sugar levels reduction was conducted by measuring patients’ blood sugar levels both at fasting condition and two hours after meal. Patient fulfilled the criteria, patient would be given puguntano powder 3 time daily for 14 days. Blood sugar levels were measured at 1,2,3,7,10 and 14 days after administration. Results: The test results showed that puguntano powder at dose of 2 g gave blood sugar level reduction effect, especially on patients with diabetes mellitus type II.Conclusion: Puguntano powder has effect in lowering patients blood sugar levels diabetes mellitus. Keywords: Curanga fel-terrae Merr, diabetes mellitus, puguntano ABSTRAK Latar belakang: Akibat peningkatan status sosial dan ekonomi, pelayanan kesehatan masyarakat, faktor lingkungan dan gaya  yang tidak sehat, seperti makan berliebihan, berlemak, kurang aktivitas fisik dan stres berperan besar sebagai pemicu diabetes. Tapi diabetes juga bisa muncul karena faktor keturunan. Tanaman puguntano (Curanga fel-terrae Merr) dimana daunnya telah digunakan secara empiris dalam pengobatan diabetes mellitus oleh masyarakat, terutama masyarakat Dairi Provinsi Sumatera Utara. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengobservasi efek serbuk simplisia puguntano terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus. Metode penelitian: Uji efek penurunan kadar gula darah dilakukan dengan pemeriksaan kadar gula puasa dan kadar gula darah 2 jam setelah makan. Jika pasien memenuhi kriteria inklusi, pasien akan diberikan serbuk puguntano untuk pemakaian 3 kali sehari selama 14 hari. Setelah itu diukur kadar gula darah sewaktu pasien pada H1- H2- H3- H7- H10 dan H14. Hasil: Hasil uji analisis menunjukkan bahwa serbuk puguntano dengan dosis 2 g memberikan efek penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus, terutama pada pasien diabetes mellitus tipe II. Kesimpulan: Serbuk puguntano mempunyai efek dalam menurunkan kadar gula darah pada pasien  diabetes mellitus. Kata kunci: Curanga fel-terrae Merr, diabetes mellitus, puguntano *Korespondensi penulis: saiful.bahri@usu.ac.id 
Penggunaan Ekstrak Kering Kayu Merbau (Intsia Bakeri Prain.) Dalam Sediaan Pewarna Rambut M. Khairil Nasution; Nazliniwaty Nazliniwaty*; Djendakita Purba
Journal of Pharmaceutics and Pharmacology Vol 1, No 2 (2012)
Publisher : Journal of Pharmaceutics and Pharmacology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background: The part of merbau (Intsia bakeri Prain) used as coloring agent is the inside part of its wood that produce the florid brown. People usually use coloration that produced by this merbau wood is for clothes coloration. Objective: The objective of this research was to formulate hair dye preparation using of merbau wood extract with plant color agent copper (II) sulfate and pyrogalol with various concentrations of merbau wood extract that can produce the best brown colour. Results: The result showed that brown color was influenced by the concentration of merbau wood extract and duration of soaking. The greater concentration of merbau wood extract, until the hair colour was changed from brown to darker at the concentration of 5%. The concentration above 5% the coloring of hairs were lighter.Methods: Extraction of color essence from the body of merbau wood was done with percolation method way using 96% of ethanol then dried to be dried extract. Hair dye preparation was made with a formula consisting of merbau wood extract with various concentrations, these were 2, 3, 4, 5, and 6%. Pyrogallol, copper (II) sulfate, and xanthan gum were 1%, respectively. Aquadest was used as the solvent. Coloring process was done by soaking of gray hair on hair dye preparation for 1-4 hours and the color change was observed visually every hour of gray hair soaking. Conclusion: Merbau wood extract can be used as hair coloring agent. Keywords: dried extract merbau wood, Intsia bakeri Prain), copper (II) sulfate, pyrogalol, xanthan gum, hair dye ABSTRAK Latar Belakang: Bagian merbau (Intsia bakeri Prain.) yang digunakan sebagai pewarna adalah kayunya yang menghasilkan warna coklat kemerahan. Masyarakat biasanya menggunakan zat warna yang dihasilkan oleh kayu merbau ini untuk pewarna pakaian. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat sediaan pewarna rambut menggunakan ekstrak kering kayu merbau dengan penambahan bahan pembangkit warna tembaga (II) sulfat dan pirogalol dengan berbagai konsentrasi ekstrak kayu merbau untuk mendapatkan warna coklat terbaik. Metode Penelitian: Ekstraksi zat warna dari kayu merbau dilakukan dengan cara perkolasi menggunakan etanol 96%, kemudian dikeringkan menjadi ekstrak kering. Sediaan pewarna rambut dibuat dengan formula yang terdiri dari ekstrak kering kayu merbau dengan berbagai konsentrasi, yaitu 2, 3, 4, 5, dan 6%. Pirogalol, tembaga (II) sulfat, dan xanthan gum masing-masing 1%. Sebagai pelarut digunakan akuades. Pewarnaan dilakukan dengan cara merendam rambut uban dalam sediaan pewarna rambut selama 1-4 jam dan diamati perubahan warna setiap jam perendaman rambut uban secara visual. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa warna yang dihasilkan dipengaruhi oleh konsentrasi ekstrak kering kayu merbau dan lamanya waktu perendaman. Semakin besar konsentrasi ekstrak kering kayu merbau, maka warna rambut yang dihasilkan semakin gelap sampai pada konsentrasi 5%. Diatas konsentrasi 5% warna rambut yang dihasilkan semakin terang. Kesimpulan: Ekstrak kering kayu merbau dapat digunakan sebagai pewarna rambut. Kata kunci: ekstrak kering kayu merbau, Intsia bakeri Prain., tembaga (II) sulfat, pirogalol, xanthan gum, pewarna rambut *Korespondensi penulis: nazliniwati@usu.ac.id 

Page 2 of 2 | Total Record : 15


Filter by Year

2012 2012