cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Rekayasa Teknik Sipil
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 17 Documents
Search results for , issue "Vol 2, No 2/REKAT/16 (2016): Wisuda ke-86 Periode 2 Tahun 2016" : 17 Documents clear
PEMANFAATAN LUMPUR LAPINDO DAN FLY ASH SEBAGAI BAHAN CAMPURAN PADA PEMBUATAN BATA BETON RINGAN MASITA ROSANTI, WENNY
Rekayasa Teknik Sipil Vol 2, No 2/REKAT/16 (2016): Wisuda ke-86 Periode 2 Tahun 2016
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Inovasi dalam dunia konstruksi terus menerus dilakukan untuk mencari material-material baru yang dapat digunakan untuk pembuatan bata beton. Lumpur Lapindo dan fly ash adalah limbah yang dapat dimanfaatkan karena mengandung banyak silika (SiO2). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi penggunaan semen dalam pembuatan bata beton ringan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai upaya menghindari kelangkaan sumber daya alam serta sumbangan pikiran dalam menangani bencana Lapindo dengan produk yang sesuai dengan SNI. Pembuatan bata beton ringan pada penelitian ini melalui tiga tahap dengan membuat masing-masing campuran 5 buah benda uji, sebagai sampel mortar normal dan mortar ringan, dengan ukuran cetakan 5x5x5cm. Dalam penelitian ini dibuat 3 macam campuran mortar normal yaitu (1) 1LL:3FA:1PC:1CaO:4Ps (2) 2LL:2FA:1PC:4Ps (3) 3LL:1FA:1PC:4Ps. Dari ketiga campuran mortar normal, dipilih 1 (satu) campuran dengan kuat tekan maksimum untuk dipakai dalam pembuatan bata beton ringan. Mortar Normal yang paling maksimum hasil uji yaitu MN 3 dengan rata-rata kuat tekan 7, 14, dan 28 hari secara berturut-turut diperoleh sebesar 9,92; 11,03; dan 13,01 MPa. Kemudian, membuat benda uji bata beton ringan dengan ukuran 60x20x10 cm. Benda uji diuji tekan pada umur 7, 14, dan 28 hari, selanjutnya dilakukan uji penyerapan air setelah direndam selama 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar bagian lumpur Lapindo dan semakin sedikit fly ash dapat meningkatkan kuat tekan pada bata beton ringan. Bata beton ringan hasil penelitian ini termasuk dalam kelas III berdasarkan SNI 03-0349-1989 yaitu kuat tekan rata-rata pada umur 7, 14, dan 28 hari secara berturut-turut sebesar 2,16; 3,04; dan 4,28 MPa dengan rata-rata penyerapan air sebesar 0,159% Bata beton ringan dengan campuran lumpur Lapindo dan fly ash direkomendasikan sebagai bata beton yang digunakan untuk konstruksi memikul beban tetapi penggunaannya hanya untuk konstruksi yang terlindungi misalnya sebagai dinding penyekat. Pada proses pengecoran benda uji perlu diperhatikan saat melakukan rojokan sehingga benda uji menjadi benar-benar padat dan cetakan yang akan dipakai dipastikan presisi dan terpasang dengan rapat agar kuat tekan benda uji stabil.Kata Kunci: Bata Beton Ringan, Lumpur Lapindo, Fly Ash Innovations in the world of construction continuously performed to look for new materials that can be used for the manufacture of concrete bricks. Lapindo mud and fly ash is the waste that can be used because it contains a lot of silica (SiO2). This research was conducted with the aim to reduce the use of cement in the manufacture of lightweight concrete bricks that can be used as an attempt to avoid the scarcity of natural resources as well as their contributions in handling the Lapindo disaster with products that comply with standards Manufacture of lightweight concrete brick in this study through three stages to make each 5 pieces of samples, namely normal mortar and lightweight mortar, the print size 5x5x5 cm mold. In this study, three kindsof normal mortar mixture that is 1) 1LL: 3FA: 1PC: 1CaO: 4Ps 2) 2LL: 2FA: 1PC: 4Ps 3) 3LL: 1FA: 1PC: 4Ps. Of the three normal mortar mix, selected one (1) mix with maximum compressive strength for use in the manufacture of lightweight concrete brick. Normal maximum mortar is a mixture of MN1 which is an average compressive strength of 7, 14 and 28 days respectively obtained of 9,92; 11,03; and 13,01Mpa. Then, to make lightweight concrete brick’s sample with 60x20x10 cm mold. Sample tested with compressive strength at the age of 7, 14, and 28 days, and the next is test of water absorption after soak for 24 hours. The results showed that the more the composition of Lapindo mud and the less fly ash used can improve the compressive strength of lightweight concrete brick. Lightweight concrete bricks in this study belongs to a class III according to SNI 03-0349-1989 ie an average compressive strength at ages 7, 14 and 28 days respectively amounted to 2.16; 3,04; and 4.28 MPa with an average of 0.159% water absorption. Lightweight concrete bricks with a mixture of Lapindo mud and fly ash brick is recommended as the concrete used for construction but its use only burden for the construction of the outdoor weather protected eg as wall insulation. In the process of casting the test object need to be considered when making rojokan so that the specimen to be really solid, and molds to be used ascertained with precision and is attached tightly so that the compressive strength of the test specimen is stable.Keyword: Lightweight concrete brick, lapindo mud, fly ash, compressive strength
PRODUKTIVITAS KELOMPOK KERJA TUKANG BESI UNTUK PEKERJAAN PEMBESIAN PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT DI SURABAYA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS KARISMAWAN, YUDHA
Rekayasa Teknik Sipil Vol 2, No 2/REKAT/16 (2016): Wisuda ke-86 Periode 2 Tahun 2016
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam penyelesaian proyek gedung bertingkat sering kita temui permasalahan dalam hal keterlambatan pelaksanaannya. Salah satu penyebabnya adalah terjadi ketidak sesuaian perencanaan pelaksanaan dan ketidak sesuaian jumlah perencanaan tenaga kerja. Dengan adanya data produktivitas akan sangat membantu kontraktor dalam pelaksanaannya meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Tenaga kerja merupakan faktor penting pada pelaksanaan proyek konstruksi. Tenaga kerja yang digunakan biasanya tidak berupa perorangan tetapi dalam bentuk kelompok tukang yang terdiri dari tukang dan pembantu tukang yang melayaninya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas kelompok kerja tukang besi untuk pekerjaan pembesian pada proyek pembangunan gedung bertingkat di Surabaya dan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas. Jumlah yang di teliti ada 3 proyek yaitu proyek Hotel Aria Centra oleh PT.Bintang Anugerah Persada pengambilan data dilakukan sebanyak 30 kali pengamatan, Proyek Apartement Ciputra World oleh PT.PP Persero (Tbk) pengambilan data dilakukan 10 kali pengamatan dan Soho Ciputra World oleh PT.PP Persero (Tbk) pengambilan data dilakukan 10 kali pengamatan. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data penelitian yaitu observasi secara langsung di lapangan, angket pendataan sebagai alat pengumpulan data yang pokok dan dokumentasi foto. Objek penelitian yang di amati adalah tukang pemasangan besi kolom, balok dan pelat. Analisis data yang digunakan adalah volume pekerjaan yang dihasilkan masing-masing produktivitas kelompok kerja dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produktivitas kelompok kerja di gunakan uji regresi linier berganda dengan menggunakan program software SPSS. Hasil penelitian perhitungan produktivitas kelompok kerja tukang besi untuk pekerjaan pembesian tukang pemasangan besi kolom, balok dan pelat adalah pada proyek pembangunan Hotel Aria Centra adalah 707.38 Kg/Hari/Kel.Kerja pekerjaan tukang besi kolom, 864.10 Kg/Hari/Kel.Kerja pekerjaan tukang besi balok dan 467.57 Kg/Hari/Kel.Kerja pekerjaan tukang besi pelat lantai, Pada proyek pembangunan Apartement Ciputra World adalah 508.06 Kg/Hari/Kel.Kerja pekerjaan tukang besi kolom, 568.52 Kg/Hari/Kel.Kerja pekerjaan tukang besi balok dan 956.03 Kg/Hari/Kel.Kerja pekerjaan tukang besi pelat lantai. Pada proyek pembangunan Soho Ciputra World adalah 747.15 Kg/Hari/Kel.Kerja pekerjaan tukang besi kolom, 404.93 Kg/Hari/Kel.Kerja pekerjaan tukang besi balok dan 669.49 Kg/Hari/Kel.Kerja pekerjaan tukang besi pelat lantai. Berdasarkan hasil program software SPSS regresi linier berganda faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kelompok kerja tukang besi kolom, balok dan pelat adalah kondisi lapangan/cuaca  (x2), usia/umur (x3), pengalaman kerja (x4), upah/gaji (x5) dan tingkat pendidikan (x6). Kata Kunci:  Produktivitas, kelompok pekerjaan besi. In a high rise building project completion we often encounter problems in terms of delays in implementation. One reason is the discrepancy occurred implementation planning and incompatibilities number of workforce planning. With the productivity data will greatly assist the contractor in the implementation, improve labor productivity. Labor is an important factor in the execution of construction projects. Labor used normally not be individuals but in the form of artisan group consisting of builders and carpenters helpers who serve it. This study aims to determine the productivity blacksmith working group to work on the iron rise building project in Surabaya and the factors that affect productivity. Amount in carefully 3 projects namely Project Hotel Aria Centra by PT.Bintang Anugerah Persada Data retrieval is done 30 times observation, project Apartement Ciputra World by PT.PP Persero (Tbk) Data retrieval is done 10 times observation and Soho Ciputra World by PT.PP Persero (Tbk) Data retrieval is done 10 times observation. The method used to obtain research data are direct observations in the field, the questionnaire data as the main data collection instruments and photographic documentation. The object of research is an artisan who observed the installation of iron columns, beams and plates. Analysis of the data used is the volume of work produced each work group productivity and the factors that influence the productivity of the working group on the use of multiple linear regression analysis using SPSS software program. Results of research productivity working group blacksmith for iron work handyman installing iron columns, beams and plates is on development projects Hotel Aria Centra was 707.38 Kg/Day/Kel.Kerja work blacksmith columns, 864.10 Kg/Day/Kel.Kerja work blacksmith beam and 467.57Kg/Day/Kel.Kerja blacksmith work floor slabs, On development projects Apartement Ciputra World was 508.06 Kg/Day/Kel.Kerja work blacksmith columns, 568.52 Kg/Day/Kel.Kerja work blacksmith beam and 956.03 Kg/Day/Kel.Kerja blacksmith work floor plate. On development projects Soho Ciputra World was 747.15 Kg/Day/Kel.Kerja work blacksmith column, 404.93 Kg/Day/Kel.Kerja work blacksmith beam and 669.49 Kg/Day/Kel.Kerja blacksmith work floor plate. Based on the results of the software program SPSS linear regression factors that affect the productivity of the working group blacksmith columns, beams and plates is the terrain / weather (x2), age / lifespan (x3), work experience (x4), wage / salary (x5) and education (x6). Keywords: Productivity, iron work group.
PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KERANG TERHADAP WAKTU PENGIKATAN AWAL DAN WORKABILITY PADA PEMBUATAN BETON GEOPOLYMER DENGAN TEMPERATUR NORMAL LIANGSARI, ONNY
Rekayasa Teknik Sipil Vol 2, No 2/REKAT/16 (2016): Wisuda ke-86 Periode 2 Tahun 2016
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Semen merupakan material utama yang sering digunakan masyarakat untuk pembuatan beton. Peningkatan pemakaian semen berdampak meningkatnya emisi CO2 di udara. Produksi 1 ton semen menghasilkan 1 ton CO2 yang dilepaskan ke udara (Davidovits, 1994). Pembuatan beton geopolymer berbahan dasar fly ash dan serbuk cangkang kerang dapat membantu mengurangi produksi semen. Beton geopolymer berbahan dasar fly ash biasanya diproduksi pada suhu tinggi. Hal ini menjadi batasan untuk pengecoran beton di lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan beton geopolymer yang dapat dikerjakan pada kondisi ruangan. Hasil menunjukkan bahwa penambahan serbuk cangkang kerang dapat mempercepat waktu pengikatan pasta geopolymer, menurunkan workability beton segar dan menaikkan kuat tekan beton. Hasil menunjukkan jika penambahan 10% serbuk cangkang kerang pada campuran beton geopolymer berbahan fly ash dapat dirawat pada suhu ruangan. Kata kunci : kondisi ruangan, fly ash, serbuk cangkang kerang, waktu pengikatan, workability, kuat tekan Cement is the main material that is often used by the community for the manufacture of concrete. The increase in cement consumption increasing impact of CO2 emissions in the air. The production of 1 ton of cement produces 1 ton of CO2 released into the air (Davidovits, 1994). Fly ash and oyster shells mix based geopolymer concrete can help to reduce the production of cement. Fly ash-based geopolymer concrete usually produced at high temperatures. This is a limition for casting concrete in the field. This study aims to get geopolymer concrete is suitable for curing in ambient condition. The results showed that the addition of oyster shell powder can accelerate setting time geopolymer paste, decrease the workability of fresh concrete and increase the compressive strength of concrete. Results indicate if the addition 10% of shell powder in the mixture fly ash-based geopolymer concrete can be cured at ambient temperature. Keywords: ambient temperatur, fly ash, oyster shells, setting time, workability, compressive strength
ANALISA HUBUNGAN TEGANGAN-REGANGAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON GEOPOLYMER BERBAHAN DASAR ABU TERBANG DAN SLAG SEBAGAI BAHAN PENGGANTI SEMEN PADA TEMPERATUR NORMAL WULAN RAMADHANI, DINI
Rekayasa Teknik Sipil Vol 2, No 2/REKAT/16 (2016): Wisuda ke-86 Periode 2 Tahun 2016
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu bahan limbah industri yang dapat dimanfaatkan untuk bahan dasar beton geopolymer yaitu slag, seperti yang terdapat dalam penelitian (Aulia, 1999). Slag adalah hasil sampingan dari proses peleburan bijih logam dan masih mengandung material yang penting seperti silica dan alumina yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Sehingga slag dapat dimanfaatkan sebagai campuran dalam penggunaan beton geopolymer. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan 5 jenis campuran dengan masing-masing 3 benda uji untuk dilakukan uji tegangan-regangan disetiap umur 3, 7, 14, 21, dan 28 hari. Campuran pertama yaitu beton yang menggunakan komposisi bahan semen. Selanjutnya yaitu beton dengan campuran 100% Fly Ash : 0% Slag, 90% Fly Ash : 10% Slag, 70% Fly Ash : 30% Slag, dan 50% Fly Ash : 50%. Aktivator yang digunakan adalah NaOH dan Na2SiO3 dengan perbandingan sebesar 1:1,5. Benda uji yang digunakan yaitu silinder dengan diameter 10 cm dan tinggi 20 cm. Hasil pengujian menunjukkan bahwa diantara beton dengan variasi abu terbang dan slag, yang paling optimum baik tegangan maupun regangannya yaitu beton dengan campuran 0,7FA:0,3Slag yang mencapai nilai tegangan maksimum pada usia 28 hari sebesar 17,86 MPa pada regangan 0,00295. Beton dengan komposisi campuran 0,7FA:0,3Slag mempunyai nilai modulus elastisitas yang lebih tinggi dibandingkan beton dengan campuran abu terbang dan slag yang lainnya yaitu pada usia 28 hari mencapai modulus elastisitas 15138,54 MPa. Kata Kunci : Geopolymer, slag, abu terbang, tegangan-regangan, modulus elastisitas. One of the industrial waste materials that can be used for geopolymer concrete based material is slag, which have been studied by other researcer (Aulia, 1999). Slag is a byproduct of the smelting of metal ores and still contains important material such as silica and alumina can be used as building materials. So that slag can be used as a mixture in the use of geopolymer concrete. This study used an experimental method with 5 mix design. Each mix design comprised of 3 test specimens for stress-strain test at the age of 3, 7, 14, 21, and 28 days. The first mix design is control : concrete using the cement composition. Furthermore : concrete with a mixture of 100% Fly Ash: 0% Slag, Fly Ash 90%: 10% Slag, Fly Ash 70%: 30% Slag and Fly Ash 50%: 50%. Activator used was NaOH and Na2SiO3 with a ratio of 1: 1.5. The test object used was a cylinder with 10 cm diameter and 20 cm height. The results showed that the best stress and strain values were achieved by the concrete with 0,7FA:0,3Slag with the stress of 17,86 MPa and strain of 0,00295 at 28 days. The 0,7FA:0,3Slag mix design also demonstrated the highest modulus of elasticity compared to other mixtures with fly ash and slag. With a modulus of elasticity of 15138,54 MPa. Keywords : Geopolymer, slag, fly ash, stress-strain, modulus of elasticity
PENGARUH PENAMBAHAN SLAG TERHADAP WAKTU PENGIKATAN AWAL, WORKABILITY, DAN KUAT TEKAN PADA PEMBUATAN BETON GEOPOLYMER PADA TEMPERATUR NORMAL SIPUTRI TITI, DYNIE
Rekayasa Teknik Sipil Vol 2, No 2/REKAT/16 (2016): Wisuda ke-86 Periode 2 Tahun 2016
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam pengolahannya, 1 ton semen dapat menghasilkan 1 ton limbah CO2. Oleh karena itu sekarang terdapat beton geopolimer yang menggunakan fly ash sebagai bahan pengganti semen. Akan tetapi, beton geopolimer perlu menerima perawatan dengan suhu yang tinggi agar beton mengeras dan mencapai kuat tekan yang diharapkan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah dengan penambahan slag pada beton geopolimer berbahan fly ash dapat mempercepat waktu pengikatan beton, memperbaiki tingkat workability pada beton, dan meningkatkan kuat tekan pada beton dalam kondisi suhu ruangan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini membuktikan bahwa dengan adanya penambahan slag dapat mempercepat waktu pengikatan. Namun, tingkat workability menjadi menurun seiring dengan bertambahnya kandungan slag. Akan tetapi, kuat tekan yang tertinggi tercapai pada penambahan slag 30% yaitu 21,45 MPa yang semula pada 100% fly ash adalah 19,54 MPa. Kata Kunci: beton geopolimer, slag, waktu pengikatan, workability, kuat tekan. In processing, 1 ton of cement can produce 1 ton of waste CO2. Therefore, there is now a geopolymer concrete using fly ash as a cement replacement materials. However, geopolymer concrete needs to receive care at high temperatures so that the concrete hardens and achieve the expected compressive strength. The study aims to determine whether the addition of slag on geopolymer concrete made from fly ash can accelerate concrete bonding time, improve the workability of the concrete, and increasing the compressive strength of the concrete in room temperature conditions. The results obtained from this study proves that with the addition of slag can accelerate time-binding. However, the level of workability was decreased with increasing content of slag. On the other hand, the highest compressive strength achieved with inclusion of 30% slag is 21.45 MPa which was originally at 100% fly ash was 19.54 MPa. Keywords: geopolymer concrete, slag, setting time, workability, compressive strength
KAJIAN KUALITAS CROSSWALK PADA JALUR PEJALAN KAKI BERDASARKAN PEDESTRIAN ENVIROMENTAL QUALITY INDEX (PEQI) (STUDI KASUS : JALAN PAHLAWAN KOTA SEMARANG) Pattisinai, Amanda Ristriana
Rekayasa Teknik Sipil Vol 2, No 2/REKAT/16 (2016): Wisuda ke-86 Periode 2 Tahun 2016
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui kualitas croswalk Jalan Pahlawan sebagai bagian penting dari jalur pejalan kaki. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk mengetahui kualitas croswalk pada jalur pejalan kaki dengan mempertimbangkan beberapa kriteria PEQI (Pedestrian Environmental Quality Index) untuk dapat memberikan penilaian terhadap kualitas jalur pejalan kaki terhadap pilihan yang lebih luas terhadap pengguna dan aktivitas yang beragam bagi pejalan kaki di Jalan Pahlawan. Analisis yang dilakukan adalah analisis kualitas croswalk berdasarkan penggal jalur pejalan kaki dengan perhitungan PEQI. Fenomena yang terjadi di Indonesia, berdasarkan angket yang dilakukan oleh urban mobility for Indonesia, jumlah pejalan kaki di Indonesia yang pada tahun 2010 mencapai angka 12% dari keseluruhan penggunaan moda transportasi untuk berpergian. Sebagai salah satu jalur pejalan kaki yang terbaik di Kota Semarang saat ini, Jalan Pahlawan telah menjadi tempat beraktivitas bagi masyarakat. Namun demikian jalur pejalan kaki belum memberikan kualitas keamanan yang memadai bagi pejalan kaki. Tercatat 68% pejalan kaki meninggal karena ditabrak oleh kendaraan ketika mereka berada di tengah jalan dan oleh 72,6%  pejalan kaki mengalami cedera ketika sedang menyeberang jalan. Hal ini menyebabkan pentingnya penelitian terkait kualitras crosswalk bagi pejalan kaki pada Jalan Pahlawan Kota Semarang. Kata Kunci : Croswalk, Jalur pejalan kaki, PEQI.
PENGARUH DIAMETER PEMOTONGAN PROFIL (D) TERHADAP KEKUATAN LENTUR CASTELLATED BEAM BUKAAN LINGKARAN (CIRCULAR) UNTUK STRUKTUR BALOK RATNA SARI, NITA
Rekayasa Teknik Sipil Vol 2, No 2/REKAT/16 (2016): Wisuda ke-86 Periode 2 Tahun 2016
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam penelitian castellated beam hampir semuanya terfokus pada castellated beam dengan bentuk hexagonal. Bentuk lubang dengan sisi tidak bersudut seperti lingkaran pada diameter pemotongan profil (D) diharapkan dapat menghindarkan lendutan yang besar. Semakin besar diameter pemotongan profil (D) maka akan meningkatkan performa dari tegangan lentur castellated beam. Begitu pula sebaliknya, hal ini dikarenakan semakin besar diameter pemotongan profil (D), maka momen inersia yang dihasilkan semakin besar. Hal itu mengakibatkan kekakuan dari castellated beam semakin meningkat, sehingga deformasi yang dihasilkan semakin kecil maka dapat menambah kekuatan dari castellated beam. Pada penelitian ini adalah penelitian laboraturium, penelitian ini penulis menerapkan model castellated beam bukaan lingkaran dengan benda uji profil WF 150.75.5.7. Metode penelitian untuk mengetahui pengaruh castellated beam bila beban diletakkan di tengah bentang pada penampang tidak berlubang dan diameter pemotongan profil (D) yang berbeda-beda yaitu D= 125mm, D= 145mm, D= 150mm, D= 155mm, D=160mm, D= 170 mm, D= 180mm untuk struktur balok. Pada pemotongan profil castellated beam bukaan lingkaran, menggunakan tipe pemotongan Beam ends left ragged, U= T dan Beam ends finished with infill plates, U>T sehingga menghasilkan pemotongan yang baik (rapi) serta menhemat material (tidak banyak bahan yang berlubang).  Hasil penelitian menunjukan bahwa pada benda uji castellated beam mengalami rusak buckling. Sehingga harus diambil optimalnya, agar tidak terjadi kerusakan buckling yang lebih besar. Menghindari kerusakan buckling yang lebih besar maka disarankan menggunakan diameter pemotongan profil (D) tidak melebihi diameter optimal (D=155mm). Hal ini didasarkan atas analisis pada pembahasan momen, tegangan, dan kontrol geser. Berdasarkan hasil analisis SAP 2000 menunjukan bahwa pada benda uji utuh tidak dibentuk castellated beam merupakan kombinasi elemen tekan dan elemen tarik. Namun, pada benda uji D=155mm balok mengalami tekan. Kata Kunci: buckling, castellated beam, diameter, lingkaran, momen inersia In this research castellated beam almost entirely focused on castellated beams with hexagonal shape. Shape hole with no angled sides such as cutting diameter circle on the profile (D) is expected to avoid large deflections. The larger the diameter of the cutting profile (D) it will improve the performance of the bending stress castellated beam. On the other way, this is because the larger diameter of the cutting profile (D), the moment of inertia generated even greater. It resulted from the castellated beam stiffness has increased, so that the resulting of deformation is getting smaller, it can add to the strength of the castellated beam.  This research is the research laboratory. In here, the authors apply the model castellated beam with circular openings specimen WF 150.75.5.7 profile. The research method is to determine the effect castellated beam when the load is placed at mid-span on a cross-section no holes and the diameter of the cutting profile (D) Different is D=125mm, D=145mm, D=150mm, D=155mm, D=160mm, D=170mm, D=180mm for beam structure. In the castellated beam profile cutting circular with openings, it use of cutting-type Beam ends finished, U = T and Beam ends left ragged with infill plates, U> T so it can be as the produce a good cut (neat) and economize material (not a lot of material with holes).  The results showed that the test specimen damaged castellated beam buckling. So, it should be taken optimally, in order to avoid greater damage to buckling. To avoid the buckling larger damage it is advisable to use profile cutting diameter (D) does not exceed the optimal diameter (D = 155mm). It is based on the analysis on the discussion of the moment, stress, and a sliding control. Based on the analysis of SAP in 2000 indicates that the specimen was not formed castellated beams intact is a combination of elements tap and drag elements. However, the test object D = 155mm beams in compression. Keywords: buckling, castellated beam, diameter, circle, momen inertia
PENGARUH TINGGI PEMOTONGAN PROFIL (H) TERHADAP KEKUATAN LENTUR CASTELLATED BEAM BUKAAN BELAH KETUPAT (RHOMB) UNTUK STRUKTUR BALOK PUTRI RAHAYU, ASTRI
Rekayasa Teknik Sipil Vol 2, No 2/REKAT/16 (2016): Wisuda ke-86 Periode 2 Tahun 2016
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Profil baja WF 150.75.5.7 dibuat menjadi castellated beam dengan lubang bukaan belah ketupat. Penelitian ini dibuat benda uji dengan ukuran panjang masing – masing benda uji 1,5 meter dengan lubang yang berbeda – beda, untuk melihat kecenderungannya. Ukuran yang dibuat berbeda pada masing – masing benda uji adalah tinggi pemotongan profil (H) yaitu, h1=45mm, h2=55mm, h3=65mm, h4=75mm, h5=85mm, h6=95mm dengan lebar pemotongan 10 mm. Tinggi pemotongan profil (H) yaitu, h1=55mm, h2=65mm, h3=75mm, h4=85mm dengan lebar pemotongan 50 mm. Seluruh benda uji akan diuji kelenturannya untuk mengetahui tinggi pemotongan profil yang optimal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, tinggi pemotongan profil (H) 45 mm dengan lebar pemotongan (e) 10 mm, memiliki momen lentur terbesar yaitu 450.45 kN.m dan tegangan lentur terbesar yaitu 356.17 N/mm2. Sedangkan, tinggi pemotongan profil (H) 65 mm dengan lebar pemotongan (e) 50 mm memiliki momen lentur terbesar yaitu 450.45 kN.m dan tegangan lentur terbesar yaitu 391.05 N/mm2. Kata kunci: Castellated beam, tinggi pemotongan profil (H), uji kuat lentur WF steel profile 150.75.5.7 made into a castellated beam with openings rhombus. This study was made of the specimen test with a length of each 1.5 meter. The specimen test with different holes, to see the trends. Sizes are made different on each specimen is a height cutting profile  (H), is, h1 = 45 mm, h2 = 55 mm, h3 = 65 mm, h4 = 75 mm, h5 = 75 mm, h6 = 95 mm with a cutting width of 10 mm. Height cutting profile (H), is, h1 = 55 mm, h2 = 65 mm, h3 = 75 mm , h4 = 85 mm with a cutting width of 50 mm. The entire specimen will be tested flexibility to determine the optimum of height cutting  profile. The results showed that, cutting height profile (H) 45 mm with cutting width (e) 10 mm, has the largest bending moment is 450.45 kN.m and largest bending stress is 356.17 N / mm2. Meanwhile, cutting height profile (H) 65 mm with cutting width (e) 50 mm has the biggest bending moment is 450.45 kN.m and largest bending stress is 391.05 N / mm2 Key words: Castellated beam, Height cutting profile, bending strength test
PENGARUH JARAK BAUT SAMBUNGAN BATANG TARIK TERHADAP KUAT TARIK DAN KUAT GESER KUDA-KUDA DOUBLE PROFIL BAJA RINGAN HUDAN MANGGALA, MOH.
Rekayasa Teknik Sipil Vol 2, No 2/REKAT/16 (2016): Wisuda ke-86 Periode 2 Tahun 2016
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penggunaan double profil baja ringan khususnya yang diterapkan menjadi kuda-kuda belum banyak yang meneliti, ditambah bagaimana kuat tarik dan gesernya jika jarak tiap baut dibuat berbeda, inilah yang menjadi dasar penelitian. Penelitian ini akan menganalisa dan menguji kekuatan efisiensi jarak baut pada sambungan double profil tipe C75´35´0,75 yang menggunakan  baut (Self Drilling Screw) 10-16´16 CII. Jarak Self Drilling Screw (SDS) yang digunakan pada sambungan dalam penelitian ini adalah 4 df, 4.5 df, 5 df, 5.5 df, 6 df, 6.5 df, dan 7 df, dan jarak SDS ke tepi adalah 3 df, di mana df adalah diameter SDS. Pengujian dilakukan dengan memberikan tekanan pada benda uji. Tujuan penelitian ini mengetahui kuat tarik dan kuat geser maksimal sambungan, dan mengetahui bagaimana keruntuhan yang terjadi pada masing-masing jarak SDS sambungan batang tarik kuda-kuda double profil baja ringan. Benda uji memiliki kuat tarik yang berbeda-beda, semakin besar jarak antar baut semakin besar pula kuat tarik sambungan baja ringan. Keruntuhan yang terjadi pada saat pengujian adalah tilting dan hole bearing. Tilting terjadi pada benda uji dengan jarak antar baut 5,5 df hingga 7 df, dan keruntuhan hole bearing terjadi hanya pada benda uji dengan jarak antar baut 7 df. Berdasarkan pengujian dan hasil yang diperoleh, maka jarak aman antar baut untuk sambungan baja ringan adalah 4 df, 4.5 df, dan 5 df. Kata Kunci: baja ringan, screw, sambungan, double profil The use of double cold formed steel roof profiles specially applied to become the trusses that have not been much researched, and how powerful  the tensile strenght and shear stenght if a space of each screw is made differently, this is the basis of the study. This research will analyze and test the strength of spacing screw efficiency on the connection of double profile type C75´35´0,75 that use bolt (Self Drilling Screw) 10-16´16 CII. The space of Self Drilling Screw (SDS) which is used on the connection in this research are 4 df, 4.5 df, 5 df, 5.5 df, 6 df, 6.5 df, and 7 df, and the space of SDS to the edge is 3 df, where df is the diameter of the SDS. Testing conducted with the put pressure on test objects. The purpose of this research is to know the maximun connection of tensile strenght and shear strenght, and find out how the collapse happened on each spacing SDS of tension connection of double cold formed steel roof trusses profiles. The test objects have a tensile strenght in different, the greater the space between the screws, the greater the tensile strenght of connection cold formed steel. The collapse happened at the time of testing is the tilting and hole bearing. Tilting occurred on the test object with space between bolts 5,5 df up to 7 df, and bearing hole collapse occurs only at the test object with space between bolts 7 df. Based on testing and the results obtained, the safe space between the bolts for the connection cold formed steel is 4 df, 4.5 df, dan 5 df. Key Word: cold formed steel, screw, connection, double profiles
ANALISA KAPASITAS TAMPUNGAN PADA SUNGAI PUCANG KABUPATEN SIDOARJO DALAM MENAMPUNG DEBIT BANJIR RAHMAWATI, EVI
Rekayasa Teknik Sipil Vol 2, No 2/REKAT/16 (2016): Wisuda ke-86 Periode 2 Tahun 2016
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kabupaten Sidoarjo memiliki 5 buah sungai yang salah satunya adalah sungai Pucang. Penampang sungai Pucang mengalami perubahan dimensi akibat dari debit banjir maksimal sehingga menimbulkan terjadinya kerusakan pada tanggul. Kerusakan tanggul tersebut menimbulkan longsor dan sedimen. Hal tersebut mengakibatkan kapasitas tampung sungai Pucang menjadi lebih tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh hasil perhitungan dari data-data dan hasil simulasi aliran seperti (1) besar debit banjir eksisting dengan kala ulang 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun, 25 tahun, dan 50 tahun pada sungai Pucang, (2) kapasitas tamping sungai Pucang saat menampung debit banjir maksimal kala ulang 10 tahun (saluran primer), (3) Faktor-faktor penyebab banjir pada sungai Pucang dan (4) solusi penanggulangan dari permasalahan banjir yang terjadi pada sungai Pucang. Hasil penelitian ini diperoleh dari perhitungan debit banjir maksimal kala ulang 10 tahun dengan menggunakan persamaan Manning yaitu sebesar Q10= 110.42 m3/detik. Kapasitas tampung debit banjir yang dapat ditampung oleh sungai Pucang  sebesar Qsal= 68.23 m3/detik yang artinya bahwa                Q10= 110.42 m3/detik > Qsal= 68.23 m3/detik. Adapun penyebab meluapnya sungai Pucang dikarenakan oleh endapan sedimen dan besarnya debit banjir yang ditampung sungai Pucang. Upaya penaggulangan yang dapat diambil yaitu normalisasi sungai, perencanaan pembangunan rumah pompa pada daerah hilir tepatnya pada desa Bluru Kidul dan atau pengerukan sedimen secara berkala. Kata Kunci: Debit, kapasitas tampungan sungai, banjir. Sidoarjo regency has five rivers, one of which is the river Pucang. The cross-section of the river Pucang undergo dimensional changes resulting from the maximum flood discharge causing damage to the embankment. The levee damage caused landslides and sediment. This resulted in the carrying capacity of the river Pucang be higher. The purpose of this study was to obtain the results of the calculation of the data and the results of flow simulation such as (1) a large flood discharge existing with a return period of 2 years, 5 years, 10 years, 25 years, and 50 years on the river Pucang, (2) capacity tamping river flood discharge Pucang time accommodating the maximum return period of 10 years (primary channel), (3) factors that cause flooding on the river Pucang and (4) the solution prevention of flooding problems that occur in the river Pucang. Results of this study was obtained from the calculation of flood discharge maximum return period of 10 years by using Manning equation is equal Q10 = 110.42 m3 / sec. The capacity of flood discharge capacity that can be accommodated by the river Pucang of Qsal = 68.23 m3 / sec, which means that       Q10 = 110.42 m3 / sec > Qsal = 68.23 m3 / sec. The cause of the overflow of the river Pucang caused by sediment deposition and the magnitude of the flood discharge river Pucang accommodated. Prevention efforts that can be taken is a river normalization, development planning in areas downstream pump house precisely on Bluru Kidul village and dredging sediment periodically. Keywords: Discharge, storage capacity of  river, flood.

Page 1 of 2 | Total Record : 17