cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Paradigma
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 28 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 1 (2017): Vol 5 Nomer 1 (2017)" : 28 Documents clear
RASIONALITAS PENGGUNA JASA CALO DALAM PENGURUSAN SIM BARU DI POLRES SIDOARJO HERDIAN MULYA LAKSMITA, ADITIA
Paradigma Vol 5, No 1 (2017): Vol 5 Nomer 1 (2017)
Publisher : Paradigma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

TERCIPTANYA NILAI-NILAI  SOLIDARITAS DALAM TRADISI MUSIK PATROL JULIANA, ETI
Paradigma Vol 5, No 1 (2017): Vol 5 Nomer 1 (2017)
Publisher : Paradigma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Musik patrol pada awalnya adalah iringan musik yang senantiasa digunakan untuk menemani ronda malam di desa sekaligus sebagai penanda jam. Namun, lambat laun  kebiasaan tersebut mulai ditinggalkan di beberapa daerah karena kegiatan ronda malam sudah tidak banyak dilakukan. Musik Patrol merupakan salah satu bentuk aktivitas budaya. Dalam memainkan musik patrol, dibutuhkan  sekelompok orang dengan berbagai peralatan, yang umumnya menggunakan peralatan musik tradisional seperti kentongan. Bahkan tidak jarang dalam prakteknya para pemusik atau  pemain music patrol menggunakan perabotan rumah tangga seperti panci, penggorengan, botol bekas, sendok, dan lain sebagainya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui  nilai-nilai solidaritas yang tumbuh dalam prosesi tradisi musik Patrol di Kabupaten Mojokerto. Untuk membedah penelitian ini menggunakan konsep solidaritas dari Emile Durkheim. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan tradisi Musik Patrol ini memberikan  pengaruh pada adanya ikatan sosial yang terjalin antar warga desa di Kabupaten Mojokerto. Solidaritas tersebut mempunyai kekuatan sangat besar dalam membangun kehidupan harmonis antara sesama. Mereka membutuhkan satu sama lain karena terdapat perbedaan peran yang menyebabkan mereka harus menjalin kerjasama atau berhubungan dengan anggota yang lain. Kata Kunci: Musik Patrol, Solidaritas, Budaya.   Abstrack   Patrol Music was formerly used as accompaniment music for patrol in countries and also as the sign of the time. But later the custom is no longe practised because patrol itself if has became uncostomed in some places. Patrol music is the kind of culture in activity form, it needs a group of people to play Patrol music wit various kind of tools, which is generally using traditional instruments such as “kentongan” (a music instrument made from bamboo). People also used cooking tools such as frying pang, pan, spatula, used botle, spoon, etc. This reseach aimed to discover the solidarity value in Music Patrol custom in Mojokerto. Reseacher used the concept of solidatity from Emile Durkheim. The method  used in tihs reseach was descriptive qualitative. The result showed that Musib Patrol custom contributes the increasing of social bond beetween villager in Mojokerto regency. The sosidarity has a power to build the harmony between people. They need each other because of the role differences which caused them making cooperation with one and another. Keywords: Patrol Music, Solidarity, Culture.
RASIONALITAS ORANG TUA DALAM MEMILIH LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR GANESHA OPERATION APRILIANI, INDAH
Paradigma Vol 5, No 1 (2017): Vol 5 Nomer 1 (2017)
Publisher : Paradigma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk melihat Bagaimana Rasionalitas orang tua dalam memilih lembaga bimbingan belajar Ganesha Operation. Tujuan tersebut akan dijelaskan dan dianalisis menggunakan teori Rasionalitas Max Webber. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan Verstehen. Hasil penelitian ini, menunjukan bahwa Rasionalitas Orang Tua dalam memilih lembaga bimbingan belajar mencakup 4 tipe Tindakan Rasionalitas yaitu Rasionalitas Instrumental pada tipe rasionalitas ini orang tua dalam menitipkan anaknya hanya melihat prestasi yang nantinya diberikan tanpa melihat proses yang dijalani, Rasionalitas Instrumental berorientasi nilai pada rasionalitas ini orang tua sebelum menitipkan anaknya ke sebuah lembaga bimbingan belajar orang tua telah memperhatikan secara matang bagaimana proses yang akan dijalankan kedepannya, Rasionalitas Tradisional, pada tipe tindakan ini orang tua dalam memilihkan lembaga bimbingan belajar untuk anaknya tidak ada pertimbangan yang matangdan Rasionalitas Afektif, pada tipe tindakan ini orang tua dalam memilih lembaga bimbingan belajar hanya dilakukan tanpa adanya alasan yang logis. Masing-masing tindakan yang dilakukan orang tua dilakukan berdasarkan oleh latar belakang Pemahaman dari orang tua terhadap pentingnya lembaga bimbingan belajar tersebut   Kata Kunci: Lembaga Bimbingan Belajar, Ganesha Operation, Rasionalitas Orang Tua.   Abstract This research aims to look at how the Rationality of parents in choosing a tutoring agency Ganesha Operation. These goals will be described and analyzed using the theory of Rationality Max Webber. This research used a qualitative approach using the method of Verstehen. The results of this research, showed that the rationality of parents in choosing a tutoring Agency includes 4 types of actions of the rationality that is Instrumental Rationality on this type of rationality parents in entrusting his son just saw achievements that were later granted regardless of the process that calls the Instrumental Rationality, values-oriented on the rationality of these parents before entrusting her child to a tutoring parents have noticed in mature process which will be run in the future , Traditional Rationality, on the type of action is parents in choosing an institution tutoring for his son no consideration that matangdan Affective Rationality, this action on the type of parents in choosing a tutoring agencies only done without any logical reason. Each act committed parents is conducted based on a background of Understanding by parents of the importance of the institution of the tutoring. Keyword: Tutoring Agency, Ganesha Operation, Rationality of Parents
HABITUS SEKSUAL WARIA SALON (PEMENUHAN KEBUTUHAN SEKSUAL WARIA SALON DI DESA PERNING KEC. JETIS KAB. MOJOKERTO) GUSTAV ZAKARIA, MOKHAMMAD
Paradigma Vol 5, No 1 (2017): Vol 5 Nomer 1 (2017)
Publisher : Paradigma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Pada dasarnya manusia terdiri dari dua kelamin, yaitu perempuan dan laki-laki. Secara perkembangan zaman adanya pengakuan dalam diri seorang manusia terkadang tidak sesuai dengan kenyataannya. Kesalahpahaman dalam hal ini sering terjadi dalam kehidupan sosial saat ini. Kesalahpahaman ini terjadi di karenakan adanya persimpangan dalam memahami gender. penyimpangan identitas gender masih saja terjadi. Hal tersebut terjadi saat individu mengidentifikasikan jenis yang berbeda dengan kuat dan cenderung menetap pada tubuh dengan jenis kelamin yang mereka miliki saat ini.Waria mendapatkan perlakuan yang berbeda dengan lingkungan dimana mereka tinggal, dan terjadi differensiasi sosial oleh masyarakat karena dianggap bentuk penyimpangan. Peyimpangan yang dimaksud adalah stigma masyarakat bahwa mereka (waria) adalah individu yang menjijikan, waria dianggap sebagai perusak moral masyarakat, penghancur kehidupan keluarga dan manusia tanpa harga diri. Dalam kehidupannya para waria ini pun juga memiliki hasrat untuk memenuhi kebutuhan biologisnya. Kebutuhan biologis ini memerlukan faktor-faktor pendukung termasuk pasangan. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mendeskripsikan bagaimana habitus seksual waria salon dan memberikan pengawasan menegenai LGBT di lingkungan masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan didapat dari orang-orang atau perilaku yang diamati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waria ini sengaja mendirikan salon bukan hanya sebagai sumber penghasilan dan biaya untuk hidup sehari-harinya saja, di balik itu ada maksud tersendiri bagi mereka untuk mendirikan salonnya. Dari berbagai modal mereka kumpulkan dan mereka mendirikan salon salah satunya untuk mencari dan menutupi stigma negatif terhadap mereka. Mereka mendirikan salon untuk mencari teman kencan mereka. Mereka menyiapkan sedemikian ranah nya untuk menarik perhatian teman kencan mereka, dahulu ketika seorang laki-laki untuk berteman dengan waria akan dicap negatif, tetapi untuk menutupi itu para waria mendirikan salon, dimana laki-laki bisa bebas masuk kedalam salon mereka dan mematahkan stigma negatif tersebut.Target para waria ini kabanyakan mereka yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas atau sekolah menengah kejuruan, mereka memilih para siswa ini bukan karena kebetulan semata, melainkan siswa sekolah ini kebanyakan memiliki pengertian dan pemahaman nilai dan norma yang kurang dari keluarganya. Kata kunci: habitus, seksual, waria salon Abstract Basically humans consists of two sexes, the female and male. In the times their recognition for in a human sometimes does not correspond to reality. Misunderstandings in this often happens in social life today. This misconception happen because their intersection in the understanding of gende, gender identity irregularities still happen. These happens when individuals identify different types with a strong and tend to settle on the body with the sex they have today. Transvestites get different treatment to the environment in which they live, and social differentiation happens by the public because it is considered deviations. Deviation mean is the stigma that they are individuals who are disgusting, transvestites regarded as the destroyer of public morals, the destroyer of family life and human beings without dignity. In their life these transvestites too had a desire to meet the biological needs. This biological needs require ancillary factors including the spouse. The purpose of this study was to describe how the sexual habitus transvestites salon and give to control LGBT in their environtment. This study used a qualitative approach, which produces descriptive data, in the form of words written or spoken from persons or observed behavior. The results showed that the transvestites have deliberately set up a salon is not only a source of income and costs for their life everyday, behind it there for their own purposes to establish their salon. Of the various capital they collect and they established a salon one of them to find and cover the negative stigma against them. They set up a salon to look for their date. They set up in such a realm to attract the attention of their dates. First as a man to make friends with a transvestite be labeled negatively, but to cover it transvestites set up a salon who man can freely enter into their salon and break the negative stigma. Keywords: Habitus, Sexual, Transvestites Salon
JARINGAN SOSIAL MASYARAKAT PEMULUNG DI KELURAHAN BARATA JAYA KOTA SURABAYA YUSUF AKBAR, MUHAMMAD
Paradigma Vol 5, No 1 (2017): Vol 5 Nomer 1 (2017)
Publisher : Paradigma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Penelitian ini membahas tentang Jaringan Sosial Masyarakat Pemulung di Kelurahan Barata Jaya Kota Surabaya. Tujuannya adalah untuk memahami keterkaitan jaringan sosial yang dimiliki oleh masyarakat pemulung dengan pemenuhan kebutuhan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi dan teknik wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan sosial yang dimiliki masyarakat pemulung memiliki dampak secara garis besar pada pemenuhan kebutuhan mereka. Tidak hanya dilihat dari segi ekonomi saja melainkan dari jaringan, kepercayaan serta hubungan timbal balik yang mereka miliki. Hidup perkampungan yang kumuh identik dengan masyarakat golongan bawah, namun masyarakat pemulung tetap bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Jaringan sosial melalui kepercayaan dan hubungan timbal balik menjadi faktor utama yang membantu masyarakat pemulung untuk bertahan hidup dalam memenuhi kebutuhan hidup. Kata Kunci: Jaringan Sosial, Pemulung, Pemenuhan Kebutuhan Abstract This study discusses Social Networking Community Scavenger in the Village Barata Jaya Surabaya. The goal is to understand the interrelatedness of the social network owned by the community of scavengers with fulfillment. This research uses descriptive qualitative method with phenomenological approach. The data collection is done by observation and interview techniques. The results showed that the sosial network owned by the community of scavengers has the impact outlined in the fulfillment of their needs. Not only in terms of economics, but also from the network, the trust and the mutual relationship that they have. Life settlements are slums are identical with the lower classes, but the scavenger community to keep working hard to make ends meet. Social networking through trust and mutual relationship becomes the main faktor that helps people scavengers to survive in meeting the needs of life. Keyword: Social Networking, Scavengers, Meeting the Needs
INTERAKSI SIMBOLIK ANGGOTA HIMPUNAN MAHASISWA PECINTA ALAM UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FANANI AZIZ, RIZAL
Paradigma Vol 5, No 1 (2017): Vol 5 Nomer 1 (2017)
Publisher : Paradigma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Penelitian ini membahas tentang Interaksi Simbolik Anggota Himpunan Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Negeri Surabaya. Tujuannya adalah untuk memahami pola interaksi Simbolik Anggota Himpunan Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Negeri Surabaya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teknik Triangulasi dan menggunakan perspektif Interaksi Simbolik George Herbert Mead. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi dan teknik wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat polarisasi interaksi antara anggota Himapala Unesa, antara Anggota Aktif dengan Senior, Anggota Aktif dengan Calon Anggota, Senior Dengan Anggota Aktif, Senior dengan Calon Anggota, Calon Anggota dengan Anggota Aktif, Calon Anggota dengan senior. Yang dimana dalam polarisasi tersebut dikaji menurut self dan mind dalam teori Herbert Mead. Disamping itu didalam pola interaksi tersebut terdapat simbol-simbol baik itu verbal dan non verbal seperti dalam hal penyebutan beberapa istilah yangmembedakan Himapala dengan kelompok ataupun mapala yang lain. Kata Kunci: Interaksi Simbolik, Komunikasi, Himpunan Mahasiswa Pecinta Alam Abstract The study discusses about the interaction symbolic of the members of Himapala state university of surabaya. The aim is to understand the patterns of interaction symbolic of Himapala state University of Surabaya. The study is using the method of qualitative descriptive with triangulation technique and perspective of interaction symbolic George Herbert Mead. The collecting data was done by using observation and interview techniques. The result showed that there is polarization of the interactions between members of the Himapala University of Surabaya, between active members and seniors, between active members and candidate members, between senior and active members, between senior and candidate members. The polarization is reviewed with ?self? and ?mind? in Herbert Mead theory. In addition in the pattern of these interactions consist of symbols of verbal and non verbal like in terms to mention something that make Himapala different with other group or the other ?Mapala? Keyword: symbolic interaction, communication, Himpunan Mahasiswa Pecinta Alam
MOTIF PERILAKU MENYIMPANG REMAJA DENGAN KASUS PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KOTA SURABAYA AISYAH MADYARATRI, SHANSIA
Paradigma Vol 5, No 1 (2017): Vol 5 Nomer 1 (2017)
Publisher : Paradigma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Penyalahgunaan narkoba di Kota Surabaya dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Banyaknya pengedar dan pengguna sudah mulai merambah ke kalangan remaja-remaja yang masih sekolah. Bermacam-macam motif yang diperoleh dari hasil observasi menunjukkan bahwa memang remaja sangat rentan dan mudah sekali terjerumus ke dalam hal-hal negatif yang dapat merugikan diri mereka sendiri maupun lingkungan sekitarnya. Penelitian ini mengungkapkan tentang motif-motif dari luar maupun dari dalam lingkungan remaja ityu sendiri. Dalam hal penyalahgunaan narkoba di Kota Surabaya.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui motif dari perilaku menyimpangnya remaja di Kota Surabaya lebih tepatnya di daerah Rungkut Gunung Anyar. Teori ini digunakan untuk menganalisis teori fenomenologi Alferd Schutz. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data menggunakan data perimer dan skunder. Hasil yang di dapatkan adalah ada berbagai macam motif remaja yang menggunakan narkoba yakni karena kurangnya kasih sayang dan perhatian orang tua, digunakan untuk pelarian, coba-coba, untuk kesenangan saja, pengaruh lingkungan luar rumah. Kata Kunci : Perilaku Menyimpang, Remaja, Fenomenologi Abstract Drug abuse in Surabaya from year to year is always increasing. The number of dealers and users have started to spread to the teenagers who are still in school. An assortment of motifs derived from the observation showed that indeed adolescents are particularly vulnerable and easy to fall into the negative things that can harm themselves and the surrounding environment. This study reveals about the motives from the outside or from within their own environment ityu teenagers. In terms of drug abuse in the city of Surabaya. The purpose of this study to find out the motives of the behavior of teenagers in the city of Surabaya menyimpangnya more precisely in the area of Mount Anyar Rungkut. This theory is used to analyze the theory of phenomenology Alferd Schutz. The method used is qualitative with phenomenological approach. The data collection technique using the data perimer and secondary. The results I discovered is there are a variety of motives teens who use drugs is because of the lack of affection and attention from their parents, used to run, try, for fun, environmental influences outside the home. Keyword : Deviant Behavior, Adolescent, Phenomenology
DRAMATURGI LESBIAN DALAM MEMPERTAHANKAN IDENTITAS SEKSUAL DI KOTA SURABAYA HAMIDIAH, NURUL
Paradigma Vol 5, No 1 (2017): Vol 5 Nomer 1 (2017)
Publisher : Paradigma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Penelitian ini membahas tentang Dramaturgi Lesbian Dalam Mempertahankan Identitas Seksual Di Kota Surabaya. Lesbian berusaha menutupi orientasi seksualnya dengan meninggalkan semua identitas atau simbol-simbol yang bisa menunjukkan bahwa mereka memiliki orientasi seksual yang berbeda ketika berada di lingkungan heteroseksual. Namun ketika di dalam komunitasnya atau ketika berjumpa dengan sesama maka seorang lesbian akan menunjukan identitas seksual yang sesungguhnya. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana dramaturgi seorang lesbian dalam mempertahankan identitas seksualnya di lingkungan sosial. Dengan tujuan penelitian untuk menganalisis dramaturgi lesbian dalam mempertahankan identitas seksual mereka di lingkungan masyarakat dengan menggunakan analogi drama Erving Goffman. Teori yang digunakan untuk menganalisis pada penilitian ini adalah teori dramaturgi Erving Goffman di mana terdapat front stage dan back stage untuk membongkar bagaimana sisi kehidupan para kelompok lesbian jika dilihat dari panggung depan dan panggung belakang dengan analogi drama milik Erving Goffman. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan dramaturgi yang menggambarkan bahwa individu tidak sekedar mengambil peran orang lain, melainkan bergantung pada orang lain untuk melengkapi citra dirinya. Hasil penelitian yang diperoleh dari penelitian ini adalah wajah depan dan wajah belakang dari pelaku lesbian dalam mempertahankan identitas seksualnya. Wajah depan atau front stage yang merupakan bagian penampilan dari pelaku lesbian yang secara teratur berfungsi secara pasti dan umum untuk mendefinisikan situasi dalam berperilaku. Para pelaku lesbian ketika berada pada front stage mereka akan berpenampilan layaknya wanita normal degan bantuan setting yang mengacu pada pemandangan fisik dan personal front yang merupakan berbagai macam barang perlengkapan yang bersifat menyatakan perasaan. Kemudian wajah belakang atau back stage para pelaku lesbian akan menjadi dirinya sendiri. Back stage merupakan daerah dibelakang layar di mana back stage menyembunyikan fakta di depan atau berbagai tindakan informal pelaku lesbian. Para pelaku lesbian cenderung memiliki peranan yang berbeda-beda disetiap kondisi yang tidak sama. Selama kegiatan rutin seorang lesbian akan menyampingkan sosok dirinya yang ideal sebagai seorang pelaku lesbian. Kata Kunci: Lesbian, front stage, back stage, identitas seksual Abstract This research talk about the Dramaturgy Lesbian in Maintaining Sexual Identity In the city of Surabaya. Lesbian attempt to cover up their sexual orientation or identity by abandoning all symbols that can show that they have a different sexual orientation when it is in heterosexual environment, but when in the community or when meeting with fellow then a lesbian will show the true sexual identity. The formulation of the problem in this research is to find out how the dramaturgy of a lesbian in maintaining sexual identity in a social environment. The Purpose of research to analyze dramaturgy lesbian in maintaining identity their sexual in the community with uses the analogy drama Erving Goffman. The theory is used to analyze in this research is the theory of dramaturgy Erving Goffman where there are front stage and back stage to uncover how the lives of lesbian groups when viewed from the front stage and back stage drama by analogy belongs to Erving Goffman. Methods used in this research is qualitative approach dramaturgy describing that those individuals are not just to take the roles of others, but relying on others to furnish image himself. The results obtained from this study is the front face and rear face of the offender in maintaining lesbian sexual identity. Front stage which is a part of the appearance of the perpetrators of the lesbian who regularly functioned exactly and defines the situation in public to behave. The perpetrators are lesbian in front stage they will look like a normal woman with the help of the setting which refers to the physical landscape and the personal front which is an assortment of goods supplies are expressed feelings. Then face the rear or back stage lesbian actors will be himself. Back stage is the area behind the scenes where a back stage hide the fact in front or a variety of informal action lesbian abusers. Lesbian attend to have the role of different situations that remained the same .During the routine activities a lesbian will place side by side the figure of him who ideal as a doer lesbian. Keyword: Lesbian, front stage, back stage, Sexual Identity
GAYA HIDUP KOMUNITAS DRONE APDI (ASOSIASI PILOT DRONE INDONESIA) DI SURABAYA YUNI KRISBIANTO, FITRIA
Paradigma Vol 5, No 1 (2017): Vol 5 Nomer 1 (2017)
Publisher : Paradigma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Artikel ini membahas tentang komunitas drone APDI yang ada di Surabaya. Tujuannya yaitu mengetahui bentuk gaya hidup komunitas drone APDI di Surabaya. Teori yang digunakan yaitu “Habitus” Pierre Bourdieu yang menggunakan metode kualitatif, metode kualitatif mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, dengan pendekatan structural genetis merupakan pendekatan yang berusaha mendeskripsikan suatu cara berpikir dan cara mengajukan pertanyaan. Pemilihan subjek dilakukan secara purposive. Subjek yang dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu tingkat pengetahuan yang dihapakan mampu menjawab tujuan artikel, berdasarkan lama, atau baru bergabung dalam komunitas, kemudian dari aspek modal ekonomi, modal sosial, modal budaya dan simbolis yang dimiliki oleh informan. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui getting in agar tercipta trust antara peneliti dan informan, kemudian observasi dan melakukan wawancara yang mendalam dalam menggali data. Analisis dilakukan dengan tiga tahapan yaitu reduksi data, display data kemudian menarik kesimpulan. Hasil yang didapat adalah terdapat dua macam bentuk gaya hidup, pertama yaitu gaya hidup aktif yang meliputi gaya hidup hobi drone untuk menghasilkan uang, gaya hidup drone custom(merakit) dan gaya hidup jaringan sosial. Yang kedua yaitu gaya hidup tidak aktif yang berupa gaya hidup hobi menerbangkan drone. Kata Kunci : gaya hidup, drone, komunitas drone Abstract This article mainly discuss about APDI, community of drone which is located in Surabaya. It is written to find out the lifestyle from of APDI community of drone in Surabaya. The theory used in this research is Habitus by Pierre Bourdieu, which also used qualitative method. Qualitative method defines qualitative research as a procedure which results descriptive data in written words or verbal that coming from people and behaviour that can be observed. It also used structural genetics approach  which is an approach that describes the mindset and the way a question is submitted. The subjects were choosen by using purposive sampling method. The subjects were choosen according to some considerations, they are: knowledge level which is expected to be able to answer this research aim; the membership, whether they are new or have been in the community for long time; the economy, social,culture, and symbolic capital owned by the subjects. Getting in method is also used in order to collect data, this method helps writer to build trust between writer and subjects, and then doing observation and indepth interview to get deeper data. Writer used three stages in analyzing, they are: data reduction;display;and then conclusion making. The result show  that there are two kind of lifestyle, the first one is an active lifestyle which include having Drone as a hobby and also making money from it, custom drone lifestyle and social network lifestyle. The second one is an inactive lifestyle which include a hobby of flying Drone lifestyle. Keywords: lifestyle, drone, drone community
PRAKTEK KEKERASAN SIMBOLIK PADA ANAK AUTIS DI SALAH SATU SLB DI KAWASAN SURABAYA TRI PRASTIA, HENDRA
Paradigma Vol 5, No 1 (2017): Vol 5 Nomer 1 (2017)
Publisher : Paradigma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Tujuan pendidikan nasional tidak terlepas dari peran orangtua keluarga dan juga lembaga pendidikan seperti sekolah, sekolah tidak hanya dikhususkan terhadap anak normal saja tetapi juga kepada anak berkebutuhan khusus seperti anak autis lahirnya pendidikan formal bagi anak autis memang sangat membantu orang tua supaya anak autis sendiri bisa diterima dimasyarakat dan dapat membantu proses interaksi mereka dan membantu minat dan bakat pada anak autis sendiri dalam prakteknya memang banyak terjadi kekerasan simbolik memang kekerasan simbolik sendiri tidak luput kasat mata dan juga memang banyak orang yang tidak tau bahwasannya mereka memang melakukan kekerasan simbolik  guru,orang tua tidak sadar bahwasannya mereka melakukan kekerasan simbolik, kekerasan simbolik memang tidak terlihat tapi memang kekerasan simbolik terjadi lewat bahasan guru mencerminkan pesan dan pesan tersebut dimaknai dalam sebuah simbol yang mana dalam bahasa tersebut menyembuunyikan maksud dan tujuan dari suatu tindakan . Jenis penelitian ini adalah menggunaknan metode kualitatif dan bersifat deskriptif karena memang bertujuan menngambarkan objek yang diteliti lokasi penelitian ini adalah di  salah satu SLB di kawasan surabaya  subjek dalam penelitain ini adalah kepala sekolah,guru, dan juga orang tua siswa teknik pengumpulan data sendiri adalah pengamatan partisipasi,wawancara,dokumentasi dan menggunakan analisis reduksidata,penyajian data,penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini ternyata menunjukkan bahwa bentuk-bentuk kekerasan simbolik adalah 1 Peringatan 2. Ancaman 3. Larangan 4. Kekerasan fisik tanpa disadir memang guru melakukan kekerasan simbolik karena memang siswa 1. Tidak mau belajar 2. Menggangu teman atau guru 3. Tantrum atau mengamuk dan juga guru melakukan kekerasn simbolik berfungsi untuk siswa menjadi tenang dan dapat mengikuti prses belajar mengajar 2. Guru dapat mengendalikan siswa yang sedang tantru karena memang siswa yang sedang tantru biasaya membahayak orang lain atas dasar ini juga guru disarankan supaya bahasa yang digunakan tidak terlalu kasar supaya tidak menggangu psikologis anak Kata kunci : kekerasan simbolik, bentuk kekerasan simbolik, tujuan dan sebab melakukan kekerasan simbolik Abstract National education goals can not be separated from the role of parent families and educational institutions such as schools, the school is not only devoted against normal children saj but also to children with special needs such as autistic children birth formal education for children with autism is very helpful parents to children with autism themselves acceptable in socity and can help the process of their interaction and help interest and talent in autistic children themselves in practice happened a lot symbolic violence indeed symbolic violence itself does not escape the naked eye and also did a lot of people who do not know bahwasannya they did make symbolic violence teachers, parents that aware they perform symbolic violence, symbolic violence is not visible but it is symbolic violence took place through discussion of teachers reflects a message and it is interpreted in a symbol which in the language of hiden intent and purpose of an action. This type of research is using methods of qualitative and descriptive because it aims describe observed object location of this research is in the SLB subject in research are principals, teachers, and parents of students techniques of data collection itself is the observation of participation, interview , documentation and use reduksi data analysis, presentation of data, drawing conclusions. The results of this study apparently showing that the forms of symbolic violence is 1. Warning 2. Threats 3. Prohibition 4. Physical violence without disadir indeed symbolic violence teachers because students want to learn 1. 2. 3. Disrupting a friend or a teacher or a Tantrum rampage and teachers also perform communal violence symbolic function for the students to be quiet and be able to follow the teaching and learning prses 2. the teacher can control the students who are tantrum because students are being tantru usually edanger others on the basis of the teacher is also recommended that the language used is not too rough so as not to interfere with the child psychologically Keywords: symbolic violence, forms of symbolic violence, because the purpose and symbolic violence

Page 1 of 3 | Total Record : 28