cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Inspirasi Manajemen Pendidikan
  • inspirasi-manajemen-pendidikan
  • Website
ISSN : -     EISSN : 22528253     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 80 Documents
Search results for , issue "Vol 4, No 1 (2016): Inspirasi Manajemen Pendidikan" : 80 Documents clear
IMPLEMENTASI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH UNTUK PENINGKATAN KINERJA GURU DI SDN BABATAN 1/456 SURABAYA Suntari,
Inspirasi Manajemen Pendidikan Vol 4, No 1 (2016): Inspirasi Manajemen Pendidikan
Publisher : Inspirasi Manajemen Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The headmaster’s supervision could help the improvement of teachers’ performance. The headmaster may havedirect supervision for teachers in order to know their difficulties, weaknesses, and needs during teaching and learning process. This research is purposed to describe the implementation of headmaster’s supervision to improve teachers’ performance at Elementary School 1/456 Babatan, Surabaya. The research used qualitative approach with case study plan. The way of the researcher to collect data was by interviewing, observing and documenting. The data analysis was by data reduction, data presentation, and data verification.After that, to know the validity of the data, the researcher used credibility, dependability, transferability, and conformability. The result of the research is: 1) the implementation of headmaster’s supervision at elementary school 1/456 babatan, surabaya has an important purpose which is to improve teachers’ performance. The headmaster’s supervision implements the two techniques, visiting the class and observing the class. It has flexible principle, friendly way and even professional. The headmaster’s supervision which used class visited technique is happened without the plan and teachers’ agreement because it is sudden action of the headmaster. Meanwhile, class observation technique is happened with a proper plan between teachers and headmaster to take the supervising activity. The implementation of headmaster’s supervision focused on teachers’ performance. Next, measuring and scoring the teachers’ performance is calculated by supervision instrument. 2) the teachers’ performance can be seen from the four competences such as teaching preparation, right media, teaching materials, and students’ task. The teaching preparation at elementary school 1/456 babatan, surabaya is by lesson plans while the media is facilitated based on the theme that would be taught to students. Teachers at elementary school 1/456 babatan, surabaya could master the materials by learning it first. Trough the lesson plans and the right media, teachers could master the materials well. Next, teachers at Elementary School 1/456 Babatan, Surabaya give students’ task in order to raise the students’ responsibility. Key words: headmaster’s supervision, teachers’ performance
PERBEDAAN PROKRASTINASI AKADEMIK DAN KEMANDIRIAN BELAJAR PADA SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER DAN SISWA YANG TIDAK MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER KELAS X DI SMKN 2 BLITAR FATMALA, RENY
Inspirasi Manajemen Pendidikan Vol 4, No 1 (2016): Inspirasi Manajemen Pendidikan
Publisher : Inspirasi Manajemen Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Prokrastinasi akademik merupakan sikap penundaan tugas yang dimiliki oleh tiap siswa. Kemandirian belajar merupakan sikap siswa yang mampu mengelola kegiatan belajarnya secara mandiri. Terdapat kasus yang muncul di SMKN 2 Blitar, yakni prokrastinasi akademik dan kemandirian belajar siswa yang mengikuti ekstrakurikuler lebih tinggi daripada siswa yang tidak mengikuti ekstrakurikuler. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah perbedaan prokrastinasi akademik dan kemandirian belajar antara siswa yang mengikuti ekstrakurikuler dan siswa yang tidak mengikuti ekstrakurikuler kelas X di SMKN 2 Blitar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif komparatif. Populasi dalam penelitian ini adalah kelas X dengan sampel sebanyak 165 siswa yang mengikuti ekstrakurikuler dan 179 siswa yang tidak mengikuti ekstrakurikuler. Analisis data penelitian ini menggunakan uji t dua sampel independen. Hasil penelitian pada variabel prokrastinasi akademik yang telah diuji yaitu siswa yang mengikuti ekstrakurikuler memiliki rata-rata sebesar 38,10, sedangkan siswa yang tidak mengikuti ekstrakurikuler memiliki rata-rata sebesar 37,78. Berdasarkan hasil analisis data uji t dua sampel independen pada variabel prokrastinasi akademik memperoleh nilai signifikansi 0,605 > 0,05, maka artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada prokrastinasi akademik siswa yang mengikuti ekstrakurikuler dan siswa yang tidak tidak mengikuti ekstrakurikuler. Hasil penelitian pada variabel kemandirian belajar yang telah diuji yaitu siswa yang mengikuti ekstrakurikuler memiliki rata-rata sebesar 104,16, sedangkan siswa yang tidak mengikuti ekstrakurikuler memiliki rata-rata sebesar 97,98. Berdasarkan hasil analisis data uji t dua sampel independen pada variabel kemandirian belajar memperoleh nilai signifikansi 0,000 < 0,05, maka artinya terdapat perbedaan yang signifikan pada kemandirian belajar siswa yang mengikuti ekstrakurikuler dan siswa yang tidak tidak mengikuti ekstrakurikuler. Kata Kunci : prokrastinasi akademik, kemandirian belajar, dan ekstrakurikuler Abstract This Academic procrastination is a students’ procrastination habitual in doing the tasks.Independent learning is considered as a habit that is able to manage their learning activities indepently. There were many cases that appeared in SMKN 2 Blitar. Those were students’ academic procrastination and independent learning who joined extracurricular was higher than th students who did not join.This research has aimed to know whether there were any differences of academic procrastination and independent learning between students who joined extracurricular and students who did not join extracurricular in tenth graders of SMKN 2 Blitar. It used a quantitative approach. The populations in this study were the tenth graders of 165 students who joined extracurricular and 179 students who did not join extracurricular. The researcher used two independent samples t-test as the data analysis technique. In the academic procrastination variables, it showed that the average of students who joined extracurricullar was 38.10, while the average of the students who did not join extracurricular was 37.78. In addition, the results of the data which were analyzed by two independent samples t test on academic procrastination variables showed 0.605 > 0.05 which mean there was no significant differences of academic procrastination between the students who joined extracurricular and the students who did not join extracurricular. In the independent learning variables , it showed that the average of students who joined extracurricullar was 104.16, while the average of the students who did not join extracurricular was 97.98. In addition, the results of the data which were analyzed by two independent samples t test on independent learning variables showed 0.000 < 0.05 which mean there was significant differences of independent learning between the students who joined extracurricular and the students who did not join extracurricular. Keyword : akademic procrastination, independent learning, extracurricular
PENGARUH STRATEGI BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN SISWA DALAM MEMILIH MADRASAH ALIYAH NEGERI TUBAN SUPRIYANI,
Inspirasi Manajemen Pendidikan Vol 4, No 1 (2016): Inspirasi Manajemen Pendidikan
Publisher : Inspirasi Manajemen Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, lokasi, dan bukti fisik secara parsial terhadap keputusan siswa dalam memilih MAN Tuban, serta mengetahui pengaruh produk, harga, lokasi, dan buti fisik secara bersama-sama terhadap keputusan siswa memilih MAN Tuban. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis linear berganda, dengan menggunakan uji simultan dan uji parsial. Sampel yang diambil sebanyak 81 siswa kelas X MAN Tuban dengan menggunakan teknik simple random sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa produk, harga, lokasi, dan promosi secara bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan siswa memilih MAN Tuban sebesar 48,6%. Hasil uji secara parsial diperoleh bahwa produk dan harga tidak berpengaruh terhadap keputusan siswa memilih MAN Tuban, sedangkan lokasi memiliki nilai signifikan 0,001 <0,05 dan nilai t hitung sebesar 3.463 yang > 1,99. Selain itu variabel bukti fisik memberikan pengaruh dengan nilai signifikan 0,009 < 0,05 dan nilai t hitung 2.690 > 1,99. Hal ini menunjukan bahwa diantara produk, harga, lokasi, dan bukti fisik hanya variabel lokasi dan bukti fisik yang mempengaruhi keputusan siswa memilih MAN Tuban. Kata kunci: produk, harga, lokasi, sarana fisik, keputusan memilih Abstract The research is to find out of the marketing mix consist product, price, location, dan physical evidence to decision making student in choosing MAN Tuban.The method used multiple linear regression analysis,using simultaneous test and partial test. Samples taken many as 81 student class X MAN Tuban using simple random sampling technique. The result of this researh indicate that the product, price, location and physical evidence jointly influence the decision in choosing MAN Tuban of 48,6%. In partial test (t test) was known product and price not influene the desicion in choosing MAN Tuban. Whereas variable location partially significant value of 0, 001 < 0,05 and t value of3.463 which > t table 1,99. And variabel physical partially significant value of 0,009 < 0,05 and t value of2.690 which > t table 1,99. This shows amongst product, price, location, and physical evidence only location and physical evidence that effect student decision in choosing MAN Tuban.   Keyword: Product, price, location, physical evidence, desicion in choosing
PERBEDAAN KEMANDIRIAN BELAJAR ANTARA SISWA MENDAPATKAN JAM PELAJARAN TAMBAHAN DAN SISWA TIDAK DENGAN JAM PELAJARAN TAMBAHAN DI KELAS XI SMA AL-ISLAM KRIAN Lovenia, Nonik
Inspirasi Manajemen Pendidikan Vol 4, No 1 (2016): Inspirasi Manajemen Pendidikan
Publisher : Inspirasi Manajemen Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah perbedaan kemandirian belajar antara siswa yang mendapatkan jam pelajaran dan siswa yang tidak mendapatkan jam pelajaran di kelas XI SMA Al-Islam Krian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah kelas XI IPA dan IPS SMA Al-Islam Krian dengan sampel sebanyak 116 siswa yang mengikuti jam pelajaran tambahan dan 116 siswa yang tidak mengikuti jam pelajaran tambahan. Penelitian variabel kemandirian belajar menggunakan angket likert dengan skor minimal 1 dan skor maksimal 4. Dari hasil uji validitas dan reliabilitas diperoleh hasil yaitu angket kemandirian belajar sebanyak 22 item. Data yang diperoleh dari penelitian di uji prasyaratkan terlebih dahulu dengan uji normalitas dan homogenitas kemudian dianalisis menggunakan uji t dua sampel independen.Hasil penelitian yang telah diuji yaitu siswa yang mendapatkan jam pelajaran tambahan memiliki rata-rata sebesar 60,97, sedangkan siswa yang tidak mengikuti jam pelajaran tambahan memiliki rata-rata sebesar 63,29. Berdasarkan hasil analisis data uji t dua sampel independen pada variabel kemandirian belajar memperoleh 0,035 < 0,05, maka H1 diterima yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan pada kemandirian belajar siswa dengan jam pelajaran tambahan dan siswa tidak dengan jam pelajaran tambahan. Kata Kunci: Kemandirian belajar, Jam Pelajaran Tambahan. Abstract This research has aimed to know whether there were any difference of independent learning between the students who got the additional classes and students who did not, in eleventh grade of SMA Al-Islam Krian. It used a quantitative approach. The populations in this study were the eleventh graders of science and social in SMA Al-Islam Krian. They were 116 students who took the additional classes and 116 students who did not. To measure the students’ independent learning, the researcher used the questionnaire proposed by Likert scale. He stated that the minimum score is one and the maximum score is four. After the researcher measured the validity and the reliability of questioner, she obtained 22 items which were valid and reliable. The data were measured using normality and homogenity test. Then it would be analyzed by using two independent samples t-test. After analyzing the data, it showed that the average of students who got additional classes was 60.97, while the average of the students who did not got the additional classes was 63.29. In addition, the results of the data which were analyzed by two independent samples t test on independent learning variables showed 0.035 <0.05 which mean H1 was accepted. It can be concluded that there were significant differences of independent learning between the students who got the additional classes and the students who did not. Keywords:Independent Learning, Additional Classes.
PERBEDAAN KEMANDIRIAN BELAJAR ANTARA SISWA MENDAPATKAN JAM PELAJARAN TAMBAHAN DAN SISWA TIDAK DENGAN JAM PELAJARAN TAMBAHAN DI KELAS XI SMA AL-ISLAM KRIAN Lovenia, Nonik
Inspirasi Manajemen Pendidikan Vol 4, No 1 (2016): Inspirasi Manajemen Pendidikan
Publisher : Inspirasi Manajemen Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah perbedaan kemandirian belajar antara siswa yang mendapatkan jam pelajaran dan siswa yang tidak mendapatkan jam pelajaran di kelas XI SMA Al-Islam Krian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah kelas XI IPA dan IPS SMA Al-Islam Krian dengan sampel sebanyak 116 siswa yang mengikuti jam pelajaran tambahan dan 116 siswa yang tidak mengikuti jam pelajaran tambahan. Penelitian variabel kemandirian belajar menggunakan angket likert dengan skor minimal 1 dan skor maksimal 4. Dari hasil uji validitas dan reliabilitas diperoleh hasil yaitu angket kemandirian belajar sebanyak 22 item. Data yang diperoleh dari penelitian di uji prasyaratkan terlebih dahulu dengan uji normalitas dan homogenitas kemudian dianalisis menggunakan uji t dua sampel independen.Hasil penelitian yang telah diuji yaitu siswa yang mendapatkan jam pelajaran tambahan memiliki rata-rata sebesar 60,97, sedangkan siswa yang tidak mengikuti jam pelajaran tambahan memiliki rata-rata sebesar 63,29. Berdasarkan hasil analisis data uji t dua sampel independen pada variabel kemandirian belajar memperoleh 0,035 < 0,05, maka H1 diterima yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan pada kemandirian belajar siswa dengan jam pelajaran tambahan dan siswa tidak dengan jam pelajaran tambahan. Kata Kunci: Kemandirian belajar, Jam Pelajaran Tambahan. Abstract This research has aimed to know whether there were any difference of independent learning between the students who got the additional classes and students who did not, in eleventh grade of SMA Al-Islam Krian. It used a quantitative approach. The populations in this study were the eleventh graders of science and social in SMA Al-Islam Krian. They were 116 students who took the additional classes and 116 students who did not. To measure the students’ independent learning, the researcher used the questionnaire proposed by Likert scale. He stated that the minimum score is one and the maximum score is four. After the researcher measured the validity and the reliability of questioner, she obtained 22 items which were valid and reliable. The data were measured using normality and homogenity test. Then it would be analyzed by using two independent samples t-test. After analyzing the data, it showed that the average of students who got additional classes was 60.97, while the average of the students who did not got the additional classes was 63.29. In addition, the results of the data which were analyzed by two independent samples t test on independent learning variables showed 0.035 <0.05 which mean H1 was accepted. It can be concluded that there were significant differences of independent learning between the students who got the additional classes and the students who did not. Keywords:Independent Learning, Additional Classes.
ANALISIS KOMPONEN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN (STUDI KASUS DI RUMAH BAHASA SURABAYA) CHOIRUN NISAK, ALIVIA
Inspirasi Manajemen Pendidikan Vol 4, No 1 (2016): Inspirasi Manajemen Pendidikan
Publisher : Inspirasi Manajemen Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, mendeskripsikan, dan menganalisis komponen pembiayaan pendidikan di Rumah Bahasa Surabaya, dengan sub fokusnya yaitu: (1) komponen yang dibiayai, (2) sumber pembiayaan pendidikan, (3) tata cara pengalokasian biaya pendidikan, (4) akuntabilitas pembiayaan pendidikan. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan rancangan penelitian studi kasus. Pengumpulan data yang dilakukan menggunakan teknik wawancara semi terstruktur, observasi terbuka, dan studi dokumentasi. Analisis data dilakukan pada saat sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah di lapangan. Supaya dapat meningkatkan kepercayaan, maka dilaksanakan pengecekkan keabsahan data melalui credibility, transferability, dependability, dan confirmability. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) komponen yang dibiayai di Rumah Bahasa Surabaya adalah biaya langsung yang terdiri dari biaya operasional pembelajaran dan biaya personalia; (2) sumber pembiayan pendidikan di Rumah Bahasa Surabaya berasal dari Pemerintah Kota Surabaya; (3) Tata cara pengalokasian biaya pendidikan di Rumah Bahasa Surabaya berdasarkan kebutuhan yang dianggarkan dalam setahun; (4) akuntabilitas pembiayaan pendidikan di Rumah Bahasa Surabaya berada pada lingkungan pengelola keuangannya yaitu di lingkungan Bagian Kerjama Pemerintah Kota Surabaya dengan menggunakan akuntabilitas vertikal, eksternal, dan sistem serta dipengaruhi oleh beberapa unsur yang mempengaruhi keberhasilan akuntabilitas yaitu kepemimpinan, koordinasi, serta legitimasi dan akseptasi. Kata Kunci: Komponen pembiayaan, pembiayaan pendidikan Abstract This research aims to discover, to describe, and to analyse components of educational funding in Rumah Bahasa Surabaya, with its focuses, which are: 1) funded components; 2) resource of educational funding, 3) procedure of educational funding allocation. 4) accountability of educational funding. Qualitative data research and case study was implemented during the research. Semi-structured interview, open-observation, and documentation study were applied as data collection technique. Data analysis was done before, during, and after getting involved in the field. The validity was checked through credibility, transferability, dependability, and confirmation. The results shows that (1) the funded components in Rumah Bahasa Surabaya are direct fund consisted operational learning fund and personal fund; (2) resource of the funding is originally from Surabaya Government; (3) procedure of educational funding allocation in Rumah Bahasa Surabaya is based on planned requirements in a year; (4) Accountability of educational funding in Rumah Bahasa Surabaya is positioned on its funding management area that is in Division of Cooperation in Rumah Bahasa Surabaya by using vertical and external accountability and its system, and it is influenced with several aspects with affect the success of accountability that is, leadership, coordination, legitimacy, and acceptance. Keyword: component of funding, educational funding
KETERAMPILAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DALAM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI 3 (TIGA) SD NEGERI DI KABUPATEN GRESIK JANNAH, SHOFIYATUL
Inspirasi Manajemen Pendidikan Vol 4, No 1 (2016): Inspirasi Manajemen Pendidikan
Publisher : Inspirasi Manajemen Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

    Abstrak Penyelenggaraan pendidikan inklusif memerlukan adanya keterampilan manajerial kepala sekolah. Keterampilan manajerial dibutuhkan dalam mengelola komponen-komponen keberhasilan penyelenggaraan pendidikan inklusif yang terdiri dari tenaga pendidik, sarana dan prasarana, peserta didik, dan adanya dukungan orang tua. Keterampilan manajerial meliputi tiga macam bidang keterampilan yaitu, keterampilan konseptual, teknik, dan hubungan manusia. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode kualitatif dengan rancangan peneltian fenomenologi. Peneliti ingin mendeskripsikan pengalaman kepala sekolah selama menjalankan sekolah inklusif ditinjau dari segi keterampilan manajerialnya. Subjek dari penelitian ini adalah tiga kepala sekolah yaitu di SDN 1 Tlogopatut, SDN 7 Sidokumpul dan SDN Mriyunan. Hasil penelitian ini menemukan bahwa dua dari tiga keterampilan manajerial telah dikuasai oleh setiap kepala sekolah meliputi keterampilan konseptual dan hubungan manusia. Sedangkan untuk keterampilan teknis, setiap kepala sekolah memiliki tingkat pemahaman yang berbeda. Keterampilan konseptual berhubungan dengan tingkat pemahaman kepala sekolah akan penyelenggaraan pendidikan inklusif. Setiapkepala sekolah telah memahami konsep, prinsip dan kebijakan penyelenggaraan inklusif dibuktikan dengan pemahaman kepala sekolah akan pentingnya ketersediaan GPK, ABK, sarana prasarana aksesibilitas dan dukungan orang tua. Keterampilan teknis berperan dalam mengelola sarana prasarana aksesibilitas bagi ABK. Setiap kepala sekolah telah berusaha menyediakan sarana prasarana aksesibilitas di sekolahnya meskipundengan tingkat pemahaman yang berbeda dalam berbagai metode, prosedur maupun media untuk membimbing ABK. Keterampilan hubungan manusia berperan dalam mengelola tenaga pendidik, peserta didik, maupun menjalin dukungan orang tua telah dipahami dan dilaksanakan dengan adanya komunikasi, kerjasama dan pemberian motivasi. Kata Kunci: strategi pemasaran, hambatan, usaha menghadapi hambatan Abstract Inclusive education program needs the principal’s managerial skill. The managerial skill is needed to manage some factors for inclusive education such as educators, facilities, learners, and parents’ supports. The managerial skill covers three skills; they are conceptual skill, technique, and human relationship. This study uses qualitative approach with phenomenology research design. The researcher wants to describe the principal’s experience in implementing inclusive education program from his or her managerial skill. Subjects of the study are three principals from Elementary School 1 Tlogopatut, Elementary School 7 Sidokumpul, and Elementary School Mriyunan. Result of the study shows two of three managerial skills have been mastered by the principals include conceptual skill and human relationship. However, the principals have different understanding for technical skill. Conceptual skill is associated with the principal’s understanding for the implementation of inclusive education program. Each principle has understood the concept, rule and policy of the implementation of inclusive education which is proven by the availabilities of GPK, ABK, facilities, and parents’ supports. Technical skill has a role in managing the facilities for ABK. Each principle has been trying to provide proper facilities at school although in different understanding of methods, procedures, or media for ABK. Meanwhile, human relationship skill has a role in managing educators, learners, or establishing parents’ supports that already understood and implemented though communication, cooperation, and motivation. Key words: conceptual skill, technical skill, human relationship skill, inclusive education
STRATEGI KEPALA PERPUSTAKAAN UNTUK MEMPEROLEH AKREDITASI PERPUSTAKAAN SEKOLAH NASIONAL DI SEKOLAH DASAR NEGERI PAPAR II KABUPATEN KEDIRI WAHYUNI, SRI
Inspirasi Manajemen Pendidikan Vol 4, No 1 (2016): Inspirasi Manajemen Pendidikan
Publisher : Inspirasi Manajemen Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perpustakaan sekolah yang berkualitas yaitu jika telah memenuhi syarat-syarat kualitas yang telah ditentukan sebagaimana fungsi dan tujuan dari perpustakaan itu. Kualitas perpustakaan dapat diukur berdasarkan standar acuan yang disebut dengan akreditasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode kualitatif dengan rancangan peneltian deskriptif.Peneliti ingin mendeskripsikan dan menganalisis strategi kepala perpustakaan untuk memperoleh akreditasi perpustakaan sekolah nasional.Subjek dari penelitian ini adalah kepala perpustakaan, petugas perpustakaan, kepala sekolah, guru, dan siswa SDN Papar II. Hasil penelitian ini menemukan bahwastrategi yang dilakukan kepala perpustakaanSekolah Dasar Negeri Papar II untuk memperoleh akreditasi perpustakaan sekolah nasional yaitu pengadaan buku-buku, pengadaan sarana prasarana, penataan perlengkapan yang ada di perpustakaan, katalogisasi serta pengembangan SDM. Faktor pendukungadanya nomor pokok perpustakaan (NPP), gedung perpustakaan sudah mencapai luas 144 m² dan terdapat area baca, area kerja dan area rak buku dan buku-bukunya tertata rapi, adanya struktur kepengurusan perpustakaan, hubungan yang terjalin antara petugas perpustakaan dan kepala perpustakaan cukup baik, jumlah koleksi bahan pustaka sudah memenuhi standar perpustakaan sekolah nasional sebanyak 2931, dan SDM yang profesional, sedangkan faktor penghambat yaitu fungsi pelayanan informasi belum maksimal karena belum ada koneksi wifi, pendanaan yang masih kurang, sarana dan prasarana yang belum lengkap, pengadaan buku yang masih kurang, dan dukungan kepala sekolah yang kurang kuat. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan yaitu mencari pendanaan melalui Dinas Pendidikan atau melalui Rapat Komite Sekolah, pengadaan sarana dan prasarana yang kurang, pengadaan buku, dan memberikan pengarahan kepada kepala sekolah bahwa akreditasi ini penting untuk memajukan sekolah dan meningkatkan citra sekolah kepada pihak luar. Kata Kunci: strategi kepala perpustakaan, akreditasi perpustakaan sekolah School library qualified if has already fulfilled quality requirement which has decided in order to make library run as its function and purpose. Library quality can be measured based standard that is accreditation. This study applied qualitative method approach with descriptive study design. Researcher want to described and analyzed library head’s strategy to acquired national school library accreditation. Study subject were library head, librarian, principal, teacher, and student of SDN Papar II. Study result showed that strategy which conducted by library head of SDN Papar II to obtained national school library accreditation namely books provisioning, infrastructure provisioning, equipment ordering which has existed in library, cataloging and as well as human resource development. Supporting factor was the library main number (NPP), library building was 144 m2 width and has a reading area, work area and rack book area and its book has well ordered, there is a library management, relation which weaved between librarian and head of library well enough, the amount of book collection has fulfilled national school library standard as many 2931, and professional human resources, while for the inhibiting factors were information service function which not maximal since there was no wifi connection, lack of funding, incomplete infrastructure, book provisioning which still low, and principal’s support that was not strong enough. Efforts which conducted to overcome obstacles namely look for finding through education department or through school committee meeting, the low of infrastructure provisioning, and deliver direction to principal that accreditation is important to develop school and improved school image to outside party. Keywords: library head strategy, school library accreditation
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN REGROUPING(STUDI KASUS DI SD NEGERI BANJARSARI 1 KECAMATAN TRUCUK KABUPATEN BOJONEGORO) Gusti Ferina, Tefany
Inspirasi Manajemen Pendidikan Vol 4, No 1 (2016): Inspirasi Manajemen Pendidikan
Publisher : Inspirasi Manajemen Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sebuah kebijakan yang telah ditetapkan oleh kepala daerah selalu ditindaklanjuti dengan implementasi kebijakan, salah satunya adalah kebijakan pendidikan tentang penggabungan sekolah dasar/ regrouping. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui, mendeskripsikan dan menganalisis 1) proses implementasi kebijakan regrouping di SD Negeri Banjarsari 1 Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro; 2) analisis proses implementasi kebijakan regrouping di SD Negeri Banjarsari 1; 3) faktor penghambat implementasi kebijakan regrouping di SD Negeri Banjarsari 1; (4) upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam implementasi kebijakan regrouping di SD Negeri Banjarsari 1. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara mendalam, dan studi dikumentasi. Teknik analisa data menggunakan triangulasi data dan membercheck. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) proses implementasi kebijakan regrouping dijabarkan dalam tiga tahapan, yaitu tahap interpretasi, tahap pengorganisasian dan tahap aplikasi; 2) analisis proses implementasi kebijakan regrouping dipengaruhi oleh dua variabel besar yaitu, isi kebijakan dan lingkungan kebijakan; 3) hambatan dalam implementasi kebijakan regrouping berasal dari paguyuban kelas yang dinilai belum memahami tujuan dari implementasi kebijakan; 4) upaya untuk menghadapi hambatan adalah melakukan pemahaman kepada paguyuban kelas dalam bentuk sosialisasi. Kata kunci:kebijakan regrouping, implementasi kebijakan regrouping Policies that have been officially decided by the head of local government will be always followed up by their implementations. One out of which is the implementation of elementary school regrouping. This study was intended to identify, describe, and analyze the following aspects: 1) the process of the implementation regrouping policy on State Elementary School 1 Banjarsari, Trucuk, Bojonegoro Regency; 2) the analysis of the process of implementation regrouping policy on State Elementary School 1 Banjarsari; 3) the obstructing factors in implementing the regrouping policy on State Elementary School 1 Banjarsari; and (4) the possible efforts to deal with the obstacles when implementing the regrouping policy on State Elementary School 1 Banjarsari. Furthermore, this study employed qualitative approach descriptive data. Meanwhile, the techniques used for collecting the data were observation, in-depth interview, and documentation. Moreover, the data analysis was executed by using data triangulation and member-checking. Therefore, this study revealed that: 1) the process of the implementation regrouping policy was explored through three main stages; they were interpretation, organization and application.; 2) the analysis on the process of implementation regrouping policy was influenced by two major variables, which were content and context of policy; 3) the obstructing factors during the implementation regrouping policy referred to the students’ parents that were united in a classroom organization that was viewed lack of understanding about the goals of the implementation policy; and 4) the efforts to deal with such obstructions could be by strengthening the understanding generated by the classroom organization in the form of well-prepared socialization. Keywords:regrouping policy, implementation regrouping policy
HUBUNGAN IKLIM SEKOLAH DAN SARANA PRASARANA SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI SISWA DI MA NEGERI SIDOARJO HIDAYATULLAH, ARIEF
Inspirasi Manajemen Pendidikan Vol 4, No 1 (2016): Inspirasi Manajemen Pendidikan
Publisher : Inspirasi Manajemen Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Motivasi berprestasi sangat dibutuhkan oleh siswa agar dapat berprestasi. Salah satu faktor terpenting untuk menumbuhkan motivasi tersebut adalah iklim sekolah yang baik dan memenuhi kebutuhan rasa aman bagi siswa. Selain itu, juga dibutuhkan sarana prasarana sekolah yang baik agar dapat menunjang proses pembelajaran di sekolah.Oleh karenanya, penelitian ini bertujuan untuk mengukur hubungan antara iklim sekolah dan sarana prasarana sekolah terhadap motivasi berprestasi siswa di MA Negeri Sidoarjo. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional.Sampel dalam penelitian ini berjumlah 308 siswa yang didapat melalui teknik sampling proportionate stratified random sampling, yaitu teknik yang digunakan bila populasi mempunyai anggota yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah angket atau kuisioner. Untuk menguji hipotesis hubungan antara dua variable independen dengan satu variable dependen, data yang didapat kemudian dianalisis menggunakan uji korelasi product moment dan korelasi ganda. Dari hasil analisis data menggunakan uji korelasi ganda, diperoleh nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,458 dan koefisien determinasi sebesar 0,458a = 0,268, yang berarti bahwa variabel independen yaitu iklim sekolah dan sarana prasarana sekolah berhubungan dengan motivasi berprestasi siswa sebesar 26,8 %.Hasil analisis data di atas diharapkan dapat menjadi informasi dan masukan bagi warga sekolah, khususnya di MA Negeri Sidoarjo untuk senantiasa mengoptimalkan motivasi berprestasi siswa dengan meningkatkan iklim sekolah dan sarana prasarana sekolah dalam proses kegiatan pembelajaran di tiap kelas. Kata kunci: Iklim Sekolah, Sarana Prasarana Sekolah, dan Motivasi Berprestasi Siswa Abstract Achievement motivation is needed by students in order to excel. One of the most important factors for motivation is a good school climate and meet the needs of security for students. Moreover, it also takes a good school infrastructure in order to support the learning process in schools. Therefore, this study aims to measure the relationship between school climate and school infrastructure to student achievement motivation in MA State Sidoarjo.This study uses a quantitative approach to the type of correlational research. The sample in this study amounted to 308 students obtained through proportionate stratified random sampling technique sampling, which is a technique that is used when the population have a member that is not homogeneous and stratified proportional. The data collection techniques used in this study was a questionnaire or questionnaires. To test the hypothesis of a relationship between two independent variables with the dependent variable, the data obtained were analyzed using product moment correlation test and multiple correlation.From the analysis of data using multiple correlation test, the value of the correlation coefficient (R) of 0.458 and a coefficient of determination of 0,458a = 0.268, which means that the independent variables are school climate and school infrastructure related to student achievement motivation by 26.8%.The results of the analysis of the above data is expected to be information and advice for residents of the school, especially in the MA State Sidoarjo to continuously optimize student achievement motivation to improve school climate and school infrastructure in the process of learning in each class.Keywords: School Climate, School Infrastructure and Student Achievement Motivation