cover
Contact Name
Anwar Efendi
Contact Email
anwar@uny.ac.id
Phone
+62274550843
Journal Mail Official
litera@uy.ac.id
Editorial Address
Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Depok, Sleman, Yogyakarta Indonesia 55281 litera@uny.ac.id
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Litera
ISSN : 14122596     EISSN : 24608319     DOI : 10.21831
Core Subject : Education,
LITERA is a high quality open access peer reviewed research journal that is published by Faculty of Languages and Arts, Universitas Negeri Yogyakarta. LITERA is providing a platform for the researchers, academicians, professionals, practitioners, and students to impart and share knowledge in the form of high quality empirical original research papers on linguistics, literature, and their teaching.
Articles 12 Documents
Search results for , issue "Vol 16, No 2: LITERA OKTOBER 2017" : 12 Documents clear
REKONTEKSTUALISASI PRAKTIK SOSIAL MEREJUNG DALAM NASKAH ULU PADA KELOMPOK ETNIK SERAWAI DI BENGKULU Sarwit Sarwono; Ngudining Rahayu; Agus Joko Purwadi
LITERA Vol 16, No 2: LITERA OKTOBER 2017
Publisher : Faculty of Languages and Arts, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/ltr.v16i2.15607

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan mendeskripsikan pengetahuan budaya dan praktik sosial merejung dalam tari adat pada kelompok etnik Serawai di Bengkulu. Sumber data penelitian adalah naskah-naskah Ulu, yakni MNB 07.18, MNB 07.30, dan MNB 07.70 (koleksi Museum Negeri Bengkulu). Penelitian ini berbasis filologi dan analisisnya didukung analisis wacana, khususnya discourse and practice. Ketiga teks dalam naskah ditransliterasi dengan menggunakan edisi kritis. Adapun data pengetahuan budaya dan praktik merejung dalam tari adat dikumpulkan melalui pengamatan dan wawancara di desa Ujung Padang dan Nanjungan di Kecamatan Semidang Alas, Kabupaten Seluma. Hasil penelitian sebagai berikut. Pertama, dalam ketiga naskah Ulu tertulis teks rejung (sejenis pantun) sebagaimana yang ditemukan dalam tradisi lisan yang biasa dibawakan secara berbalasan antara bujang dan gadis dalam tari adat pada bimbang (pesta) pernikahan. Kedua, sebagai wacana, ketiga teks Ulu merepresentasikan pengetahuan budaya dan praktik sosial merejung. Ketiga, sebagai wacana, ketiga teks merupakan transformasi dan rekontekstualisasi praktik sosial merejung dari kelompok etnik yang bersangkutan.Kata kunci: teks Ulu, rekontekstualisasi, transformasi, praktik sosial RECONTEXTUALIZATION OF THE SOCIAL PRACTICE OF MEREJUNG IN THE ULU MANUSCRIPT IN THE SERAWAI ETHNIC GROUP IN BENGKULUAbstractThis study aims to describe the cultural knowledge and social practice of merejung in the traditional dance in the Serawai ethnic group in Bengkulu. The data sources were Ulu texts, namely MNB 07.18, MNB 07.30, and MNB 07.70 (a collection of the State Museum of Bengkulu). The study was based on philology and the analysis was supported by discourse analysis, especially discourse and practice. The three texts in the manuscripts were transliterated using a critical edition. The data of the cultural knowledge and practice of merejung in the traditional dance were collected through observations and interviews in Ujung Padang and Nanjungan villages, Semidang Alas District, Seluma Regency. The findings are as follows. First, in the three Ulu manuscripts, rejung (a kind of pantun) texts are written as they are found in the oral tradition which is usually performed in an exchange between a boy and a girl in a traditional dance in a wedding bimbang (party). Second, as a discourse, all the three Ulu texts represent the cultural knowledge and social practice of merejung. Third, as a discourse, the three texts are the transformation and recontextualization of the social practice of merejung in the ethnic group concerned.Keywords: Ulu texts, recontextualization, transformation, social practice
MAKNA SEMIOTIS NAMA-NAMA MAKANAN DALAM SESAJI SELAMATAN TINGKEBAN DI DUKUH PELEM, KABUPATEN WONOGIRI Imam Baehaqie
LITERA Vol 16, No 2: LITERA OKTOBER 2017
Publisher : Faculty of Languages and Arts, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/ltr.v16i2.15459

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan mendeskripsikan makna semiotis nama-nama makanan dalam sesaji selamatan mitoni atau tingkeban. Data dalam penelitian ini berupa leksikon nama-nama makanan sesaji selamatan tingkeban di Dukuh Pelem, Watangrejo, Pracimantoro, Wonogiri. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan metode simak (observasi) dan cakap (wawancara). Analisis data dengan metode etnosains dengan menerapkan teori segi tiga makna. Penyajian hasil analisis dengan metode deskriptif formal dan informal. Hasil penelitian sebagai berikut. Pertama, terdapat sembilan nama makanan dalam sesaji tingkeban, yaitu: tumpeng pitu, tumpeng bathok bolu, tumpeng playon, sega rogoh, sega gendhong, sega guyeng, jenang procot, jenang baro-baro, dan klapa gadhing. Nama-nama tersebut dapat diklasifikasi ke dalam empat kategori, yaitu tumpeng, sega, jenang, dan jajanan. Kedua, pada leksikon nama-nama makanan sesaji selamatan tingkeban tercermin pemikiran pelaku sesaji yang berisi pesan moral yang adiluhung, yaitu adanya harapan keselamatan dalam kehamilan yang telah mencapai usia tujuh bulan.Kata kunci: makna semiotis, nama makanan sesaji, selamatan tingkebanSEMIOTIC MEANINGS OF FOOD NAMES IN THE TINGKEBAN RITUAL IN DUKUH PELEM, WONOGIRI REGENCYAbstractThis study aims to describe the semiotic meanings of food names in the mitoni or tingkeban ritual. The research data are the lexicon of food names in the tingkeban ritual in Dukuh Pelem, Watangrejo, Pracimantoro, Wonogiri. The data were collected through observations and interviews. They were analyzed using the ethnoscience method by applying the theory on the triangle of meaning. The results of the analysis were presented by means of the formal and informal descriptive methods. The research findings are as follows. First, there are nine food names in the tingkeban ritual, i.e. tumpeng pitu, tumpeng bathok bolu, tumpeng playon, sega rogoh, sega gendhong, sega guyeng, jenang procot, jenang baro-baro, and klapa gadhing. The names can be classified into four categories, namely tumpeng, sega, jenang, and jajanan pasar. Second, the lexicon of the food names in the tingkeban ritual reflects the ritual participants’ cognition containing noble moral messages, namely the expectation of safety in the pregnancy that has reached the age of seven months.Keywords: semiotic meanings, ritual food names, tingkeban ritual
VITALITAS BAHASA SUNDA DI KABUPATEN BANDUNG Wagiati Wagiati; Wahya Wahya; Sugeng Riyanto
LITERA Vol 16, No 2: LITERA OKTOBER 2017
Publisher : Faculty of Languages and Arts, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/ltr.v16i2.14357

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk membuktikan vitalitas (daya hidup, tingkat kesehatan) bahasa Sunda menghadapi bahasa Indonesia. Penelitian itu berancangan kuantitatif dengan menggunakan dua variabel bebas, yakni penggunaan bahasa Sunda yang dihadapkan dengan bahasa Indonesia dan kelompok pengguna bahasa Sunda sebagai bahasa pertama, yakni keluarga asli Sunda yang bermukim di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Variabel terikatnya adalah pilihan bahasa, yakni bahasa Sunda atau bahasa Indonesia. Hasil penelitian membuktikan bahwa vitalitas bahasa Sunda kuat pada ranah kekeluargaan, transaksional, dan kekariban; tetapi lemah pada ranah kedinasan dan orang tidak dikenal. Dari segi kesepakatan, ranah keluarga, transaksional, dan kekariban juga menduduki tempat yang tinggi dibandingkan ranah kedinasan dan orang tidak dikenal. Penggunaan terbanyak bahasa Sunda ada pada ranah kekeluargaan, terutama pada saat informan berbicara dengan kakek/nenek dan ayah/ibu. Bahasa Sunda berkurang vitalitasnya pada ranah kedinasan dan ranah orang tidak dikenal.Kata kunci: vitalitas bahasa, bahasa pertama, bahasa Sunda THE VITALITY OF THE SUNDANESE LANGUAGE IN BANDUNG REGENCYAbstractThis study aims to prove the vitality of the Sundanese language to face the Indonesian language. This was a quantitative study involving two independent variables, namely the use of the Sundanese language to confront the Indonesian language and groups of users of the Sundanese language as the first language, namely the native Sundanese families living in Bandung Regency, West Java. The dependent variable was the choice of language, i.e. the Sundanese or Indonesian language. The results prove that the vitality of the Sundanese language is strong in the family, transaction, and closeness domains; but it is weak in the official domain and that related to strangers. In terms of agreement, the family, transaction, and closeness domains also occupy a high position compared to the official domain and that related to strangers. The use of the Sundanese language with the highest frequency is in the family domain, especially when the informants talk with grandparents and fathers/mothers. The vitality of the Sundanese language lessens in the official domain and that related to strangers.Keywords: language vitality, first language, Sundanese language
UNCANNY DAN BAYANG-BAYANG KOLONI DALAM NOVEL POSKOLONIAL HINDIA BELANDA Sudibyo Prawiroatmojo
LITERA Vol 16, No 2: LITERA OKTOBER 2017
Publisher : Faculty of Languages and Arts, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/ltr.v16i2.15587

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan: (1) menjelaskan masa repatriasi sebagai pemicu fenomena uncanny; (2) menjelaskan keanehan, keganjilan, ketakutan yang sering muncul pada diri tokoh cerita dari masa lalu kolonialnya; (3) menjelaskan upaya tokoh cerita menghadapi fenomena uncanny. Fenomena tersebut mencakup penampilan ganda yang terjadi secara berulang-ulang, misalnya rumah dan liyan yang membayang-bayangi, ketakutan akan mati serta perulangan-perulangan lain yang terjadi di luar kesadaran. Untuk mengungkap fenomena itu, digunakan metode pembacaan poskolonial yang berasumsi bahwa situasi uncanny hampir selalu hadir dalam novel-novel yang berkisah tentang praktik kolonialisme, khususnya dalam keluarga migran kolonial. Hal ini terjadi karena apa yang diinginkan tidak sesuai dengan yang didapatkan atau yang semula menyenangkan berubah menjadi sesuatu yang menakutkan. Sehubungan dengan itu, digunakan novel-novel poskolonial Hindia Belanda yang berkisah tentang periode 1942-1966, yaitu ketika orang Belanda baik totok maupun Indo mengalami berbagai tindakan kekerasan dan ketidakpastian.Kata kunci: ucanny, novel, pasca repatriasi, poskolonial UNCANNY PHENOMENA AND COLONIAL SHADOWS IN DUTCH INDIES POSTCOLONIAL NOVELSAbstractThis study aims to: (1) explain the period of repatriation as a trigger of uncanny phenomena; (2) explain peculiarities, oddities, and fears that often arise in story characters from their colonial past; and (3) describe story characters’ efforts to face uncanny phenomena. Such phenomena include repeated double appearances, such as shadowy homes and others, fear of death, and other recurrences that occur outside of consciousness. To expose such phenomena, a postcolonial reading method is used by assuming that uncanny situations are almost always present in novels about the practice of colonialism, especially in colonial migrants’ families. This happens because what is desired does not match what is obtained or what is initially joyful turns into something scary. In relation to this, the Dutch Indies postcolonial novels narrating the 1942-1966 period are studied, when the Dutch people, both totok and indo, experienced various acts of violence and uncertainty.Keywords: ucanny, novels, post-repatriation, postcolonial
WOMEN AND THE REPRODUCTION OF LITERARY NARRATIVES IN THE CONSTRUCTION OF NATION Wening Udasmoro
LITERA Vol 16, No 2: LITERA OKTOBER 2017
Publisher : Faculty of Languages and Arts, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/ltr.v16i2.17411

Abstract

AbstractThis study attempts to explore the positioning of women in literary narratives, particularly in the construction of the space known as “nation”. In discussions of nation and nationhood, these two concepts are frequently attributed to men. Questions of nationhood are also considered masculine, as nationhood is itself narrowly defined as nationalism or defense of the state. In such discussions, women are always  excluded, as they are constructed quite differently from men. The narrative of nation is a complex one, in which men and women are differently constructed. Narratives of women are frequently and continuously reproduced, both by men and by women. If, in a social context, narratives of women are continuously reproduced, what are they like in literary narratives that construct the nation? What type of narration of women is constructed? Why is such a construction forefronted? This study specifically explains how women can be continuously present in literature.Keywords: women, construction, narration, nation, literature WANITA DAN REPRODUKSI NARASI SASTRA DALAM KONSTRUKSI BANGSA AbstrakPenelitian ini mencoba mengeksplorasi posisi perempuan dalam narasi sastra, terutama dalam konstruksi ruang yang dikenal sebagai “bangsa”. Dalam diskusi tentang bangsa dan kebangsaan, kedua konsep ini sering dikaitkan dengan laki-laki. Pertanyaan tentang kebangsaan juga dianggap maskulin, karena kebangsaan itu sendiri secara sempit didefinisikan sebagai nasionalisme atau pertahanan negara. Dalam diskusi semacam itu, perempuan selalu dikecualikan, karena dikonstruksi dengan cara yang berbeda dengan laki-laki. Narasi bangsa adalah hal yang kompleks; di dalamnya pria dan wanita dikonstruksi secara berbeda. Narasi perempuan sering dan terus diproduksi ulang, baik oleh pria maupun wanita. Jika dalam konteks sosial narasi perempuan terus-menerus direproduksi, bagaimana narasi perempuan dalam narasi sastra yang mengkonstruksi bangsa? Jenis narasi perempuan apa yang dikonstruksi? Mengapa konstruksi seperti itu dikedepankan? Penelitian ini secara khusus menjelaskan bagaimana wanita dapat terus hadir dalam sastra.Kata kunci: wanita, konstruksi, bangsa, sastra
EKSISTENSI BAHASA DALAM IKLAN TELEVISI INDONESIA Zamzani Zamzani; Yayuk Eni Rahayu; Siti Maslakhah
LITERA Vol 16, No 2: LITERA OKTOBER 2017
Publisher : Faculty of Languages and Arts, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/ltr.v16i2.15971

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan mendeskripsikan bahasa, bentuk lingual, dan keterkaitannya dengan sasaran dan jenis iklan di televisi. Sumber data adalah wacana iklan di televisi. Pengumpulan data dengan observasi dan pencatatan. Analisis data melalui proses pengorganisasian dan kategorisasi menggunakan padan bahasa dan padan pragmatik. Hasil penelitian sebagai berikut. Pertama, bahasa yang digunakan adalah Indonesia dan Inggris. Kedua, bentuk lingual berupa: kalimat bahasa Indonesia, kalimat bahasa Inggris, frase bahasa Inggris, dan kata bahasa Inggris. Ketiga, bahasa Indonesia dan campuran bahasa Indonesia-Inggris digunakan untuk sasaran sosial dan usia umum, sedangkan bahasa Inggris untuk sasaran kelas sosial tinggi dan usia muda. Kempat, bahasa Indonesia digunakan pada iklan produk/jasa pada umumnya, sedangkan bahasa Inggris digunakan pada iklan produk/jasa “mewah” dengan sasaran sosial tinggi dan usia muda. Kelima, kalimat bahasa Indonesia digunakan pada iklan dengan sasaran umum, baik dilihat dari kelas sosial maupun usia, sedangkan kalimat bahasa Inggris digunakan dalam iklan dengan sasaran kelas sosial tinggi dan usia muda.Kata kunci: penggunaan bahasa, bentuk lingual, kelas sosial, dan iklan LANGUAGES IN TELEVISION ADVERTISEMENTS IN INDONESIAAbstractThis study aims to describe languages, lingual forms, and their relevance to the targets and types of advertisements on television. The data sources were advertisements on television. The data were collected through observations and recording. They were analyzed by organizing and categorizing them through language and pragmatic correspondences. The findings are as follows. First, the languages used are Indonesian and English. Second, the lingual forms include Indonesian sentences, English sentences, English phrases, and English words. Third, Indonesian and Indonesian-English mixes are used for the target with the social class and age on average, while English is for the high social class and youth. Fourth, Indonesian is used in product/service advertisements in general, while English is used in “luxury” product/service advertisements for the target with the high social class and young age. Fifth, Indonesian sentences are used in advertisements for the general target in terms of the social class and age, whereas English sentences are used in advertisements for the target with the high social class and young age.Keywords: use of languages, lingual forms, social class, advertisements
GANGGUAN KOMUNIKATIF DALAM TUTURAN LISAN ANAK AUTIS Endang Sumarti
LITERA Vol 16, No 2: LITERA OKTOBER 2017
Publisher : Faculty of Languages and Arts, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/ltr.v16i2.17454

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan mendeskripsikan gangguan komunikatif dalam tuturan lisan anak autis. Data penelitian berupa rekaman dialog tuturan anak autis di Kota Malang. Pengumpulan data menggunakan teknik perekaman dan pengamatan. Hasil penelitian sebagai berikut. Pertama, ekolalia merupakan bentuk pengulangan kata, frasa, atau kalimat dalam tuturan dari orang lain. Kedua, abnormalitas pengucapan meliputi ketidaknormalan dalam proses, cara, dan perbuatan mengucapkan. Suara anak autis cenderung tersendat-sendat, dengan volume yang rendah, dan menunjukkan pola intonasi yang “aneh”. Ketiga, gangguan produksi bahasa yaitu kesulitan dalam menghasilkan kata-kata dari sistem simpanan auditorisnya untuk menyampaikan keinginannya.Kata kunci: gangguan komunikatif, tuturan lisan, anak autis COMMUNICATIVE DISORDERS IN ORAL SPEECH OF AUTISTIC CHILDRENAbstractThis study aims to describe communicative disorders in oral speech of autistic children. The research data were in the form of the recording of dialogues of autistic children in Malang. The data collection used recording and observation techniques. The results of the study are as follows. First, ecolalia is a form of repetition of words, phrases, or sentences in others’ speech. Second, abnormalities of pronunciation include abnormalities in the process, manner, and act of utterance. The voice of an autistic child tends to be halting with a low volume, and shows a “strange” intonation pattern. Third, the language production disorder is the difficulty in generating the words from the auditory deposit system to express ideas.Keywords: communicative disorders, oral speech, autistic children
KISAH MIGRASI EMPU JATMAKA DALAM HIKAYAT RAJA BANJAR DAN TUTUR CANDI Rafiek, Muhammad
LITERA Vol 16, No 2: LITERA OKTOBER 2017
Publisher : Faculty of Languages and Arts, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/ltr.v16i2.13637

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan mendeskripsikan alur dan isi cerita pencarian tanah hangat dan berbau harum oleh Empu Jatmaka dalam teks Hikayat Raja Banjar (HRB) dan Empu Jatmika dalam teks Tutur Candi (TC). Penelitian ini menggunakan teori sastra bandingan nusantara. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode studi perbandingan. Hasil penelitian sebagai berikut. Pertama, Saudagar Mangkubumi dalam teks HRB berpesan kepada Empu Jatmaka tentang tanah hangat dan berbau harum, sedangkan dalam teks TC, bunyi suara yang berpesan kepada Empu Jatmika tentang tanah panas dan berbau harum. Kedua, Empu Jatmaka melakukan migrasi sesuai pesan ayahnya dan pada pencarian pertama tidak berhasil, sedangkan Empu Jatmika melakukan migrasi sesuai pesan bunyi suara, beberapa kali tidak berhasil. Ketiga, Empu Jatmaka berhasil menemukannya di pulau Hujung Tanah berdasarkan pesan ayahnya pada saat tidur tengah hari, sedangkan Empu Jatmika berhasil menemukannya berdasarkan bunyi suara yang memberitahunya. Keempat, Empu Jatmaka mendirikan negeri di Hujung Tanah dan membuat candi di bekas lubang yang digali, sedangkan Empu Jatmika mendirikan negeri Candi Agung dan kerajaan serta gunung yang sangat tinggi dan besar di belakang negeri Kuripan.Kata kunci: tanah hangat, berbau harum, Hikayat Raja Banjar, Tutur Candi THE STORY OF EMPU JATMAKA’S MIGRATION IN HIKAYAT RAJA BANJAR AND TUTUR CANDIAbstractThis study aims to describe the plots and contents of the story of warm and fragrant soil search by Empu Jatmaka in the text of Hikayat Raja Banjar (HRB) and Empu Jatmika in the text of Tutur Candi (TC). The study used the theory on Indonesian comparative literature. The research method was a comparative study method. The findings are as follows. First, Saudagar Mangkubumi in the text of HRB advised Empu Jatmaka about warm and fragrant soil, whereas in the text of TC, a voice advised Empu Jatmika about hot and fragrant soil. Second, Empu Jatmaka migrated in accordance with his father’s message and the first search did not work, while Empu Jatmika migrated in accordance with the voice message, and several times he was unsuccessful. Third, the Empu Jatmaka managed to find the soil in the island of Hujung Tanah based on his father’s message when he took a nap during the middle of the day, while Empu Jatmika managed to find it based on a voice that told him. Fourth, Empu Jatmaka established a country in Hujung Tanah and built a temple in the former excavated hole, while Empu Jatmika established Candi Agung country, a kingdom, and a very high and large mountain behind Kuripan country.Keywords: warm soil, fragrant, Hikayat Raja Banjar, Tutur Candi
NILAI-NILAI KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA PADA SISWA SMK Supriyadi, Supriyadi; Salapa, Siti Nursia
LITERA Vol 16, No 2: LITERA OKTOBER 2017
Publisher : Faculty of Languages and Arts, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/ltr.v16i2.14050

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan mendeksripsikan nilai- nilai karakter dalam pembelajaran keterampilan berbicara. Subjek penelitian adalah 23 siswa kelas X A-3 SMKN 1 Bulango Utara, Kabupaten Gorontalo. Data yang diperoleh berupa hasil observasi proses pembelajaran, hasil wawancara, dan deskripsi hasil studi dokumen. Selanjutnya, data yang terkumpul dianalisis dengan model interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Indonesia di SMK Negeri 1 Bulango Utara belum sepenuhnya mengandung nilai-nilai berkarakter. Nilai-nilai karakter yang selalu muncul adalah jujur, bertanggung jawab, percaya diri, ingin tahu atau cinta ilmu, dan menghargai orang lain. Sementara itu, nilai-nilai karakter yang intensitas kemunculannya kurang dalam setiap pembelajaran adalah bernalar (berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif), santun, dan disiplin. Hasil pembelajaran mencakup hal-hal berikut: (a) objektivitas pembicaraan, (b) kualitas isi pembicaraan, (c) sasaran atau arah pembicaraan, dan (d) gaya berbicara.Kata kunci: keterampilan berbicara, nilai karakter, bahasa Indonesia, siswa SMKMORAL VALUES IN THE LEARNING OF INDONESIAN SPEAKING SKILLSAMONG VOCATIONAL HIGH SCHOOL STUDENTS AbstractThis study aims to describe moral values in the learning of speaking skills. The research subjects were 23 students of Grade X A-3 SMKN 1 Bulango Utara, Gorontalo Regency. The data were the results of observations on the learning process, interviews, and description of the document study. The data were analyzed by the interactive model. The results show that the learning process of Indonesian speaking skills at SMK Negeri 1 Bulango Utara has not fully emphasized moral values. The values that always come up are honesty, responsibity, confidence, curiousity or love of science, and respect for others. Meanwhile, the values that rarely appear in learning are reasoning (logical, critical, creative, and innovative thinking), politeness, and discipline. The learning outcomes include: (a) the conversation objectivity, (b) the quality of the conversation content, (c) the goal or the direction of the conversation, and (d) the speaking style.Keywords: speaking skills, moral values, Indonesian, vocational high school students
IKONITAS PEREMPUAN DALAM NOVEL GRAFIS EMBROIDERIES KARYA MARJANE SATRAPI Herson Kadir; Jein Palilati
LITERA Vol 16, No 2: LITERA OKTOBER 2017
Publisher : Faculty of Languages and Arts, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/ltr.v16i2.17455

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan mendeskripsikan ikonitas perempuan dalam novel grafis Embroideries karya Marjane Satrapi dengan menggunakan teori semiotika Charles Sanders Peirce. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data menggunakan teknik studi pustaka. Analisis data dilakukan dengan cara: (1) mengidentifikasi tanda ikon; (2) mengklasifikasi satu per satu tanda ikon yang telah diidentifikasi berdasarkan teori semiotika Peirce; dan (3) menganalisis data yang mengandung ikon imagi, diagramatis, dan metaforis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cerita dalam novel grafis Embroideries secara imagi, diagramatis, dan metaforis menggambarkan ikonitas kehidupan perempuan yang mengalami inferioritas, baik posisinya sebagai gadis, istri, maupun sebagai janda.Kata kunci: ikonitas perempuan, novel grafis, semiotik WOMEN’S ICONITY IN MARJANE SATRAPI’S GRAPHIC NOVEL EMBROIDERIESAbstractThis study aims to describe the icons of women in Marjane Satrapi’s graphic novel Embroideries by using Charles Sanders Peirce’s semiotic theory. This was a qualitative descriptive study. The data were collected by the library research technique. The data were analyzed by: (1) identifying icon signs; (2) classifying icon signs that had been identified one by one based on Peirce’s semiotic theory; and (3) analyzing data containing image, diagram, and metaphor icons. The results show that the story in the graphic novel Embroideries in terms of image, diagram, and metaphor icons describes the iconity of the life of women experiencing inferiority, either as a girl, a wife, or a widow.Keywords: women’s iconity, graphic novel, semiotic

Page 1 of 2 | Total Record : 12


Filter by Year

2017 2017


Filter By Issues
All Issue Vol. 24 No. 2: LITERA (JULY 2025) Vol. 24 No. 1: LITERA (MARCH 2025) Vol. 23 No. 3: LITERA (NOVEMBER 2024) Vol. 23 No. 2: LITERA (JULY 2024) Vol. 23 No. 1: LITERA (MARCH 2024) Vol. 22 No. 3: LITERA (NOVEMBER 2023) Vol. 22 No. 2: LITERA (JULY 2023) Vol 22, No 1: LITERA (MARCH 2023) -- IN PRESS Vol 22, No 1: LITERA (MARCH 2023) Vol 21, No 3: LITERA (NOVEMBER 2022) Vol 21, No 2: LITERA (JULY 2022) Vol 21, No 1: LITERA (MARCH 2022) Vol. 20 No. 3: LITERA NOVEMBER 2021 Vol 20, No 3: LITERA NOVEMBER 2021 Vol 20, No 2: LITERA JULI 2021 Vol 20, No 1: LITERA MARET 2021 Vol 19, No 3: LITERA NOVEMBER 2020 Vol 19, No 2: LITERA JULI 2020 Vol 19, No 1: LITERA MARET 2020 Vol 18, No 3: LITERA NOVEMBER 2019 Vol 18, No 2: LITERA JULI 2019 Vol 18, No 1: LITERA MARET 2019 Vol 17, No 3: LITERA NOVEMBER 2018 Vol 17, No 2: LITERA JULI 2018 Vol 17, No 1: LITERA MARET 2018 Vol 16, No 2: LITERA OKTOBER 2017 Vol 16, No 1: LITERA APRIL 2017 Vol 15, No 2: LITERA OKTOBER 2016 Vol 15, No 1: LITERA APRIL 2016 Vol 14, No 2: LITERA OKTOBER 2015 Vol 14, No 1: LITERA APRIL 2015 Vol 13, No 2: LITERA OKTOBER 2014 Vol 13, No 1: LITERA APRIL 2014 Vol 12, No 2: LITERA OKTOBER 2013 Vol 12, No 1: LITERA APRIL 2013 Vol 11, No 2: LITERA OKTOBER 2012 Vol 11, No 1: LITERA APRIL 2012 Vol 10, No 2: LITERA OKTOBER 2011 Vol 10, No 1: LITERA APRIL 2011 Vol 9, No 2: LITERA OKTOBER 2010 Vol 9, No 1: LITERA APRIL 2010 Vol 8, No 2: LITERA OKTOBER 2009 Vol 8, No 1: LITERA APRIL 2009 Vol 7, No 1: LITERA APRIL 2008 Vol 6, No 1: LITERA JANUARI 2007 Vol 5, No 1: LITERA JANUARI 2006 Vol 4, No 2: LITERA JULI 2005 Vol 4, No 1: LITERA JANUARI 2005 Vol 3, No 2: LITERA JULI 2004 Vol 3, No 1: LITERA JANUARI 2004 Vol 2, No 1: LITERA JANUARI 2003 More Issue