cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. jombang,
Jawa timur
INDONESIA
Diglossia
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan diterbitkan oleh Fakultas Bahasa dan Sastra Unipdu
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol. 3 No. 2 (2012): April" : 6 Documents clear
THE PORTRAYAL OF FEMALE’S ROLE IN 18TH CENTURY IN THE CASTLE OF OTRANTO AND THE MYSTERIES OF UDOLPHO Trikaloka Handayani Putri
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan Vol. 3 No. 2 (2012): April
Publisher : Unipdu Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26594/diglossia.v3i2.97

Abstract

Trikaloka Handayani Putri University of Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang princess.naura@gmail.com  Abstrak Pendekatan mimesis cenderung mencari imitasi karya sastra terhadap realita. Ada begitu banyak karya sastra yang menggambarkan realita, The Castle of Otranto oleh Horace Walpole dan Misteri Udolpho oleh Ann Radcliffe adalah diantaranya. Dikenal sebagai novel gotik , keduanya mengangkat isu sosial yang sama. Menggunakan cara gotik dan dengan cerita yang mengerikan, The Castle of Otranto dan Misteri Udolpho menyajikan kehidupan wanita muda dengan masalah sosialnya. The Castle of Otranto menyuguhkan potret kehidupan Matilda dan Isabella yang memiliki kehidupan yang sedih hanya karena mereka perempuan, sementara The Misteri Udolpho bercerita tentang kehidupan kesengsaraan seorang gadis juga yang diperankan oleh Emily. Oleh karena itu, masalah sosial menjadi isu menarik untuk dibahas. Dengan menggunakan pendekatan mimesis, dapat dilihat dengan jelas bahwa kedua novel tersebut gotik dan berbicara tentang peran perempuan di abad 18. kata kunci: gotik , mimesis, masalah sosial  Abstract Mimetic approaches tend to look literary works is imitation of reality. There are so many works of literature that describes the reality; The Castle of Otranto by Horace Walpole and Ann Radcliffe's Mysteries of Udolpho are the examples. Known as the gothic novel, both raised the same social issues. Using a gothic way and with a terrible story, The Castle of Otranto and the Mystery of Udolpho presents the lives of young women with social problems. The Castle of Otranto presents a portrait of the lives of Matilda and Isabella who had a sad life just because they are women, while The Mystery of Udolpho tells about the life of a girl's woes also played by Emily. Therefore, the social problem becomes interesting to discuss the issue. By using a mimetic approach, can be seen clearly that both the gothic novel and talk about the role of women in the 18th century. key words: gothic, mimetic, social problems   
NEURO-LINGUISTIC PROGRAMMING AS STUDENT'S ENERGIZER Irta Fitriana
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan Vol. 3 No. 2 (2012): April
Publisher : Unipdu Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26594/diglossia.v3i2.98

Abstract

AbstrakTugas seorang pendidik (pengajar) tidaklah hanya mentransfer isi materi, tetapi juga menginspirasi para muridnya agar termotivasi untuk belajar serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dibutuhkan suatu cara yang lebih mudah, cepat dan tepat untuk menginspirasi dan memotivasi para murid untuk mencapai tujuan pembelajaran. Neuro-Linguistic Programming (NLP) adalah model komunikasi interpersonal dan merupakan pendekatan alternatif yang didasarkan kepada pembelajaran subyektif mengenai bahasa, komunikasi, dan perubahan personal. Seperangkat presuposisi yang praktis, efektif, elegan dalam artikel ini dapat diaplikasikan secara riil dalam pengajaran dengan tujuan untuk memperkuat pemahaman siswa.kata kunci: NLP, presuposisi (presupposition),interpersonal Abstract The job of an educator (teacher) is not simply transfer the contents of the material, but also inspire their students to be motivated to learn and apply it in everyday life. It takes a way more easily, quickly and precisely to inspire and motivate students to achieve learning objectives. Neuro-Linguistic Programming (NLP) is an interpersonal communication model and an alternative approach based on the subjective study of language, communication and personal change. Presupposition set of practical, effective, elegant in this article can be applied in real terms in teaching with the aim to strengthen students' understanding.key words: NLP presuppositions (presupposition), interpersonal
THE MIMETIC CRITICISM IN CHARLES DICKENS’ DAVID COPPERFIELD AND CHINUA ACHEBE’S THINGS FALL APART M Supriyatno
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan Vol. 3 No. 2 (2012): April
Publisher : Unipdu Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26594/diglossia.v3i2.99

Abstract

Supriyatno Universitas Islam Darul ‘Ulum (UNISDA) Lamongan mizazuhadizavala@yahoo.com  Abstrak Kritik mimesis digunakan untuk menghubungkan imitasi, refleksi, dan representasi kehidupan manusia terhadap karya sastra. Charles Dickens dan Achebe merupakan penulis novel handal yang juga sangat peduli terhadap masalah sosial dalam kehidupan manusia. David Copperfield sebagai salah satu karya Dickens, menangkap fenomena sosial di London selama Revolusi Industri. Sementara itu, Achebe dengan Things Fall Apart nya menangkap kehidupan sengsara dari Igbo masyarakat dalam mempertahankan keyakinan mereka. Artikel ini bertujuan menyelidiki kritik mimesis dari David Copperfield dan Things Fall Apart berkaitan dengan cara penulis dalam menentukan karakter, penokohan, dan karakter utama dari kedua novel. kata kunci: kritik mimesis (mimetic criticism), refleksi (reflection), masalah social (social problem)   Abstract Mimetic Criticism is used to connect the mimetic imitation, reflection, and the representation of human life to literature. Charles Dickens and Achebe is a novelist who is also a reliable very concerned about social issues in human life. David Copperfield is one of the works of Dickens. This novel reveals the social phenomena captured in London during the Industrial Revolution. Meanwhile, Things Fall Apart by Chinua Achebe captured his miserable life of the Igbo people in defending their beliefs. This article aims to investigate the mimetic criticism of David Copperfield and Things Fall Apart deals with the way the author in determining the characters, characterizations, and the main characters of the novel. key words: mimetic criticism, reflection, social problems
CAMPUR KODE DAN ALIH KODE DALAM KOMIK NODAME CANTABILE BUKU # 19-24 KARYA TOMOKO NINOMIYA Amalia Rizqi Khoiriyah
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan Vol. 3 No. 2 (2012): April
Publisher : Unipdu Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26594/diglossia.v3i2.100

Abstract

Amalia Rizqi Khoiriyah Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum Jombang amaliarizqik@yahoo.com  Abstrak Artikel ini berjudul "Alih Kode dan Campur Kode di Komik # 19-24 dari Nodame Cantabile oleh Ninomiya Tomoko". Seleksi objek studi ini didasarkan pada isu-isu sosiolinguistik yang terjadi di masyarakat bilingual dan masyarakat multibahasa yang membentuk alih kode dan campur kode. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dalam hal ini, menggambarkan bentuk-bentuk, faktor-faktor dan jenis alih kode dan campur kode dalam kehidupan tindak tutur bahasa karakter dalam komik ini. Data yang dianalisis adalah kata-kata, frase idiom, dan klausa. Dalam analisis, banyak diperoleh bentuk alih kode dan campur kode dalam bahasa lain selain bahasa Jepang dalam pidato karakter. Bentuk kode campuran yang sering muncul dikategorikan sebagai kata benda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 5 jenis alih kode yang digunakan oleh karakter buku komik Nodame Cantabile itu. Mereka adalah: (1) alih kode eksternal, (2) beralih codel situasional, (3) alih kode permanen, dan (4) swithing kode sementara. kata kunci: alih kode, campur kode, karakter, sosiolinguistik   Abstract The entitled is "Code Switching and Code Mixing in Comic Books # 19-24 of Nodame Cantabile by Ninomiya Tomoko". Selection object of this study is based on sociolinguistic issues that occur in the bilingual community and the multilingual community which is form with code switching and code mixing. The methods that used in this research is descriptive method. In this, described the forms, the factors and the type of code switching and code mixing in the speech act language life the characters in this comic. The analyzed data is a tangible data of words, phrases, idioms and clauses. In the analysis, many acquired forms of code switching and code mixing in a language other than Japanese language in the speech of the characters. Form of mixed code that often arises is categorized word of nouns. The results show that there are 5 types of code switching which are used by the characters of Nodame Cantabile’s comic books. Those are: (1) external code switching, (2) situational codel switching, (3) permanent code switching, and (4) temporary code swithing. key words : code switching, code mixing, characters of Nodame Cantabile’s comic books
PENGGUNAAN WAKAMONO KOTOBA REMAJA JEPANG Nurul Laili
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan Vol. 3 No. 2 (2012): April
Publisher : Unipdu Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26594/diglossia.v3i2.101

Abstract

Nurul Laili Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum Jombang dekiru22@gmail.com  Abstrak Wakamono Kotoba umumnya digunakan di kalangan remaja Jepang. Hal ini disebabkan oleh satu faktor masuknya bahasa ​​asing ke dalam asosiasi kaum muda Jepang. Bentuk pengembangan kreatif yang terjadi di Jepang hanya dalam lingkup bahasa remaja non formal di sekolah, restoran, mal, tempat berkumpul, dll. Wakamono Kotoba digunakan terbatas pada kelompok remaja tertentu di masyarakat. Tingkat kreativitas Wakamono Kotoba oleh remaja adalah suatu bentuk perkembangan bahasa di Jepang. Bahasa ini menjadi begitu dominan namun tetap tidak merusak bentuk universal dari masyarakat Jepang karena memang merupakan keragaman perkembangan bahasa dalam masyarakat Jepang. kata kunci: Wakamono Kotoba, remaja, bahasa non formal, masyarakat Jepang  Abstract Wakamono Kotoba is commonly used by Japanese teenagers as many foreign laguages come to Japan. Forms of creative development that occurs in Japanese only within the scope of non formal language (speesch teenagers in schools, restaurant, mall, place assembled teenagers, etc). Used Wakamono Kotoba limited to certain groups of young people (teens in the community). The level of creativity Wakamono Kotoba by adolescents is a form of language development in Japanese, so dominant used do not damage the universal form of Japanese society that has existed in Japan since it is the diversity of language development in Japanese society. key words: Wakamono Kotoba, teenagers, non-formal language, Japanese society
RAGAM BAHASA DALAM IKLAN PONSEL JEPANG Azizia Freda Savana
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan Vol. 3 No. 2 (2012): April
Publisher : Unipdu Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26594/diglossia.v3i2.102

Abstract

Azizia Freda Savana Universitas Pendidikan Indonesia Aziziafreda@gmail.com   Abstrak Iklan merupakan suatu bentuk komunikasi yang mengungkapkan informasi atau pesan dan mempromosikan maksud penutur kepada lawan tuturnya.  Bahasa sering dipakai dalam mengungkapkan dan mempromosikan suatu informasi tersebut. Bahasa iklan tampak dalam ragam dan visualisasinya. Iklan ponsel merupakan iklan yang menarik untuk dikaji. bahasa yang digunakan dalam iklan ponsel Jepang lebih menarik dan lebih menggunakan makna implisit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ragam bahasa dan variasi penulisan atau karakter bahasa iklan Jepang serat makna yang terkandung didalamnya. Telaah pustaka dalam penelitian ini diambil dari sumber data tertulis dalam website yang berhubungan dengan iklan ponsel Jepang. Penelitian ini juga menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk membantu menganalisis data yang telah dikumpulkan dan dijabarkan secara rinci. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ragam bahasa dalam iklan ponsel Jepang banyak menggunakan ragam bahasa biasa yang ditandai dengan bentuk kamus. Karakter atau penulisan yang digunakannya pun bervariasi. Variasi penulisan yang lebih banyak digunakan adalah penulisan kata asli bahasa Jepang yang seharusnya memakai huruf hiragana, ditulis dengan huruf katakana. Penulisan itu digunakan untuk menekankan dan menegaskan suatu kata.   Karakteristik ragam bahasa iklan ponsel Jepang terletak pada pemilihan diksi yaitu berupa kantan (mudah), surimu (slim/tipis), suraido (slide), bousui (anti air) yang jarang ditemukan oleh iklan lainnya. kata kunci : ragam bahasa, iklan ponsel Jepang, diksi   Abstract Advertising is a form of communication (transmitting messages / information) to reach the purpose of speaking to public. In this case, language is often used in expressing and promoting information. Advertisement appears in a variety of languages ​​and visualization for example Japanese mobile advertisements. They are very interesting. The language used is more compelling and tends to use implicit meanings. This study aims to determine the regional variations and variations in writing an ad. The data are taken from the catalog on the website of the three electronics companies in Japan. The results showed that the diversity of languages ​​in many Japanese mobile ads commonly used an ordinary language which is characterized by a dictionary form. Character or the use of writing was varied. Variations of writing that more widely used are katakana. However, they should be in hiragana forms. Characteristics of regional variations of Japanese cell phone ads are about diction including kantan (easy), surimu (slim / thin), suraido (slide), and bousui (anti-water) that are rarely found in other ads. key words: language variety, mobile Japan advertisement , advertising, diction

Page 1 of 1 | Total Record : 6