cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. garut,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Konstruksi
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 16 Documents
Search results for , issue "Vol 13 No 1 (2015): Jurnal Konstruksi" : 16 Documents clear
EVALUASI KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PUBLIK PADA KAWASAN PADAT LALULINTAS (Studi Kasus : Jl. Guntur Kecamatan Garut Kota) Ayu Sri Rahayu Hartami
Jurnal Konstruksi Vol 13 No 1 (2015): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1128.049 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.13-1.244

Abstract

Jalan Guntur merupakan salah satu bagian dari wilayah BWK 1 yang dimana berdasarkan survei lapangan volume lalulintas Jalan Guntur mencapai 1988 smp/jam. Kondisi RTH di Jalan Guntur masih belum memenuhi kelayakan dimana RTH di kawasan tersebut masih minim. Metode  yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data yaitu didapat dari  hasil observasi lapangan dan ditunjang dengan data dari instansi - instansi terkait. Jalan Guntur merupakan kawasan jalan dengan keadaan lalulintas yang selalu padat, Lalulintas Harian Rata – rata (LHR)  selalu meningkat karena dipengaruhi oleh laju pertumbuhan kendaraan yang selalu meningkat setiap tahunnya. Dampak dari hal tersebut adalah peningkatan kadar zat pencemar diudara ambien yang menunjukan peningkatan pula setiap tahun. Jalan Guntur termasuk kedalam  Jalan Lokal kelas III A dimana Kondisi RTH Jalan Guntur masih belum mencapai 20 – 30%, RTH yang tersedia di Jalan Guntur baru mencapai ± 13% sehingga perlu penambahan RTH  ± 7 – 17% dimana RTH ini dapat ditempatkan disepanjang trotoar Jalan Guntur dengan menempatkan pot – pot tanaman di sepanjang jalan tersebut dengan jenis tanaman yang memiliki fungsi sebagai penyerap polusi udara.
ANALISIS KEKUATAN BAJA CANAI DINGIN (COLD FORMED STEEL) SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK ELEMEN STRUKTUR BALOK RUMAH SEDERHANA YANG MERESPON GEMPA Andika Wiguna; Eko Waluyodjati
Jurnal Konstruksi Vol 13 No 1 (2015): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1202.756 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.13-1.253

Abstract

Balok adalah komponen struktur yang memikul beban – beban gravitasi, seperti beban mati dan beban hidup. Komponen struktur balok merupakan kombinasi  dari elemen tekan dan tarik. Hasil riset yg cukup intensif terhadap perilaku baja canai dingin yang telah dituangkan di dalam design code di berbagai negara seperti Australia Standard(AS/NZS), American Iron and Steel Institute (AISI), British Standard (BS code) dan Eurocode telah meningkatkan kredibilitas baja canai dingin sebagai elemen struktur yang sama dengan baja biasa (hot-rolled steel) dan beton bertulang. Perhitungan pembebanan dihitung berdasarkan Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung (PPPURG 1987), yang terdiri dari analisa pembebanan, ketentuan – ketentuan pembebanan, struktur yang dianalisa yaitu struktur balok. Analisa pembebanan pada perhitungan struktur balok ini menggunakan analisa portal 2D. Perhitungan pembebanan dimulai dari beban atap, beban angin, beban dinding, beban lantai dan pengekivalenan beban lantai, sampai beban berat sendiri balok, balok yang di analisa menggunakan balok tipe LC12730 ( toe to toe ) yang nantinya dianalisa dan di cek terhadap Lendutan dan Geser. Dalam penyusunan Tugas Akhir ini bahwa balok mampu menahan beban – beban yang dilimpahkan sesuai dari hasil perhitungan dan kontrol kekuatan terhadap profil baja canai dingin diketahui bahwa profil LC12730 tipe toe to toe  dapat digunakan sebagai elemen struktur balok, dengan didapat Mu 939.200N.mm, Du 5081,7 N, dan Pu 467,8  N, setelah di analisis balok mengalami lendutan sebesar 0,04 cm dan kekuatan kapasitas geser penampang (Pv) sebesar 68580 N.
ANALISA KEPADATAN TANAH PADA TIMBUNAN DI SALURAN IRIGASI DENGAN METODE PENGUJIAN PROCTOR DAN SAND CONE Yuda Yudistira; Sulwan Permana; Ida Farida
Jurnal Konstruksi Vol 13 No 1 (2015): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1751.795 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.13-1.260

Abstract

Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertanian. Dalam dunia modern, saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat dilakukan manusia. Pada zaman dahulu, jika persediaan air melimpah karena tempat yang dekat dengan sungai atau sumber mata air, maka irigasi dilakukan dengan mengalirkan air tersebut kelahan pertanian. Pengelolaan Infrastruktur Irigasi telah berkontribusi dalam meningkatkan intensitas tanaman padi sawah khususnya pada daerah Irigasi, serta mengupayakan pengelolaan infrastruktur sumber daya air untuk meningkatkan ketersediaan air baku, mengurangi luas areal banjir, dan pengendalian banjir. Tujuan dari penelitian ini Untuk mengetahui kepadatan dari suatu tanah di lapangan secara langsung dengan membandingkan berat isi kering tanah di lapangan dengan berat isi kering tanah laboratorium. Dan Mengetahui karakteristik tanah dari beberapa titik Proctor Test dan Sand cone Test yang akan diambil, sebagai perwakilan yang akan dijadikan sebagai jaringan irigasi Leuwigoong AMS-19 Kabupaten Garut. Data pemadatan tanah dengan menggunakan Proctor Test dan Sand cone Test ini bisa berguna sebagai bahan acuan untuk pemadatan tanah tidak hanya pada pembangunan irigasi tapi juga bisa digunakan untuk pembangunan jalan, jembatan, bangunan gedung, dan lain sebagainya. Metode penelitian yang digunakan dalam analisis ini berdasarkan ketentuan SNI 03-2828-1992 (Metoda Pengujian Kepadatan Lapangan dengan Alat Konus Pasir) dan SNI-R-03-1742-1989 (Cara Uji Kepadatan Ringan Untuk Tanah) dan data penunjang lainnya. Dari hasil analisa yang dilakukan d maks = 1,142 g/cm3 dan Kepadatan tanah maksimum (D) = 9,81 %. Massa air yang membebani tanah timbunan pada saluran irigasi yang dipadatkan yaitu 2.059 kg/detik. Tanah timbunan dengan angka kepadatan tanah lebih dari 95% dan tanah timbunan tersebut dapat menahan massa air lebih dari 2 ton/detik maka bangunan saluran irigasi tersebut berada dalam batas aman, karena tidak aka nada rembesan dan tidak akan tergerus oleh air meski dengan debit maksimal.
ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BANGBAYANG UPTD SDAP LELES DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN GARUT Endang Adi Juhana; Sulwan Permana; Ida Farida
Jurnal Konstruksi Vol 13 No 1 (2015): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1782.515 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.13-1.261

Abstract

Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, pembangunan saluran irigasi sangat diperlukan untuk menunjang penyediaan bahan pangan, sehingga ketersediaan air di Daerah Irigasi akan terpenuhi walaupun Daerah Irigasi tersebut berada jauh dari sumber air permukaan (sungai). Dalam perencanaan suatu sistem irigasi hal pertama yang perlu dikerjakan adalah analisis hidrologi termasuk mengenai kebutuhan air di sawah (GFR), Kebutuhan air pengambilan (DR), Kebutuhan bersih air disawah (NFR) juga faktor ketersediaan air, dimana jumlah kebutuhan air akan dapat menentukan terhadap perencanaan bangunan irigasi. Dari hasil analisis perhitungan diketahui kebutuhan air untuk luas areal 100 Ha, debit air yang ada pada musim tanam dimusim kemarau sebesar 0.97 lt/dt/Ha, sedangkan kebutuhan air sebesar 1.13 lt/dt/Ha. Dari kedua rencana tersebut kebutuhan air untuk luas areal 100 Ha, debit air yang ada pada musim tanam dimusim penghujan sebesar 1.22 lt/dt/Ha sebanding dengan kebutuhan air di sawah. Alternatif lain agar air yang tersedia bisa mencukupi untuk kebutuhan pertanian diantaranya, penggunaan salah satu sistem yaitu sistem golongan atau sistem gilir , penggantian lapisan air disesuaikan dengan air yang ada dan penggunaan air untuk kebutuhan pertanian di luar saluran irigasi Bendung Bangbayang (saluran irigasi alternatif).
ANALISIS PERBANDINGAN PELELANGAN MANUAL DENGAN E-PROCUREMENT TERHADAP PELAKSANAAN PROYEK KONTRUKSI DI KABUPATEN GARUT (STUDI KASUS LINGKUP PEKERJAAN UMUM KABUPATEN GARUT) Ratu Mafas Sukma Laras; Agus Ismail; Ida Farida
Jurnal Konstruksi Vol 13 No 1 (2015): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (514.429 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.13-1.284

Abstract

Proses pengadaan barang/jasa dalam proyek kontruksi pemerintah perlu diadakannya perubahan dari proses tender manual (Keppres No 80 Tahun 2003) menjadi proses tender E-Procurement menimbang bahwa pengadaan barang/jasa pemerintah yang efisien, terbuka dan kompetitif sangat diperlukan bagi ketersediaan barang/jasa yang terjangkau dan berkualitas sehingga akan berdampak pada peningkatan pelayanan publik (Perpres No 54 Tahun 2010). Metode penelitian menggunakan penelitian deskriptif. Studi kasus dilakukan terhadap proyek kontruksi di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Garut yang meliputi Dinas Bina Marga, Distarkim, dan Dinas SDAP (Sumber Daya Air dan Pertambangan) dengan isntrumen penelitian wawancara dan kuesioner kepada responden sebagai penyedia jasa, pengguna jasa dan panitia lelang. Hasil dari penelitian ini adalah lelang E-Procurement yang berdasarkan kepada Perpres No 54 Tahun 2010 lebih baik dibandingkan dengan lelang manual yangberdasarkan Keppres No 80 Tahun 2003
ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BANGBAYANG UPTD SDAP LELES DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN GARUT Endang Andi Juhana; Sulwan Permana; Ida Farida
Jurnal Konstruksi Vol 13 No 1 (2015): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1775.142 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.13-1.285

Abstract

Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, pembangunan saluran irigasi sangat diperlukan untuk menunjang penyediaan bahan pangan, sehingga ketersediaan air di Daerah Irigasi akan terpenuhi walaupun Daerah Irigasi tersebut berada jauh dari sumber air permukaan (sungai). Dalam perencanaan suatu sistem irigasi hal pertama yang perlu dikerjakan adalah analisis hidrologi termasuk mengenai kebutuhan air di sawah (GFR), Kebutuhan air pengambilan (DR), Kebutuhan bersih air disawah (NFR) juga faktor ketersediaan air, dimana jumlah kebutuhan air akan dapat menentukan terhadap perencanaan bangunan irigasi. Dari hasil analisis perhitungan diketahui kebutuhan air untuk luas areal 100 Ha, debit air yang ada pada musim tanam dimusim kemarau sebesar 0.97 lt/dt/Ha, sedangkan kebutuhan air sebesar 1.13 lt/dt/Ha. Dari kedua rencana tersebut kebutuhan air untuk luas areal 100 Ha, debit air yang ada pada musim tanam dimusim penghujan sebesar 1.22 lt/dt/Ha sebanding dengan kebutuhan air di sawah. Alternatif lain agar air yang tersedia bisa mencukupi untuk kebutuhan pertanian diantaranya, penggunaan salah satu sistem yaitu sistem golongan atau sistem gilir , penggantian lapisan air disesuaikan dengan air yang ada dan penggunaan air untuk kebutuhan pertanian di luar saluran irigasi Bendung Bangbayang (saluran irigasi alternatif).
ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA PADA PONDASI TELAPAK, BOR PILE DAN TIANG PANCANG DENGAN DAYA DUKUNG YANG SAMA Ginsa Rustira; Eko Walujodjati
Jurnal Konstruksi Vol 13 No 1 (2015): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (526.479 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.13-1.286

Abstract

Konstruksi bangunan terdiri dari dua bagian yaitu bangunan atas (upper structures) dan elemen bangunan bawah (sub structures). Bangunan bawah menyalurkan gaya-gaya bangunan atas ketanah pendukung. Pondasi bangunan dapat didefinisikan sebagai suatu konstruksi yang mampu mendukung beban bangunan struktur atas, sehingga stabilitas tanah yang dihasilkan dan deformasi yang diperkirakan masih dapat ditolerir.(Bowles, 1988) Pondasi telapak (foot plate) termasuk dalam pondasi dangkal. Pondasi telapak didefinisikan sebagai pondasi yang mendukung struktur secara langsung pada tanah pondasi, digunakan bilamana terdapat lapisan tanah berkualitas baik yang cukup tebal letaknya tidak terlalu dalam dari permukaan tanah (sekitar 2,0 sampai 3,0 meter). Pondasi Bor Pile termasuk dalam kelompok pondasi dalam atau identik sebagai pondasi tiang yang mampu menahan gaya orthogonal ke sumbu tiang dengan menyerap lenturan modulus elastisitas tanah akibat pererakan tiang. Pondasi bor pile (top pile) yang terdapat di bawah poer ( file cap) sebagai tumpuan kolom. Daya dukung pondasi bor pile ditentukan dari tahanan ujung (end bearing) dan tahanan gesekan selimut (skin friction). Pondasi tiang pancang (pile foundation) adalah bagian dari struktur yang digunakan untuk menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari struktur atas ketanah penunjang yang terletak pada kedalaman tertentu.Tiang pancang bentuknya panjang dan langsing yang menyalurkan beban ketanah yang lebih dalam. Bahan utama dari tiang adalah kayu, baja (steel), dan beton. Persaingan yang semakin kompetitif menurut optimasi teknis dan biaya antara pondasi telapak, pondasi bor pile dan tiang pancang. Analisis yang akan dilakukan terhadap berbagai variasi: diameter tiang, kedalaman tiang, jumlah tiang, dimensi pile cap dan kondisi tanah. Perkiraan biaya konstruksi pondasi telapak dan pondasi bor pile ini mengikuti biaya-biaya pembangunan proyek secara umum, yaitu biaya material, biaya peralatan, biaya transport, biaya tenaga kerja, biaya tetap (overhead cost), biaya pajak dan lain-lain. Total Biaya Pondasi Telapak  = Rp. 3.558.983. Total Biaya Pondasi Bor Pile = 6.882.450 + 2.425.474 = Rp. 9.307.924.Biaya Pondasi Tiang Pancang, Total biaya pemancangan 50 titik = Rp. 251.500.000,- jadi Total biaya pemancangan per titik = Rp. 5.030.000,-
ANALISIS KEKUATAN STRUKTUR BETON PILAR 2 PENAHAN SIPHON CISANGKAN (Studi Kasus : Studi Kasus Proyek Pembangunan Jaringan Irigasi Leuwigoong Paket AMS 19B Garut Provinsi Jawa Barat) Rina Gartina; Roestaman .
Jurnal Konstruksi Vol 13 No 1 (2015): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1073.216 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.13-1.377

Abstract

Proyek pembangunan jaringan irigasi leuwigoong paket AMS 19B ini terletak di Kp. Sindang Sari Desa Cinunuk Kec. Wanaraja Kab. Garut yang mana di lokasi tersebut akan dibangun jaringan irigasi yaitu bangunan siphon berfungsi untuk mengalirkan debit yang dibawa dari saluran yang jalurnya terpotong oleh sungai cisangkan. Siphon cisangkan ini mempunyai 3 pilar yaitu pilar 1 (P1), pilar 2 (P2) dan pilar 3 (P3), penulis menganalisis pilar 2 (P2) yang berada di bawah bangunan siphon tersebut. Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan mengadakan studi literatur untuk mendapatkan hipotesis yaitu untuk melakukan analisis banding kekuatan, antara kekuatan struktur hasil penulis berdasarkan kondisi yang ada. Analisis pilar yang di evaluasi dan yang terpasang di lapangan mengarah pada perencanaan tulangan yang mendukung kekuatan beton dari metode yang digunakan yaitu perhitungan secara analitis, secara analitis mutu beton yang digunakan yaitu hasil evaluasi uji hammer test tipe NJ 80 sebesar fc’ = 17,2 Mpa, evaluasi jenis tanah untuk mengetahui aman atau tidaknya dengan pengujian CPT (Cone Penetration Test) untuk pilar 2 (P2) sangat keras dengan nilai CPT Sf = 3 yaitu 2,49 kg/cm2 jenis struktur yang digunakan beton bertulang, evaluasi tulangan kolom dan tulangan abutment dengan D25-125 mm.
EVALUASI KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PUBLIK PADA KAWASAN PADAT LALULINTAS (Studi Kasus : Jl. Guntur Kecamatan Garut Kota) Ayu Sri Rahayu Hartami
Jurnal Konstruksi Vol 13 No 1 (2015): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33364/konstruksi/v.13-1.244

Abstract

Jalan Guntur merupakan salah satu bagian dari wilayah BWK 1 yang dimana berdasarkan survei lapangan volume lalulintas Jalan Guntur mencapai 1988 smp/jam. Kondisi RTH di Jalan Guntur masih belum memenuhi kelayakan dimana RTH di kawasan tersebut masih minim. Metode  yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data yaitu didapat dari  hasil observasi lapangan dan ditunjang dengan data dari instansi - instansi terkait. Jalan Guntur merupakan kawasan jalan dengan keadaan lalulintas yang selalu padat, Lalulintas Harian Rata – rata (LHR)  selalu meningkat karena dipengaruhi oleh laju pertumbuhan kendaraan yang selalu meningkat setiap tahunnya. Dampak dari hal tersebut adalah peningkatan kadar zat pencemar diudara ambien yang menunjukan peningkatan pula setiap tahun. Jalan Guntur termasuk kedalam  Jalan Lokal kelas III A dimana Kondisi RTH Jalan Guntur masih belum mencapai 20 – 30%, RTH yang tersedia di Jalan Guntur baru mencapai ± 13% sehingga perlu penambahan RTH  ± 7 – 17% dimana RTH ini dapat ditempatkan disepanjang trotoar Jalan Guntur dengan menempatkan pot – pot tanaman di sepanjang jalan tersebut dengan jenis tanaman yang memiliki fungsi sebagai penyerap polusi udara.
ANALISIS KEKUATAN BAJA CANAI DINGIN (COLD FORMED STEEL) SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK ELEMEN STRUKTUR BALOK RUMAH SEDERHANA YANG MERESPON GEMPA Andika Wiguna; Eko Waluyodjati
Jurnal Konstruksi Vol 13 No 1 (2015): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33364/konstruksi/v.13-1.253

Abstract

Balok adalah komponen struktur yang memikul beban – beban gravitasi, seperti beban mati dan beban hidup. Komponen struktur balok merupakan kombinasi  dari elemen tekan dan tarik. Hasil riset yg cukup intensif terhadap perilaku baja canai dingin yang telah dituangkan di dalam design code di berbagai negara seperti Australia Standard(AS/NZS), American Iron and Steel Institute (AISI), British Standard (BS code) dan Eurocode telah meningkatkan kredibilitas baja canai dingin sebagai elemen struktur yang sama dengan baja biasa (hot-rolled steel) dan beton bertulang. Perhitungan pembebanan dihitung berdasarkan Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung (PPPURG 1987), yang terdiri dari analisa pembebanan, ketentuan – ketentuan pembebanan, struktur yang dianalisa yaitu struktur balok. Analisa pembebanan pada perhitungan struktur balok ini menggunakan analisa portal 2D. Perhitungan pembebanan dimulai dari beban atap, beban angin, beban dinding, beban lantai dan pengekivalenan beban lantai, sampai beban berat sendiri balok, balok yang di analisa menggunakan balok tipe LC12730 ( toe to toe ) yang nantinya dianalisa dan di cek terhadap Lendutan dan Geser. Dalam penyusunan Tugas Akhir ini bahwa balok mampu menahan beban – beban yang dilimpahkan sesuai dari hasil perhitungan dan kontrol kekuatan terhadap profil baja canai dingin diketahui bahwa profil LC12730 tipe toe to toe  dapat digunakan sebagai elemen struktur balok, dengan didapat Mu 939.200N.mm, Du 5081,7 N, dan Pu 467,8  N, setelah di analisis balok mengalami lendutan sebesar 0,04 cm dan kekuatan kapasitas geser penampang (Pv) sebesar 68580 N.

Page 1 of 2 | Total Record : 16