Claim Missing Document
Check
Articles

Clean Water Supply in Tasikmalaya Municipality, Opportunities and Challenges Sulwan Permana; Adi Susetyaningsih; Dicky Muhamad Fadli
Journal of Geoscience, Engineering, Environment, and Technology Vol. 7 No. 1 (2022): JGEET Vol 07 No 01 : March (2022)
Publisher : UIR PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25299/jgeet.2022.7.1.7293

Abstract

Currently, there are three sub-districts in Tasikmalaya City that are still vulnerable to clean water, namely Kawalu, Tamansari, and Cibeureum sub-districts. PDAM Tirta Sukapura, owned by the Tasikmalaya Regency Government, has not been able to meet clean water needs, so the Tasikmalaya Municipality Government plans to build a new PDAM as an alternative. The Ciwulan river in Cibeuti Village is a source of water that will be used as a collection point. Rain data was taken from 2 stations, namely Gunung Satria and Cikunten II stations, for ten years. The evapotranspiration value was calculated using the Penman-Monteith method. The calculation of the discharge in the intake area, namely Ciwulan-Cibeuti with a watershed area of ​​405 km2, used the NRECA method using parameters taken from the calibrated Ciwulan-Sukaraja station. The calibration parameters are PSUB = 0.86; GWF = 0.22, reduction coefficient = 0.80; and NSE = 0.764. The determination of the dependable flow is calculated using the Weibull method. The magnitude of the Q90's dependable flow is 4.3 m3/s. The projected population for the next 15 years is estimated at 307,857 people, so the amount of water needed is around 0.535 m3/s. Opportunities for business entities to participate in building PDAM are wide open, with the certainty of return plus profits or independent management by business entities within a certain period of time. The challenge for the government and business entities is to provide reasonable prices to customers and new networks.
KAJIAN PEMANFAATAN AIR BAKU TERHADAP AREA PELAYANAN DI KECAMATAN CIBALONG KABUPATEN GARUT Ridwan Alamsyah; Sulwan Permana; Ida Farida; Ida Farida
Jurnal Konstruksi Vol 11 No 1 (2013): Jurnal Kontruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (395.996 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.11-1.55

Abstract

Air merupakan salah satu sumber kehidupan atau sumber daya alam yang amat penting bagi kehidupan, dalam setiap aktivitasnya manusia mutlak membutuhkan air bersih. Dalam hal kebutuhan akan air bersih dari tahun ke tahun semakin meningkat, sedangkan pasokan air baku untuk air bersih semakin menurun baik dari segi kuantitas maupun segi kualitas. Dalam upaya kebutuhan air maka perlu adanya Sistem Penyedian Air Minum dari sumber air permukaan di area pelayanan tersebut yang terletak di Desa Karyamukti Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut, sumber air permukaan ini debit (Q) air yang akan dimanfaatkan sebesar 20 liter/ detik diharapkan dapat mengaliri air ke area pelayanan tersebut dengan optimal dan dapat mengaliri ke wilayah area pelayanan baru untuk beberapa tahun kedepan. Kajian Pemanfaatan Air Baku Terhadap Area Pelayanan disini yaitu untuk mengkaji debit air permukaan dan mengetahui kesesuaian antara diameter pipa dengan debit yang dialirkan oleh pipa tersebut, sehingga diameter pipa dapat mengalirkan air dengan jumlah debit yang sesuai dengan debit yang dibutuhkan untuk setiap Area Pelayanan, serta kerugian-kerugian yang diakibatkan oleh aliran pada pipa dapat diganti dengan menambahkan panjang ekuivalen pipa.
PERBANDINGAN BIAYA DAN WAKTU PEMAKAIAN ALAT BERAT BULLDOZER DAN EXCAVATOR DIBANDINGKAN DENGAN BACKHOE LOADER PADA PEMBANGUNAN PETERNAKAN AYAM DAYEUH MANGGUNG Robby Maulana Sopa; Sulwan Permana; Ida Farida
Jurnal Konstruksi Vol 11 No 1 (2013): Jurnal Kontruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (607.603 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.11-1.72

Abstract

Pembangunan Peternakan Ayam Dayeuh Manggung terletak di Kampung Warukai DesaDayeuh Manggung Kecamatan Cilawu Kabupaten Garut. Luas lahan yang akan dibangun ± 200 Ha,Penggunaan alat berat pada Pembangunan Peternakan Ayam Dayeuh Manggung ini yaitu alat beratyang sering dipakai dalam pelaksanaan gali timbun antara lain: bulldozer, excavator, backhoe loaderdan truk. Penelitian ini berupa analisis perbandingan pemakaian kombinasi alat berat bulldozer danexcavator dibandingkan dengan pemakaian backhoe loader untuk  pekerjaan galian dan timbunan/pemindahan material, permodelan  penggunaan alat berat dilakukan dalam tinjauan biayadan waktu pekerjaan kemudian membandingkan hasil analisis perhitungan tersebut. Dari hasilanalisis perhitungan, maka waktu yang diperlukan oleh kombinasi excavator dengan bulldozer sebesar 2089,86 jam, sedangkan  waktu  untuk backhoe loader sebesar 2835,48 jam. Maka waktutercepat dengan menggunakan kombinasi antara excavator dengan bulldozer dengan selisih waktu745,62 jam. Berdasarkan perbandingan biaya pelaksanaan pekerjaan, waktu yang diperlukan olehkombinasi excavator dengan bulldozer sebesar Rp.981.294.412,00- sedangkan biaya untuk backhoeloader sebesar Rp. 897.394.401,00-  Maka  biaya termurah  dengan  menggunakan backhoe loaderdengan selisih biaya Rp. 83.900.012,00-. Untuk pekerjaan perataan tanah sebaiknya menggunakankombinasi excavator dengan bulldozer karena lebih efisien dari segi waktu, Namun  bila  meninjau dari  segi biaya  atau  penghematan  maka  disarankan menggunakan backhoe loader.
Pengaruh Curah Hujan Harian terhadap Ketersediaan Air pada Perencanaan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) Sungai Cisanggiri Kecamatan Cihurip Kabupaten Garut Widya Prima Mulyana; Sulwan Permana; Ida Farida
Jurnal Konstruksi Vol 11 No 1 (2013): Jurnal Kontruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (570.531 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.11-1.85

Abstract

Hidrologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sistem kejadian air di atas, pada permukaan dan di dalam tanah untuk mendapat nilai aliran di sungai. Data-data yang diperlukan dalam perencanaan hidrologi adalah: curah hujan harian, luas daerah aliran sungai, serta perbedaan ketinggian antara wilayah satu dengan wilayah lainnya. Dari data-data tersebut akan diperoleh curah hujan harian rata-rata, curah hujan minimum, curah hujan maksimun, standar deviasi, koefisien variasi, koefisien kemencengan, koefisien kurtosius, sebaran normal, sebaran gumbel, debit yang menggunakan rumus rasional, intensitas hujan, serta debit andalan. Selanjutnya dengan debit andalan tersebut kita dapat menghitung seberapa besar enegri listrik yang berasal dari tenaga air. Energi listrik itu diperoleh dari perhitungan debit dikali dengan beda ketinggian yang akan dijadikan sebagai terjunan air dan dikalikan dengan gravitasi bumi. Hasil analisis itu adalah energi listrik kotor karena belum memasukan efisiensi hidrolik yang berasal dari turbin, generator, serta transmisi mekanik. Dalam penelitian ini penulis tidak menghitung energi bersih yang dihasilkan oleh pembangkit karena hal itu diluar dari ruang lingkup teknik sipil yaitu hidrologi.
ANALISA KEPADATAN TANAH PADA TIMBUNAN DI SALURAN IRIGASI DENGAN METODE PENGUJIAN PROCTOR DAN SAND CONE Yuda Yudistira; Sulwan Permana; Ida Farida
Jurnal Konstruksi Vol 13 No 1 (2015): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1751.795 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.13-1.260

Abstract

Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertanian. Dalam dunia modern, saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat dilakukan manusia. Pada zaman dahulu, jika persediaan air melimpah karena tempat yang dekat dengan sungai atau sumber mata air, maka irigasi dilakukan dengan mengalirkan air tersebut kelahan pertanian. Pengelolaan Infrastruktur Irigasi telah berkontribusi dalam meningkatkan intensitas tanaman padi sawah khususnya pada daerah Irigasi, serta mengupayakan pengelolaan infrastruktur sumber daya air untuk meningkatkan ketersediaan air baku, mengurangi luas areal banjir, dan pengendalian banjir. Tujuan dari penelitian ini Untuk mengetahui kepadatan dari suatu tanah di lapangan secara langsung dengan membandingkan berat isi kering tanah di lapangan dengan berat isi kering tanah laboratorium. Dan Mengetahui karakteristik tanah dari beberapa titik Proctor Test dan Sand cone Test yang akan diambil, sebagai perwakilan yang akan dijadikan sebagai jaringan irigasi Leuwigoong AMS-19 Kabupaten Garut. Data pemadatan tanah dengan menggunakan Proctor Test dan Sand cone Test ini bisa berguna sebagai bahan acuan untuk pemadatan tanah tidak hanya pada pembangunan irigasi tapi juga bisa digunakan untuk pembangunan jalan, jembatan, bangunan gedung, dan lain sebagainya. Metode penelitian yang digunakan dalam analisis ini berdasarkan ketentuan SNI 03-2828-1992 (Metoda Pengujian Kepadatan Lapangan dengan Alat Konus Pasir) dan SNI-R-03-1742-1989 (Cara Uji Kepadatan Ringan Untuk Tanah) dan data penunjang lainnya. Dari hasil analisa yang dilakukan d maks = 1,142 g/cm3 dan Kepadatan tanah maksimum (D) = 9,81 %. Massa air yang membebani tanah timbunan pada saluran irigasi yang dipadatkan yaitu 2.059 kg/detik. Tanah timbunan dengan angka kepadatan tanah lebih dari 95% dan tanah timbunan tersebut dapat menahan massa air lebih dari 2 ton/detik maka bangunan saluran irigasi tersebut berada dalam batas aman, karena tidak aka nada rembesan dan tidak akan tergerus oleh air meski dengan debit maksimal.
ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BANGBAYANG UPTD SDAP LELES DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN GARUT Endang Adi Juhana; Sulwan Permana; Ida Farida
Jurnal Konstruksi Vol 13 No 1 (2015): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1782.515 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.13-1.261

Abstract

Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, pembangunan saluran irigasi sangat diperlukan untuk menunjang penyediaan bahan pangan, sehingga ketersediaan air di Daerah Irigasi akan terpenuhi walaupun Daerah Irigasi tersebut berada jauh dari sumber air permukaan (sungai). Dalam perencanaan suatu sistem irigasi hal pertama yang perlu dikerjakan adalah analisis hidrologi termasuk mengenai kebutuhan air di sawah (GFR), Kebutuhan air pengambilan (DR), Kebutuhan bersih air disawah (NFR) juga faktor ketersediaan air, dimana jumlah kebutuhan air akan dapat menentukan terhadap perencanaan bangunan irigasi. Dari hasil analisis perhitungan diketahui kebutuhan air untuk luas areal 100 Ha, debit air yang ada pada musim tanam dimusim kemarau sebesar 0.97 lt/dt/Ha, sedangkan kebutuhan air sebesar 1.13 lt/dt/Ha. Dari kedua rencana tersebut kebutuhan air untuk luas areal 100 Ha, debit air yang ada pada musim tanam dimusim penghujan sebesar 1.22 lt/dt/Ha sebanding dengan kebutuhan air di sawah. Alternatif lain agar air yang tersedia bisa mencukupi untuk kebutuhan pertanian diantaranya, penggunaan salah satu sistem yaitu sistem golongan atau sistem gilir , penggantian lapisan air disesuaikan dengan air yang ada dan penggunaan air untuk kebutuhan pertanian di luar saluran irigasi Bendung Bangbayang (saluran irigasi alternatif).
PERANCANGAN DEWATERING PADA KONSTRUKSI BASEMENT (STUDI KASUS PROYEK LANDMARK RESIDENCE – BANDUNG) Ita Warsita; Sulwan Permana; Ida Farida
Jurnal Konstruksi Vol 12 No 1 (2014): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1174.592 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.12-1.269

Abstract

Dewatering merupakan suatu pekerjaan yang diperlukan untuk mengeringkan lahan galian di bawah muka air tanah dan untuk mengatasi gaya Uplift selama masa konstruksi Basement. Penentuan banyaknya jumlah sumur yang digunakan mengacu dari : Data spesifikasi teknis rencana bangunan, luas galian, dan kedalaman galian, Data penelitian tanah, Pertimbangan kondisi lahan di sekitar proyek, Pengalaman sejenis yang telah dilakukan. Pada  proyek Landmark Residence Apartment Bandung ini digunakan lima belas sumur Dewatering, dua sumur Piezometer, dan dua sumur Recharging. Masing – masing sumur tersebut di bor sampai pada kedalaman minus 20 m dengan diameter sumur 80 cm dan diameter casing PVC 12” untuk sumur Dewatering; diameter sumur  60cm dan diameter casing 2” untuk sumur  Piezometer; dan diameter sumur  80 cm dan diameter casing 12” untuk sumur Recharging. Selain itu ,sejumlah pompa submersible berkapasitas diperlukan untuk membuang air permukaan akibat air hujan via sumpit. intensitas hujan ± 50 mm/jam untuk kota bandung dengan luas galian 2400 m² dan koefisien pengaliran (C) = 0,5 Jumlah air yang harus dibuang 60 m³/jam.
ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI UNTUK DAERAH IRIGASI CIMANUK KABUPATEN GARUT , Sahrirudin; Sulwan Permana; Ida Farida
Jurnal Konstruksi Vol 12 No 1 (2014): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (503.981 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.12-1.270

Abstract

Air merupakan hal yang sangat penting bagi keberlangsungan makhluk hidup di dunia ini. Oleh sebab itu perlu adanya keseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan air, termasuk kebutuhan air pada daerah pertanian dimana air yang di ambil dari sungai melalui saluran irigasi haruslah seimbang dengan jumlah air yang tesedia. Kebutuhan air di daerah pertanian seperti daerah pertanian Bayongbong, khususnya pesawahan di pengaruhi beberapa faktor yaitu ; Evapotranspirasi, perkolasi, penggantian lapisan, dan curah hujan efektif. Mahalnya biaya pembuatan saluran irigasi dan ketersediaan air (Faktor K) irigasi Bayongbong yang berasal dari Bendung Cimanuk yang sangat terbatas merupakan masalah utama pada daerah pertanian Bayongbong. Maka perlu adanya pengkajian mengenai efisiensi kebutuhan air pada daerah irigasi tersebut dengan menganalisis hujan efektif, kebutuhan air irigasi dan ketersediaan air irigasi. Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa Dari kedua rencana tersebut kebutuhan air (DR) untuk luas areal 179 Ha, debit air sangat mencukupi dan bisa dipakai untuk mengairi lahan yang baru, sedangkan hasil perhitungan jumlah kebutuhan air lebih besar dibandingkan dengan air yang tersedia pada musim kemarau. Maka dari itu diperlukan alternatif lain yaitu dengan sistem golongan atau sistem gilir dan penggantian lapisan air disesuaikan dengan air yang ada  agar debit air yang tersedia bisa mencukupi untuk kebutuhan.
ANALISIS KARAKTERISTIK PARKIR PADA BADAN JALAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP LALU LINTAS (STUDI KASUS: JALAN SILIWANGI KABUPATEN GARUT) Yaumil Wahdan; Sulwan Permana
Jurnal Konstruksi Vol 12 No 1 (2014): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (802.59 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.12-1.273

Abstract

Salah satu ruas jalan yang tinggi aktivitasnya di Kabupaten Garut adalah Jalan Siliwangi. Jalan tersebut tidak hanya berfungsi sebagai pelayanan akses tetapi dijadikan pula sebagai fungsi mobilitas sebagai tempat parkir pada badan jalan (on street parking). akibatnya dapat menimbulkan permasalahan lalu lintas pada kawasan tersebut. Penelitian ini bertujuan menganalisis karakteristik parkir dan kebutuhan parkir serta mengetahui dampaknya terhadap lalu lintas. Data yang diperlukan meliputi data primer dan data sekunder dengan metode pengumpulan data pencatatan langsung nomor polisi kendaraan yang masuk dan keluar di lokasi studi pada 3 interval waktu, jam 07.00-09.00, 11.00-13.00, 15.00-17.00 dalam jangka waktu 3 hari yaitu, Minggu, Senin, dan Kamis. Hasil kajian menjelaskan bahwa, selama penelitian volume puncak tertinggi kendaraan ringan sebanyak 43 kendaraan dan sepeda motor 439 kendaraan dengan akumulasi maksimum 184 kendaraan. Durasi parkir maksimum kendaraan ringan 1,448 jam/kendaraan dengan parking turnover 2,182 mobil/petak dan sepeda motor 1,017 jam/kendaraan dengan parking turnover 4,722 motor/petak. Kapasitas parkir maksimum kendaraan ringan sebanyak 28 petak dan sepeda motor 123 petak. Indeks parkir maksimum kendaraan ringan sebesar 434,36%, dan untuk sepeda motor 944,33%. Jumlah petak parkir yang diperlukan yaitu 25 petak parkir kendaraan ringan dan 135 petak parkir sepeda motor, dan dampak yang ditimbulkannya yaitu pengurangan kapasitas ruas jalan dan kemacetan.
ANALISA DAERAH RAWAN BANJIR MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS PULAU BANGKA) Hendi Hamdani; Sulwan Permana; Adi Susetyaningsih
Jurnal Konstruksi Vol 12 No 1 (2014): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (951.967 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.12-1.283

Abstract

Pemetaan daerah rawan banjir merupakan salah satu cara pengendalian banjir secara non-struktural. Analisa daerah rawan banjir pada penelitian ini menggunakan bantuan Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan tiga parameter yaitu (1) Curah Hujan, (2) Kelerengan dan (3) Penggunaan Lahan. Analisa curah hujan menggunakan metode Gumbel menghasilkan curah hujan rencana periode ulang 25 tahun adalah 157,302 mm, ini termasuk dalam kategori rendah di wilayah Indonesia, dan metode Isohyet menghasilkan penyebaran curah hujan/daerah tangkapan air (DTA). Dari analisa kelerengan diperoleh 98,96% wilayah Pulau Bangka terletak pada dataran rendah (pada tingkat kelerengan 0-8%) artinya berada pada daerah yang rawan banjir. Analisa penggunaan lahan diketahui jenis tutupan lahan paling besar di Pulau Bangka berupa hutan sekunder (42%) dimana lebih tinggi dari hutan primer (27%), hal ini sangat berbahaya karena hutan sekunder cenderung mudah beralih fungsi. Hasil analisa semua parameter dibandingkan dan diberi bobot menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) matriks Pairwise Comparison. Diperoleh nilai bobot untuk penggunaan lahan adalah 0,87, hujan 0,27 dan kelerengan 0,08. Seluruh hasil analisa digabung menggunakan metode Overlay Intersection pada ArcGIS10.1 untuk menghasilkan peta daerah rawan banjir berdasarkan 3 parameter yang digunakan. Diperoleh 17,76% daerah di Pulau Bangka adalah rawan banjir, 6,98% daerah paling rawan banjir dan 18,88% daerah terancam banjir.