cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Sosioinforma
ISSN : 24428094     EISSN : 25027913     DOI : -
Core Subject : Social,
Sosio Informa merupakan nama baru dari Majalah Informasi Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial. Majalah Sosio Informa menyajikan tulisan hasil kajian literatur dan kajian pemikiran kritis mengenai pembangunan kesejahteraan sosial. Sosio Informa merupakan media publikasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial dan pihak-pihak yang menekuni bidang pembangunan kesejahteraan sosial.
Arjuna Subject : -
Articles 398 Documents
KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN BENCANA: KASUS DI KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN – DI YOGYAKARTA Gunawan Gunawan
Sosio Informa Vol 19 No 2 (2014): INFORMASI: Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33007/inf.v19i2.30

Abstract

Community preparedness in Disaster management is a case study in the southern slopes of Mount Merapi, Cangkringan, Sleman District. This study aims to answer the question: 1) how to build a Community response preparedness; 2) how the existence of the Community preparedness. Data and information gathered from multiple sources with techniques: a) study the documentation; b) in-depth interviews; c) observation; and d) Focused Group Discussions (FGD). From a qualitative descriptive analysis be revealed that people on the slopes of the volcano, generally have a problem-solving method (coping strategy) and the value of the underlying behavior of people in touch with nature. Society and government have united to achieve human welfare. Cangkringan Action is evidence of; 1) the seriousness of the state in Disaster Risk Reduction; 2) consistency and accountability of the Republic of Indonesia for the ASEAN agreement, the Asian nations and peoples of the world in Disaster Risk Reduction Cangkringan Community preparedness model can be replicated in other locations that have a high enough level of vulnerability. However, within the Framework of the model replication, allocation of time and energy of the Community need to be considered. Mountainside communities generally do not have a fixed income, so they need to be compensated for the time and effort that should be productive for themselves and their families to participate invarious programs taken up.Keywords: community, preparedness, management, disaster.Kesiapsiagaan masyarakat dalam penanggulangan bencana merupakan penelitian kasus di lereng gunung Merapi bagian selatan di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab persoalan: 1) bagaimana respon masyarakat dalam membangun kesiapsiagaan; 2) bagaimana eksistensi kesiapsiagaan masyarakat. Data dan informasi dihimpun dari beberapa sumber dengan teknik;a) studi dokumentasi; b) wawancara mendalam; c) observasi; dan d) diskusi kelompk terarah. Dari analisis deskriptif kualitatif terungkap bahwa masyarakat di lereng gunung berapi, umumnya mempunyai metode pemecahan masalah (coping strategy) dan nilai yang mendasari perilaku masyarakat berhubungan dengan alam. Masyarakat dan pemerintah telah bersatu untuk mencapai kemaslahatan manusia. Aksi Cangkringan merupakan bukti; 1) keseriusan negara dalam pengurangan risiko bencana; 2) konsistensi dan pertanggungjawaban Negara Republik Indonesia atas kesepakatan ASEAN, Asian dan bangsa bangsa dunia dalam pengurangan resiko bencana. Model kesiapsiagaan masyarakat di Cangkringan dapat direplikasi di lokasi lain yang mempunyai tingkat kerawanan cukup tinggi. Namun dalam kerangka replikasi model tersebut, alokasi waktu dan tenaga dari masyarakat perlu dijadikan bahan pertimbangan. Masyarakat lereng gunung umumnya tidak mempunyai pendapatan tetap, sehingga mereka perlu kompensasi atas waktu dan tenaga yang seharusnya produktif untuk diri dan keluarganya tersita untuk mengikuti berbagai program.Kata Kunci: kesiapsiagaan, masyarakat, penanggulangan bencana
ANAK BERHADAPAN DENGAN HUKUM DITINJAU DARI POLA ASUHNYA DALAM KELUARGA Mulia Astuti
Sosio Informa Vol 16 No 1 (2011): INFORMASI: Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33007/inf.v16i1.40

Abstract

Tulisan ini merupakan hasil hasil penelitian Pola Asuh Anak dalamKeluarga yang salah satusasarannya adalah keluarga anak yang berhadapan dengan hukum.Kajian bertujuan untukmengetahui pelaksanaan pengasuhan anak yang dilakukan orang tua atau orang tua pengganti.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus terhadap keluarga dengan anakberhadapan dengan hukum. Teknik pengumpulan data yang digunakan wawancaramendalamdengan orang tua atau wali, tokoh masyarakat setempat dan studi dokumentasi. Penelitiandilaksanakan pada 3 provinsi yaitu Sumatera Barat, Daerah istimewa Yogyakarta (DIY) danNusa Tenggara Barat (NTB). Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak berhadapan dalam asuhanibu/bapak tiri, nenek,atau paman. Disamping itu keluarga tersebut kebanyakan berasal dari kelassosial ekonomi menengah ke bawah. Anak menjadi nakal atau berhadapan dengan hukum karenapengasuhan dalam keluarga yang diterima anak tidak sesuai dengan kaidah-kaidah pola asuhyang baik. Sehubungan dengan hasil penelitian ini, direkomendasikan agar lembaga yang terlibat2 Informasi, Vol. 16 No. 01 Tahun 2011I. PENDAHULUANAnak adalah pewaris, penerus, dan asetyang akan mengemban tugas bangsa di masayang akan datang. Bahkan anak merupakanmodal sosial dan ekonomi suatu bangsa. Bagiorang tua, anak mempunyai nilai khusus yangpenting pula yakni penerus keturunan. Untukmenenuhi kedua aspek tersebut, diharapkananak dapat tumbuh dan berkembang sebaikbaiknya,sehingga kelak menjadi orang dewasayang sehat secara fisik, mental, dan psikososialsebagai sumber daya manusia yang berkualitas.Keluarga merupakan lingkungankehidupan yang dikenal anak untuk pertamakalinya, dan untuk seterusnya anak banyakbelajar di dalam kehidupan keluarga. Olehkarena itu peran, sikap dan perilaku orangtuadalam proses pengasuhan anak, sangat besarpengaruhnya dalam pembentukan danperkembangan kepribadian anak.Perkembangan kepribadian anak dapat dilihatantara lain dari kemandirian dan perilaku sosialanak di dalam kehidupan sehari-hari.Di dalam keluarga, orangtualah yangberperan utama dalam mengasuh, membimbingdan membantu mengarahkan anak untukmenjadi mandiri dan berperilaku sesuai dengannilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.Mengingat masa anak-anak dan remajamerupakan masa yang penting dalam prosesperkembangan fisik, mental dan psikososial, dansering dikatakan sebagai masa labil dan masihmencari identitas, maka peran orangtua sangatkrusial.Namun dalam kenyataannya, prosespengasuhan orangtua tidak selalu sesuai denganyang diharapkan dan tidaklah sesederhana yangkita bayangkan dan katakan. Pengasuhan seringdibumbui oleh berbagai hal yang tidakmendukung bagi kemandirian anak, antara lain:sikap dan perilaku orangtua yang tidak dapatmenjadi contoh bagi anak-anaknya, suasanaemosi anggota rumah tangga sehari-hari yangtidak kondusif, interaksi antara orang tua (bapakdan ibu) serta interaksi orangtua dengan anakserta anggota keluarga lainnya yang tidak baik.Dengan situasi seperti itu, maka tidak semuapola asuh orang tua terhadap anaknya efektif,akibatnya, perilaku dan kemandirian anak, tidaksesuai dengan yang diharapkan.Di pihak lain, faktor lingkungan, sepertikemajuan teknologi informasi dan globalisasi yangberkembang pesat dewasa ini sangatmempengaruhi nilai dan norma yang berlakudalam individu, keluarga, dan masyarakat. Halini dapat berakibat terjadinya berbagaipermasalahan sosial pada anak diantaranya;penyimpangan perilaku baik pada anak maupunpada orang dewasa, seperti tindak kekerasan,pencurian, pelecehan seksual, tawuran dan lainlainyang menyebabkan anak berhadapan denganhukum. Perilaku menyimpang yang biasa dikenaldalam penanganan anak nakal yang berhadapan dengan hukum menjadikan keluarga sebagaisasaran intervensi melalui bimbingan pengasuhan anak (parenting skill)Kata kunci: Anak berhadapan dengan hukum, Pola Asuh, Keluarga.
MODEL DESA BERKETAHANAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL Ahmad Suhendi
Sosio Informa Vol 16 No 1 (2011): INFORMASI: Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33007/inf.v16i1.43

Abstract

Permasalahan sosial di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) masih relatif banyakjumlahnya dan kompleks permasalahannya. Selama ini Kementerian Sosial Republik Indonesiatelah berbuat banyak, melalui Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial telahmelakukan pemberdayaan sosial di beberapa provinsi. Kegiatan yang dilakukan yaitu Model Desa/Kelurahan Berketahanan Sosial. Artinya terdapat satu desa atau kelurahan yang telah menerapkanempat dimensi ketahanan sosial masyarakat, sehingga disebut sebagai Desa/KelurahanBerketahanan Sosial. Desa/ Kelurahan Berketahanan Sosial ada yang telah memberi manfaatsecara langsung sebagai bagian dari pembangunan masyarakat desa/kelurahan setempat.Kegiatan tersebut telah mendapat apresiasi dari pemerintah kabupaten, karena dilaksanakanberdasarkan prinsip pemberdayaan sosial yang dilakukan secara bertahap seperti identifikasikebutuhan, penyusunan rencana aksi, pelaksanaan rencana aksi, monitoring dan evaluasi.Kata kunci: Model, Desa Berketahanan Sosial, Pembangunan Kesejahteraan Sosial.
PERAN PENDAMPING DALAM PROGRAM PENDAMPINGAN DAN PERAWATAN SOSIAL LANJUT USIA DI LINGKUNGAN KELUARGA (Home care): STUDI TENTANG PENDAMPING DI YAYASAN PITRAH SEJAHTERA, KELURAHAN CILINCING, KECAMATAN CILINCING JAKARTA UTARA Nurnita Widyakusuma
Sosio Informa Vol 18 No 3 (2013): INFORMASI: Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33007/inf.v18i3.59

Abstract

Pendamping mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan keberfungsian sosial lanjutusia. Penelitian ini membahas mengenai peran pendamping dalam meningkatkan keberfungsian sosiallanjut usia dalam program pendampingan dan perawatan sosial lanjut usia di lingkungan keluarga (homecare). Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian mendeskripsikanpendamping telah menjalankan perannya dengan cukup baik, meskipun tidak semua peran dapat merekalakukan. Meski demikian, dalam pelaksanaannya di lapangan masih menemui kendala, salah satunyajumlah honor yang diterima belum layak dan belum meratanya kesempatan pendidikan dan pelatihan untukpara pendamping.Kata kunci: home care, lanjut usia, pendamping, keberfungsian sosial.
TEKNIK EKONOMI TOKEN DALAM PENGUBAHAN PERILAKU KLIEN Adi Fahrudin
Sosio Informa Vol 17 No 3 (2012): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33007/inf.v17i3.80

Abstract

Tingkah laku manusia dapat diubah dengan menggunakan berbagai pendekatan dan teknik. Dalampendekatan behavior, teknik yang lazim digunakan untuk perubahan tingkah laku klien adalah ekonomitoken. Ekonomi token dianggap efektif karena token yang diberikan kepada klien merupakan bentuk hadiahbagi peningkatan tingkah laku yang disukai dan pengurangan tingkah laku yang tidak disukai. Teknikini dapat digunakan pada berbagai setting pelayanan termasuk rumah sakit jiwa, lembaga koreksionalatau pusat rehabilitasi guna menata perilaku individu yang agresif atau tidak dapat diprediksi. Esensipenggunaan ekonomi token adalah mengajarkan tingkah laku yang tepat dan keterampilan sosial yangdapat dipergunakan dalam suatu lingkungan.Kata Kunci: ekonomi token, pekerja sosial, klien, praktek, dan keterampilan sosial
KETAHANAN PANGAN DAN KESEJAHTERAAN PETANI Mochamad Syawie
Sosio Informa Vol 17 No 3 (2012): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33007/inf.v17i3.85

Abstract

Artikel ini merupakan sebuah ulasan dari berbagai studi tentang persoalan ketahanan pangan danperihal kesejahteraan petani. Tujuan dari ulasan ini adalah untuk menginformasikan bahwa Indonesiasecara geografis mempunyai keunggulan komparatif dibandingkan dengan Negara manapun, salahsatu keunggulan pada lahan pertanian dan perkebunan yang subur. Dengan keunggulan ini Indonesiaseharusnya mampu menjadi negara maju dalam sektor pertanian. Di sisi lain, cenderung terdapatpenyusustan produksi padi, jika pada tahun 2007 surplus beras mencapai 4,96 persen, lalu tahun 2008sekitar 5,4 persen, dan 2009 menjadi 6,7 persen, tahun lalu surplus hanya 1,17 persen. Lahan-lahanpertanian terus menyusut akibat pengalihan fungsi menjadi perumahan dan industri. Diperlukan 15 jutahektar lahan pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan pada 2030. Krisis pangan mengancam jikakonversi lahan pertanian tak dicegah.Kata Kunci: Ketahanan pangan dan kesejahteraan petani
PENANGANAN DAMPAK SOSIAL PSIKOLOGIS KORBAN BENCANA MERAPI Chatarina Rusmiyati; Enny Hikmawati
Sosio Informa Vol 17 No 2 (2012): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33007/inf.v17i2.96

Abstract

Hidup di tempat pengungsian yang penuh dengan keterbatasan sering menimbulkan ketidakpastiansampai kapan mereka akan tinggal. Hal ini berkaitan pada kemampuan pemerintah dalam menyediakanpengganti tempat tinggal yang permanen, di samping kemampuan dari korban bencana itu sendiri.Lokasi pengungsian kurang memadai ditinjau dari kepadatan hunian, asupan gizi, sarana MCK, sanitasilingkungan, fasilitas sosial dan fasilitas umum. Kondisi ini dapat menyebabkan pengungsi terutama anakanakdan lansia rawan terhadap penyakit. Ketersediaan tenaga kesehatan, obat-obatan seringkali tidakseimbang dengan jumlah korban bencana yang membutuhkan penanganan kesehatan. Penanganannyaharus dilakukan secara terkoordinir dan terpadu dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat, LSM,dunia usaha dan pemerintah terkait. Pada intinya dari hasil wawancara dan observasi pada informandapat disimpulkan bahwa para pengungsi telah ditangani secara fisik, psikis dan sosial. Pemenuhankebutuhan fisik meliputi pemenuhan kebutuhan makan, pakaian, tempat tinggal, pelayanan kesehatan, airbersih dan sarana MCK. Pemenuhan kebutuhan psikis dengan menghilangkan trauma (trauma healing)seperti menghibur, memberikan pembinaan mental psikologis agar tidak jenuh, pelayanan penguatanmental keagamaan, pendidikan dan informasi. Pemenuhan kebutuhan sosial dengan menerima kunjungantamu, advokasi dan fasilitasi kegiatan. Pemenuhan kebutuhan sosial psikologis di pengungsian dapatdikatakan terpenuhi meskipun serba terbatas. Oleh karena itu disarankan kepada pemerintah khususnyaKementerian Sosial dan lembaga terkait, dalam memberikan bantuan kepada korban perlu melakukananalisis kebutuhan agar tepat sasaran. Kepada masyarakat di daerah rawan bencana perlu peningkatankesadaran tentang risiko bencana melalui sosialisasi dan simulasi siaga bencana, agar masyarakatberdaya menghadapi bencana dan risikonya.Kata Kunci: Penanganan, Pengungsi, Korban Bencana Merapi
PENGUJIAN MODEL ALAT UKUR KESEJAHTERAAN-SUBJEKTIF PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH (PKM) PROVINSI D.I YOGYAKARTADENGAN STRUCTURAL EQUATION MODELLING (SEM) Sumanto Sumanto
Sosio Informa Vol 17 No 2 (2012): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33007/inf.v17i2.98

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris alat ukur kesejahteraan-subjektif (kebahagiaan)pengusaha kecil dan menengah (PKM) provinsi DIY. Penelitan ini didahului dengan penelitian kepustakaanuntuk menggali komponen-komponen kebahagiaan pengusaha dan ditemukan empat komponenkebahagiaan, yaitu banyaknya emosi positif, sedikitnya emosi negatif, kepuasan hidup secara umum dankepuasan hidup untuk hal-hal khusus. Jadi, yang akan diuji dalam penelitian ini adalah kesesuaian modelalat ukur kebahagiaan (dengan indikator yang diturunkan dari komponen-komponen tersebut) denganmodel empirisnya. Pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah apakah model alat ukurkebahagiaan PKM yang dihipotesiskan tersebut didukung oleh data empiris. Pengumpulan data untukmenguji hipotesis ini melibatkan 277 pengusaha laki-laki dan perempuan di berbagai bidang usahadi provinsi DIY. Pengujian model dilakukan dengan permodelan persamaan struktural atau structuralequation modelling (SEM) menggunakan metode analisis kemungkinan maksimum (ML) dan diperolehkesimpulan bahwa kebahagiaan dengan indikator-indikator yang diturunkan dari komponen banyaknyaemosi positif, sedikitnya emosi negatif, kepuasan hidup secara umum, dan kepuasan hidup spesifik ternyatadidukung data empris (NFI = 0,905).Kata Kunci: Model, alat ukur, kebahagiaan, structural equation modelling, emosi
KEMISKINAN DAN PEMBANGUNAN MANUSIA Bambang Pudjianto; Mochamad Syawie
Sosio Informa Vol 1 No 3 (2015): Sosio Informa Vol.1.edisi 3 tahun 2015
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33007/inf.v1i3.167

Abstract

Untuk menigkatkan kapasitas dan kopetensi ini, manusia perlu meningkatkan pendidikan dan kesehatan. Tujuanartikel ini ingin melihat bahwa bahwa ada kecenderungan pembangunan kualitas manusia berkorelasi dengan kondisikemiskinan penduduk, artinya kualitas menusia akan mudah dicapai apabilia penduduknya sudah terentas darikemiskinan. Dilihat dari data, kemiskinan makin sulit diturunkan karena garis kemiskinan juga bergerak. Ketikapertumbuhan konsumsi masyarakat tidak bisa mengejar pertumbuhan angka kemiskinan, sudah pasti dia tidakbisa melewati garis kemiskinan. Pertanyaanya yang muncul apakah dalam kondisi penduduk yang masih miskinpembangunan manusia yang berkualitas bisa terealisasi. Komitmen untuk meningkatkan pembangunan manusiaperlu disertai dengan upaya menurunkan angka kemiskinan. Perlu terus diupayakan membantu dan memberdayakanmasyarakat miskin. Kajian artikel ini menggunakan metode studi pustaka sebagai cara untuk melakukan analisasehingga diperoleh hasil yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.Kata kunci: kemiskinan, pembangunan manusia.
ANALISIS EFEKTIFITAS KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) SEBAGAI INSTRUMEN PROGRAM PENANGANAN FAKIR MISKIN Anwar Sitepu
Sosio Informa Vol 2 No 1 (2016): SOSIO INFORMA
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33007/inf.v2i1.212

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) eksistensi dan efektifitas KUBE sebagai instrument penanganan fakir miskin dan 2) faktor penyebab keberhasilan atau kegagalan KUBE. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data skunder yaitu karya tulis yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah, buku, dan tugas mahasiswa untuk memperoleh gelar S1, S2 atau S3.  Data dicari di internet dengan menggunakan mesin pencari goggle. Hasil pencarian ditemukan sebanyak 15 karya tulis ilmiah, yang terdiri dari KTI dalam jurnal sebanyak  7 buah, KTI dalam bentuk buku (7 buah) dan dalam bentuk skripsi, tesis dan disertasi (4 buah). Selain itu data berasal dari laporan hasil evaluasi KUBE yang dilakukan penulis di Kabupaten Katingan pada bulan Mei 2015. Berdasarkan data-data tersebut diketahui bahwa eksistensi KUBE di lapangan tidak bertahan lama, usaha yang dibangun tidak berkembang. KUBE kurang atau tidak cukup efektif sebagai instrument penanganan fakir miskin. Faktor yang membuat KUBE kurang efektif adalah: (a) pembentukan KUBE bersifat dadakan; (b) minim sosialisasi sebelum pelaksanaan kegiatan; (c) cenderung top down;  (d) salah sasaran; (e) jenis usaha kurang sesuai dengan sumberdaya lokal; (f) jenis usaha kurang sesuai dengan kebiasaan (budaya) masyarakat; (g) manajemen usaha (dagang) kurang tepat; (h) pembagian kerja tidak dirasa tidak adil; (i) bibit (ternak) terlalu kecil; (j) pendamping kurang handal; (k) pengawasan belum optimal. Kesepuluh faktor tersebut saling terkait satu dengan yang lain. Secara keseluruhan intinya adalah manajemen pelaksanaan program mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian masih lemah. Kata Kunci: KUBE dan Fakir Miskin.

Filter by Year

2002 2021


Filter By Issues
All Issue Vol 7 No 3 (2021): Sosio Informa Vol 7 No 1 (2021): Sosio Informa Vol 6, No 1 (2020): Sosio Informa Vol 5, No 3 (2019): Sosio Informa Vol 5, No 2 (2019): Sosio Informa Vol 5, No 1 (2019): Sosio Informa Vol 4, No 3 (2018): Sosio Informa Vol 4, No 3 (2018): Sosio Informa Vol 4, No 2 (2018): Sosio Informa Vol 4, No 2 (2018): Sosio Informa Vol 4, No 1 (2018): Sosio Informa Vol 4 No 1 (2018): Sosio Informa Vol 3 No 3 (2017): Sosio Informa Vol 3 No 2 (2017): Sosio Informa Vol 3 No 1 (2017): Sosio Informa Vol 2 No 3 (2016): Sosio Informa Vol 2 No 2 (2016): Sosio Informa Vol 2 No 1 (2016): SOSIO INFORMA Vol 1 No 3 (2015): Sosio Informa Vol.1.edisi 3 tahun 2015 Vol 1, No 3 (2015) Vol 1, No 2 (2015): Sosio Informa Vol 1 No 2 (2015): Sosio Informa Vol 1 No 1 (2015): Sosio Informa Vol 1, No 1 (2015): Sosio Informa Vol 19, No 3 (2014) Vol 19 No 3 (2014): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 19, No 2 (2014): INFORMASI: Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 19 No 2 (2014): INFORMASI: Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 19, No 1 (2014): INFORMASI: Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 19 No 1 (2014): INFORMASI: Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 18 No 3 (2013): INFORMASI: Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 18, No 3 (2013): INFORMASI: Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 18, No 2 (2013) Vol 18 No 2 (2013): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 18 No 1 (2013): INFORMASI: Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 18, No 1 (2013): INFORMASI: Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 17, No 3 (2012) Vol 17 No 3 (2012): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 17, No 2 (2012) Vol 17 No 2 (2012): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 17, No 1 (2012): INFORMASI: Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 17 No 1 (2012): INFORMASI: Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 16, No 3 (2011): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 16, No 3 (2011): INFORMASI: Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 16 No 3 (2011): INFORMASI: Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 16 No 2 (2011): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 16, No 1 (2011): INFORMASI: Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 16 No 1 (2011): INFORMASI: Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 14 No 3 (2009): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 12 No 3 (2007): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 12 No 2 (2007): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 12 No 1 (2007): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 11, No 1 (2006): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 11 No 1 (2006): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 10 No 3 (2005): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 10 No 2 (2005): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 10 No 1 (2005): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 9 No 1 (2004): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 8 No 4 (2003): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 8 No 3 (2003): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 8 No 2 (2003): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 7 No 2 (2002): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial Vol 7 No 1 (2002): INFORMASI : Permasalahan dan Usaha Kesejahteraan Sosial More Issue