cover
Contact Name
Fardan Mahmudatul Imamah
Contact Email
imamah2012@gmail.com
Phone
+6281345602487
Journal Mail Official
jurnalkontemplasi@gmail.com
Editorial Address
Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung, Jl. Mayor Sujadi Timur No. 46 Tulungaung 66221
Location
Kab. tulungagung,
Jawa timur
INDONESIA
KONTEMPLASI: JURNAL ILMU-ILMU USHULUDDIN
ISSN : 23386169     EISSN : 25806866     DOI : -
Focus The focus of this paper is an attempt to actualize a better understanding of the Islamic theology, hermeneutic, sociology, philosophy, communication, hadith, and else, both locally and internationally through the publication of articles, research reports, and book reviews. Scope Its principal concern includes research development and knowledge dissemination on issues related to Islamic theology.
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 6, No 2 (2018): Jurnal Kontemplasi" : 8 Documents clear
SENYAWA ISLAM DAN BUDAYA PESISIR SELATAN TULUNGAGUNG Kabir, Gedong Maulana
Kontemplasi: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin Vol 6, No 2 (2018): Jurnal Kontemplasi
Publisher : IAIN Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (700.804 KB) | DOI: 10.21274/kontem.2018.6.2.159-182

Abstract

Islam is always intertwined with local culture. Islam itself has a set of grounds (propositions) that are possible interpreted in harmony with local culture, and vice versa while local culture has taken a root in people's awareness. It could be that the local culture takes root deeper than religious teachings, in the context Islam. Local culture becomes increasingly complex if it associates with a set of community beliefs for the mystique of the southern coastal region of the Java sea, Tulungagung. Relation complex between Islam and the socio-cultural community of the south coast will be examined in this article. The perspective of mystical synthesis will be used in analyzing data from interview results by exploring facts of Tulungagung's south coast community and data from the literature study. This article attempts to explain social-cultural-religious facts that develop in coastal communities south of Tulungagung. In fact, society can create harmony life while maintaining local culture and religious life. This is what might be called Islam mystic synthesis of the south coast.Keywords: Islam, Local Culture, South Coast, Social. Islam selalu berjalin-kelindan dengan budaya lokal. Pada dirinya sendiri, Islam memiliki seperangkat dasar (dalil) yang mungkin ditafsirkan selaras dengan budaya lokal, maupun sebaliknya. Disaat yang sama, budaya lokal telah mengakar dalam kesadaran masyarakat. Bisa jadi budaya lokal mengakar lebih dalam dibandingkan dengan ajaran agama, dalam konteks ini Islam. Budaya lokal menjadi semakin kompleks jika dikaitkan dengan seperangkat keyakinan masyarakat atas mistisitas wilayah pesisir selatan laut Jawa, Tulungagung. Relasi kompleks antara Islam dan sosio-kultural masyarakat pesisir selatan inilah yang akan dikaji dalam artikel ini. Perspektif sintesis mistik akan digunakan dalam menganalisa data dari hasil wawancara yang menelusuri fakta masyarakat pesisir selatan Tulungagung dan data dari penghampiran kajian kepustakaan. Artikel ini berupaya menjelaskan fakta sosial-budaya-keagamaan yang berkembang di masyarakat pesisir selatan Tulungagung. Faktanya, masyarakat bisa menciptakan kehidupan harmoni dengan tetap mempertahankan budaya lokal dan kehidupan keagamaan. Inilah yang, bisa jadi, disebut sebagai Islam sintesis mistik pesisir selatan.Kata kunci: Islam, Budaya Lokal, Pesisir Selatan, Sosial.
KONSEP NASIONALISME DALAM AJARAN PAGUYUBAN PENGHAYAT KAPRIBADEN DI TULUNGAGUNG Ramlan, Roni
Kontemplasi: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin Vol 6, No 2 (2018): Jurnal Kontemplasi
Publisher : IAIN Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (709.432 KB) | DOI: 10.21274/kontem.2018.6.2.183-206

Abstract

The background of this research starts from the issue of politicization of nationalism which during this time, the people only a look at it from the one perspective of intellectual elite which majority all of them have a legitimate religion. The narrow perspective makes the monopoly of monetary and policy occurred. It can discriminate and make the subordination in the diversity of spiritual religion that exist in the Nusantara. This research is a qualitative research by the ethnographical approach. Sources are obtained by the deep interview, participation of observation, and understanding about literature and documentation. The result of this research shows that the concept of Kapribaden nationalism can be indicated by two dimensions: textual and contextual. Textual dimension is the soul of nationalism that has identified through guyub rukun-manunggal doctrine and became the standard in the real life. Moreover, it consists as national agenda and should be celebrate it. Contextual agenda determines from implementation in the guyub rukun-manunggal doctrine in the social life. The doctrine materializes as a Laku and the transformation becomes the philosophical life in every Putro Romo.Keywords: Nationalism, Belief, Kapribaden Doctrine, Social Implication    
LANDASAN QUR’ANI AJARAN SUFISTIK RABI’AH AL ADAWIYAH Mardiyana, Alfa
Kontemplasi: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin Vol 6, No 2 (2018): Jurnal Kontemplasi
Publisher : IAIN Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (690.247 KB) | DOI: 10.21274/kontem.2018.6.2.207-226

Abstract

This research with the title "Foundation of the Qur'ani Teaching of the Rabbinic Sufiism Al-Adawiyah is motivated by a phenomenon that love should be ideally something that is peaceful, calm, and comfortable but the fact is that the love, in the present, is very much make damage. From this perspective, the author wants to lift the writing about love. This research is very useful for the writer as a vehicle for critical and creative thinking about a phenomenon that is going around and the form of scientific application that the writer has ever had obtained during the college. The method uses a library research. After the author conducting the research, it can be concluded that; (1) Rabi'a came from Basrah who lives in poverty and the fourth child of four brothers, (2) Rabi'ah's Stages to find the concept of the Mahabbah turned out to have eleven stages (repentance, wara ?, zuhud, faqr, patience, gratitude, fear, hope, monotheism, resignation and love).Keywords: Abangan, keris, mystic, santri.Penelitian dengan judul ?Landasan Qur?ani Ajaran Sufistik Rabi?ah Al-Adawiyah? dilatarbelakangi oleh sebuah fenomena bahwa cinta yang seharusnya atau idealnya menjadi sesuatu yang damai, tenang, dan nyaman tapi faktanya cinta di masa sekarang ini sangatlah membuat kerusakan. Dari situlah penulis ingin mengangkat tulisan tentang ?cinta?. Penelitian ini sangat bermanfaat bagi penulis ssebagai wahana berfikir kritis dan kreatif terhadap sebuah fenomena yang terjadi di sekitar dan bentuk aplikasi keilmuan yang pernah penulis peroleh selama kuliah. Dalam kajian ini digunakan metode kajian kepustakaan (library reserch). setelah penulis mengadakan penelitian maka dapat disimpulkan bahwa; (1) Rabi?ah berasal dari Basrah yang hidup dalam kemiskinan dan anak ke empat dari empat bersaudara, (2) Tahapan Rabi?ah sampai menemukan konsep Mahabbah nya ternyata ada sebelas tahapan (taubat, wara?, zuhud, faqr, sabar, syukur, takut, harap, tauhid, tawakkal, cinta).Kata Kunci: Abangan, keris, mistik, santri.
MOTIF ZIARAH PETILASAN PRABU JAYABAYA (Menelisik Makna dan Tujuan Masyarakat Berziarah Petilasan Sri Aji Jayabaya) Hamka, Miftah Farid; Sauqi, Ahmad
Kontemplasi: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin Vol 6, No 2 (2018): Jurnal Kontemplasi
Publisher : IAIN Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (493.632 KB) | DOI: 10.21274/kontem.2018.6.2.227-250

Abstract

This research is motivated by the anxiety of the author with many Muslim pilgrim to the Prabu Jayabaya petilasan. Prabu Jayabaya is a Javanese king who is religiously Hindu. After reading some literature that discusses about pilgrimage tomb, it finds that the tomb is not only known the tombs of Islamic figures, but also figured as the formerly considered to have a major influence on society. One of these influential figures could be the previous Kings, national figures, or community leaders who are considered sacred. From the number of pilgrims who came to Prabu Jayabaya's petilasan, known as the king of Java with his predictions, there are many backgrounds. Some come with economic motives, position, and the matter of dating. These are the motive behind the pilgrims Prabu Jayabaya's story. The motives, that drive the community, pilgrim to these activities known as a phenomenon that exists in Java. The method uses a phenomenology approach that public awareness in carrying out the activities called intentionality by basing that pilgrims have a purpose to come to King Jayabaya's petilasan.Keywords: Pilgrimage, Motives, Culture, Symbolic Interaction, Jayabaya?s Petilasan. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kegelisahan penulis dengan banyaknya masyarakat yang beragama Islam melakukan ziarah ke petilasan Prabu Jayabaya. Prabu Jayabaya sendiri adalah raja Jawa yang beragama Hindu. Setelah membaca beberapa literatur yang membahas tentang ziarah makam, ternyata banyak ditemukan bahwa ziarah makam bukan hanya dilakukan ke makam-makam tokoh Islam, tetapi juga pada tokoh-toh terdahulu yang dianggap mempunyai pengaruh besar terhadap masyarakat. Salah satu tokoh yang berpengaruh tersebut bisa Raja-Raja terdahulu, tokoh nasional, ataupun tokoh masyarakat yang dianggap sakral. Dari banyaknya peziarah yang datang ke petilasan Prabu Jayabaya, yang dikenal sebagai raja Jawa dengan ramalan-ramalannya, terdapat banyak motif yang melatar belakangi. Ada yang datang dengan motif ekonomi, jabatan, hingga soal jodoh. Inilah motif yang melatar belakangi peziarah petilasan Prabu Jayabaya. Motif-motif yang mendorong masyarakat berziarah menjadikan kegiatan tersebut sebagai suatu fenomena yang ada di Jawa. Objek dari fenomena tersebut dalam fenomenologi adalah kesadaran masyarakat dalam melakukan kegiatan yang disebut intensionalitas dengan mendasarkan bahwa peziarah memiliki tujuan untuk datang ke petilasan Prabu Jayabaya.Kata kunci: Ziarah, Motif, Budaya, Interaksi Simbolik, Petilasan Jayabaya.
WAJAH BARU KIRI ISLAM: STUDI GERAKAN FRONT NAHDLIYIN UNTUK KEDAULATAN SUMBER DAYA ALAM (FNKSDA) Ubaidillah, M.
Kontemplasi: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin Vol 6, No 2 (2018): Jurnal Kontemplasi
Publisher : IAIN Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (689.693 KB) | DOI: 10.21274/kontem.2018.6.2.251-270

Abstract

Implementation of development and influence on industrialization should be not understood as is. According to Karl Marx and Antonio Gramci, religion is a condition that absolute works for capitalism and nullify the resistance movement. This condition makes the role of social movements becomes important as a process of awareness and social transformation. Current social movements are constantly produced and have dynamics process. One factor of social movements is still existed because of the opposition to the multinational extractive industry contestation in getting natural resources. One of them is movement of social-environment by youth groups appears in the body of Islamic organizations Nahdlatul Ulama (NU). Lack of sovereignty of natural resources in Indonesia encourages a group of NU youth to build organizations of social-environmental movements that are network-based with NU organization. This movement organization was officially established on 9 December 2013. Initially, there is criticism and disappointment among some NU youths towards the structural NU group and government. Because the elite group of NU, who is sitting structurally, considers less sensitive and concerns with the issue of sovereignty of natural resources and social-environmental sustainability of Indonesia people's lives, especially NU residents.Keywords: NU Young People, Environmental Movement, Organization Social. Implementasi pembangunan dan pengaruh atas industrialisasi seharusnya tidak dipahami sebagai apa adanya. Menurut Karl Marx dan Antonio Gramci, agama adalah syarat Mutlaq proses kerja kapitalisme untuk meniadakan gerakan perlawanan. Hal ini membuat peran gerakan sosial menjadi penting sebagai proses penyadaran dan transformasi sosial. Arus gerakan sosial itu terus-menerus diproduksi dan memiliki dinamika sendiri. Salah satu faktor dari gerakan sosial saat ini masih berlangsung karena perlawanan terhadap kontestasi industri ekstraktif multinasional dalam mendapatkan sumber daya alam. Salah satunya adalah gerakan sosial-lingkungan oleh kelompok pemuda muncul dalam tubuh ormas Islam Nahdlatul Ulama (NU). Kurangnya kedaulatan sumber daya alam di Indonesia mendorong sekelompok pemuda NU membangun organisasi gerakan sosial-lingkungan yang yang berbasis jaringan dengan komunitas NU. Organisasi yang resmi berdiri pada 9 desember 2013, Awalnya muncul kritik dan kekecewaan sebagian pemuda NU terhadap kelompok NU struktural dan pemerintah. Karena kelompok elit NU yang duduk struktural dianggap kurang peka dan peduli terhadap isu kedaulatan sumber daya alam dan kelestarian lingkungan-sosial hidup rakyat Indonesia, khususnya warga NU.Kata kunci: Anak Muda NU, Gerakan Lingkungan, Organisasi Sosial.
MEMAHAMI KE-MATANG-AN EGO PENGHAYAT SUMARAH Perdana, Candra Halim
Kontemplasi: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin Vol 6, No 2 (2018): Jurnal Kontemplasi
Publisher : IAIN Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (685.386 KB) | DOI: 10.21274/kontem.2018.6.2.271-290

Abstract

Ego is often exchanged with the term "Self". Mental health depends on the maturity of the ego, as the soul system tasks with satisfying Id. Ego has a defense mechanism. One of them refers to the suppression which dampens the libido through the awareness of it. Sujud Sumarah is part of meditation, a practice that has physical and psychological impact. This practice also aims to sharpen awareness, especially towards one selfness. Other than that, kebatinan teaches the way of life of Javanese. This is more focused on peace, harmony and equanimity. Based on these considerations, this study wants to give better understanding to the process of strengthening the Self-Defense. This research uses interpretative phenomenological analysis approach. Based on this study, the findings explain that penghayat has a stronger "ego" to distribute psychic energy. As perpetrators of mysticism, there are differences in the processing of psychic energy to make ends meet, because energy is not used up for balancing the body.Keywords: Ego, Penghayat, Meditation Ego sering dipertukarkan dengan istilah ?Self?. Kesehatan jiwa salah satunya tergantung kepada kedewasaan Ego, sebagai sistem jiwa yang bertugas memuaskan Id. Ego memiliki Defense mecanism. Salah satunya disebut sebagai supresi, meredam dorongan libido dengan menyadarinya. Sujud Sumarah sebagai bagian dari meditasi. Praktek yang memiliki dampak secara fisik maupun psikis. Perihal Sujud Sumarah, Praktek ini bertujuan menajamkan kesadaran, terutama terhadap diri. Selain itu sebagai bagian dari kebatinan yang mengajarkan pandangan hidup orang Jawa. Hal tersebut lebih menitikberatkan pada ketentraman, keselarasan dan keseimbangan batin. Berdasarkan pertimbangan tersebut penelitian ini ingin lebih memahami proses penguatan Ego Penghayat. Penelitian ini menggunakan pendekatan interpretative phenomenological analysis. Berdasarkan penelitian ini temuan yang dihasilkan bahwa penghayat memiliki lebih kuat ?Ego? untuk mendistribusikan energi psikis. Sebagai pelaku mistisisme, terdapat perbedaan dalam pengolahan energi psikis untuk memenuhi kebutuhan, karena energi tidak habis untuk menyeimbangkan tubuh.Kata kunci: Ego, Penghayat, Meditasi
SEJARAH MENJAMURNYA MASJID DAN LANGGAR PASCA-65 DI KECAMATAN TANGGUNGGUNUNG, TULUNGAGUNG Teguh, Teguh; Syafii, Imam
Kontemplasi: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin Vol 6, No 2 (2018): Jurnal Kontemplasi
Publisher : IAIN Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (762.411 KB) | DOI: 10.21274/kontem.2018.6.2.291-308

Abstract

Many high and beautiful mosques and langgar stand in Tanggunggunung, Tulungagung. Those can easily be found in various corners of the villages. Interestingly, this subdistrict categorizes mountainous and far from the city center of Tulungagung. However, this phenomenon does not make the development places of worship in Tanggunggunung receded, even the construction is more rapidly and aggressively. The phenomenon is inversely proportional to the other general situation in the Tulungagung mountain area. This research tries to trace the roots of historical background and why the places of worship mushrooming in this region. The research method uses an ethnographical method. The nature of this method is by searching data from the field. Informants are useful as a guide to understand the facts. So, you could say, a researcher dives into and learn directly from informant. In that way, this research successfully provides an overview that the places of worship have complexity. Furthermore, mosques and langgar in Tanggunggunung are developed around the mid-20th century. The mushrooming of places of worship in this region because people are afraid with the situation of the 1965 bloody tragedy that claimed many lives.Keywords: Safety, Mosque, langgar, Worship. Banyak masjid dan langgar menjulang tinggi dan megah berdiri di daerah ini. Semua dengan mudah dapat dijumpai di pelbagai sudut desa. Menariknya, wilayah ini termasuk pegunungan dan jauh dari pusat kota pemerintahan Tulungagung. Tetapi, hal ini tidak membuat pembangunan tempat ibadah di Tanggunggunung surut, bahkan pembangunannya semakin pesat dan gencar. Fenomena tersebut berbanding terbalik dengan situasi umum lainnya di daerah pegunungan Tulungagung. Penelitian ini ingin mencoba melacak akar sejarah berdiri dan mengapa tempat ibadah menjamur di tempat ini. Metode penelitian yang digunakan ialah metode Etnografi. Sifat dari metode ini tentu saja menggali data dari lapangan. Informan berguna sebagai guru penuntun untuk memahami fakta. Jadi bisa dibilang, seorang peneliti menyelami dan belajar langsung kepada informan. Dengan begitu, penelitian ini berhasil memberikan gambaran bahwa tempat ibadah memiliki kompleksivitas sehingga banyak yang meneliti. Lebih lanjut, Masjid dan langgar di Tanggunggunung berkembang belum lama yakni di pertengahan abad 20. Puncak menjamurnya tempat ibadah di wilayah ini karena masyarakat ketakutan dengan situasi mencekam tragedi berdarah 65 yang banyak merenggut banyak nyawa. Kata kunci: Keselamatan, Langgar Masjid, Ibadah.
PARADIGMA MASYARAKAT TENTANG DUKUN (Melacak Peran dan Posisi Dalam Struktur Sosial Politik dan Ekonomi Masyarakat) Ilyas, Arwani
Kontemplasi: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin Vol 6, No 2 (2018): Jurnal Kontemplasi
Publisher : IAIN Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (664.524 KB) | DOI: 10.21274/kontem.2018.6.2.309-328

Abstract

Shamans are well known to the Indonesian, in particular Javanese society. Shamans occupy almost every structure in society, ranging from social, economic, political, and cultural structure. Shamans are not just as a profession attached to someone who is considered to have magical abilities, but more as a figure who influences society. The position of the shaman in the structure of society influences people's lives starting from the bottom to the top of social classes. Society, in its culture, need the services of a shaman to simplify and achieve their purpose. Indonesian society, especially Java, are near with mystical-magical and they cannot be separated from the role of the shaman. Here, it is very clear how the role and position of the shaman in the structure of Indonesian society, especially Java.Keywords: Shaman, Structure, Social, Politics, Economy, The Community. Dukun sudah sangat dikenal masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Jawa. Dukun menempati hamper di setiap struktur dalam masyarakat, mulai dari struktur social, ekonomi, politik, dan budaya. Dukun bukan hanya sebagai suatu profesi yang melekat pada seseorang yang dianggap memiliki kemampuan magis, tetapi lebih sebagai tokoh yang mempengaruhi masyarakat. Posisi dukun dalam struktur masyarakat mempengaruhi kehidupan masyarakat mulai dari bawah hingga kelas atas. Masyarakat dalam budayanya membutuhkan jasa dukun untuk mempermudah dan mencapai tujuan. Masyarakat Indonesia, khususnya Jawa yang kental dengan mistis-magis tidak dapat terlepas dari peran dukun. Dari sini sangat jelas peran dan posisi dukun dalam struktur masyarakat Indonesia, khususnya Jawa.Kata Kunci: Dukun, Struktur, Sosial, Politik, Ekonomi, Masyarakat.

Page 1 of 1 | Total Record : 8