cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Sari Pediatri
ISSN : 08547823     EISSN : 23385030     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 12 Documents
Search results for , issue "Vol 12, No 2 (2010)" : 12 Documents clear
Luaran Pengobatan Fase Induksi Pasien Leukemia Limfoblastik Akut pada Anak di Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo Surabaya Widiaskara IM; Bambang Permono; Ugrasena IDG; Mia Ratwita
Sari Pediatri Vol 12, No 2 (2010)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp12.2.2010.128-34

Abstract

Latar belakang. Kasus baru leukemia limfoblastik akut (LLA) menduduki peringkat pertama keganasanpada anak di RSU Dr. Soetomo – SurabayaTujuan. Mengetahui gambaran klinis, laboratorium, dan melihat hasil aspirasi sumsum tulang pada faseinduksi pada pasien LLAMetode. Penelitian menggunakan rancangan deskritif, secara retrospektif menggunakan catatan medisterhadap pasien LLA selama 1 tahun (1 Januari 2006 s/d 31 Desember 2006). Semua pasien berumur<15 tahun yang pertama kali didiagnosis sebagai LLA dan belum mendapat terapi sitostatik. Pengobatanmenggunakan protokol Indonesia tahun 2006.Hasil. Didapatkan 82 pasien baru, umur 4 bulan – 15 tahun, sebagian besar berumur antara 2 – 5 tahun.Gambaran klinis berupa demam 70,7%, pucat 50%, perdarahan 62,1%, hepatomegali 60,9%, splenomegali52,4%. Pada aspirasi sumsum tulang fase induksi didapatkan remisi 33(48,5%), non remisi 10 (14,7%)dan meninggal 25 (36,8%), sisanya tidak dikerjakan oleh karena menolak sitostatik 6 pasien dan pulangpermintaan keluarga 8 pasien.Kesimpulan. Aspirasi sumsum tulang fase induksi didapatkan remisi 48,5 %, meninggal 36,8% dan nonremisi 14,7%. Pasien LLA dengan risiko tinggi mempunyai angka kematian 2 kali lebih tinggi daripadarisiko standar, dan penyebab kematian tersering adalah infeksi 19 (76%).
Pengaruh Pemberian Hormon Tiroksin Terhadap Intelligence Quotient pada Anak Sekolah yang Menderita Gondok di Daerah Endemik: Penelitian Terkontrol Acak Tersamar Ganda R. Satriono; Dasril Daud; Yulius Yulius
Sari Pediatri Vol 12, No 2 (2010)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp12.2.2010.124-7

Abstract

Latar belakang. Kekurangan hormon tiroid dapat menyebabkan defisit otak minimal. Gangguan AkibatKekurangan Iodium (GAKI) merupakan salah satu masalah gizi masyarakat dan perlu mendapat perhatianbagi kesehatan karena berpengaruh langsung terhadap kehidupan dan kualitas sumber daya manusia .Tujuan Penelitian. Menilai pengaruh pemberian hormon tiroksin terhadap IQ (intelligence quotient) anaksekolah dasar yang menderita gondok di daerah endemik.Metode. Penelitian terkontrol acak tersamar ganda dengan desain pararel telah dilakukan pada anak sekolahdasar di kecamatan Anggeraja dan kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang provinsi Sulawesi Selatan Maret-Juli 2001, dengan membandingkan IQ anak gondok yang mendapat hormon tiroksin dan kelompok plasebo,sebelum dan sesudah terapi hormon tiroksin dengan dosis 100 ug/hari selama 3 bulan. Nilai IQ diukurdengan menggunakan cara Coloured Progressive Matrices (CPM).Hasil. Tujuh puluh anak sekolah dasar yang menderita gondok berumur 6-11,2 tahun secara acak dibagimenjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan 34 anak dan kelompok kontrol 36 anak. Analisis statistikmenunjukkan perbaikan IQ yang bermakna sesudah pemberian hormon tiroksin pada kelompok perlakuan(p<0,001).Kesimpulan. Pemberian hormon tiroksin 100 ug/hari selama 3 bulan meningkatkan IQ anak yang menderitagondok di daerah endemik kekurangan iodium.
Pengaruh Susu Fortifikasi Besi-Zink Terhadap Tingkat Kesegaran Jasmani Anak Usia 7-9 Tahun di Sekolah Dasar Surakarta Endang Dewi Lestari; Zusta’in Noor Adhim
Sari Pediatri Vol 12, No 2 (2010)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp12.2.2010.92-8

Abstract

Latar belakang. Defisiensi zat gizi mikro merupakan masalah kesehatan di negara berkembang. Besi danzink merupakan zat gizi mikro yang esensial untuk tubuh. Kekurangan dua jenis zat gizi mikro ini akanmenyebabkan kelainan pertumbuhan dan perkembangan yang berpengaruh terhadap tingkat kesegaranjasmani.Tujuan. Mengetahui pengaruh susu fortifikasi besi-zink terhadap tingkat kesegaran jasmani anak usia 7-9tahun di Sekolah Dasar SurakartaMetode. Penelitian uji klinis acak kasus-kontrol dilakukan pada 220 anak gizi kurang, 114 anak mendapatsusu yang mengandung iron pyrophosphate (12.15 mg) and zinc sulfate (4.4 mg), 106 sebagai kelompokkontrol. Kesegaran jasmani diukur dengan menggunakan modified-Harvard step test. Analisis statistikmenggunakan SPSS versi 16.0.Hasil. Rata-rata modified-Harvard step test score pada kelompok studi saat awal penelitian 10.829.32(SD±6.803.15), dan pada kelompok kontrol 6.407.06 (SD±3.220.03). Setelah 6 bulan pemberiansuplementasi, rata-rata modified-Harvard step test score pada kelompok perlakuan naik menjadi 27.037.92(SD+5.757.64) dan pada kelompok kontrol naik menjadi 21.5333.14 (SD±7.176.76). Terdapat perbedaanpeningkatan modified-Harvard step test score sebesar 4388.9 points pada kelompok perlakuan (p=<0.001;95 % CI 2548.3–6229.6).Kesimpulan. Pemberian susu fortifikasi besi-zink berpengaruh terhadap peningkatan tingkat kesegaranjasmani secara bermakna.
Gambaran Dismenorea pada Remaja Putri Sekolah Menengah Pertama di Manado Hesti Lestari; Jane Metusala; Diana Yuliani Suryanto
Sari Pediatri Vol 12, No 2 (2010)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp12.2.2010.99-102

Abstract

Latar belakang. Masalah yang timbul pada menstruasi seperti dismenorea merupakan masalah ginekologi yang sering dialami remaja putri. Walaupun demikian jarang remaja mencari pertolongan dokter, pada umumnya teman wanita dan orangtua menjadi tempat mencari nasehat. Ketersediaan informasi mengenai hal ikhwal menstruasi dan permasalahannya, khususnya dismenorea merupakan hal yang penting untuk perkembangan pelayanan kesehatan remaja.Tujuan. Mengetahui gambaran dismenore pada remaja putri di SMPN 3 Manado.Metode. Desain studi deskriptif potong lintang, pengambilan sampel secara konsekutif dilakukan pada bulan September 2009, dengan menggunakan kuesioner. Subjek penelitian adalah siswi SMPN 3 Manado yang sudah menstruasi.Hasil. Dua ratus dua responden masuk dalam penelitian, 199 responden (98,5%) di antaranya pernah mengalami dismenorea. Sebagian besar responden (94,5%) mengalami nyeri ringan dan 40,7% remaja putri mengalami dismenorea disertai dengan gejala penyerta. Meski merupakan suatu masalah, 82% remaja hanya membiarkan saja saat nyeri timbul atau hanya minum air hangat dan menekan bagian yang sakit (40,2%), dan hanya 5,5% berobat ke dokter. Para remaja mencari pertolongan ke orangtua (37,2%) mengenai masalah yang timbul dan hanya 6,9% dari remaja putri yang mencari pertolongan ke dokter. Sumber informasi tentang dismenorea sebagian besar berasal dari teman wanita (76,7%) dan orangtua (14,4%).Kesimpulan. Sebagian besar responden pernah mengalami dismenorea. Umumnya informasi tentang dismenorea paling banyak didapatkan dari teman wanita dan orangtua. Saat mengalami dismenore sebagian besar remaja meminta pertolongan kepada orangtua. Edukasi kesehatan tentang masalah menstruasi penting untuk remaja dan orangtuanya, dan perlunya evaluasi rutin masalah menstruasi oleh para klinisi.
Kesesuaian Nilai C-Reactive Protein dan Procalcitonin dalam Diagnosis Pneumonia Berat pada Anak Irawati Irawati; Heda Melinda; Ponpon S. Idjradinata
Sari Pediatri Vol 12, No 2 (2010)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (167.812 KB) | DOI: 10.14238/sp12.2.2010.78-81

Abstract

Latar belakang. Penyebab pneumonia sulit dibedakan berdasarkan klinis, radiologis, dan pemeriksaan darah rutin, sedangkan pemeriksaan biakan darah memerlukan waktu lama dengan hasil positif 10%-30% kasus. Baku emas biopsi jaringan paru bersifat invasif dan tidak diindikasikan. Procalcitonin merupakan penanda untuk memperkirakan infeksi bakteri dengan sensitivitas dan spesifisitas paling baik.Tujuan Penelitian. Mengetahui kesesuaian C-reactive protein (CRP) dan procalcitonin dalam diagnosis pneumonia berat pada anak, sehingga pemeriksaan CRP dapat digunakan sebagai pengganti procalcitonin.Metode. Penelitian observasional analitik dengan rancangan potong lintang dilakukan di Unit Gawat Darurat dan Rawat Inap Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung dan Rumah Sakit Umum Cibabat Cimahi pada bulan Mei-Juni 2010. Pemeriksaan CRP dan procalcitonin dilakukan saat didiagnosis pneumonia berat pada 29 anak berusia 2-60 bulan. Analisis statistik menggunakan kurva analisis receiver operating characteristic (ROC) untuk mengetahui nilai CRP yang dapat digunakan untuk memprediksi infeksi bakteri dan analisis keserasian Kappa untuk menguji kesesuaian antara nilai CRP dan procalcitonin.Hasil. Didapatkan cut off point CRP yang dapat digunakan sebagai prediksi infeksi bakteri adalah >8 mg/L dengan sensitivitas 68,2%, spesifisitas 100% dan akurasi 75,9% dan adanya kesesuaian yang baik antara nilai CRP dan procalcitonin, yaitu K=0,508.Kesimpulan. Terdapat kesesuaian nilai CRP dan procalcitonin dalam diagnosis pneumonia berat pada anak, sehingga CRP dapat digunakan untuk menggantikan procalcitonin. (
Tingkat Pengetahuan, Perilaku, dan Kepatuhan Berobat Orangtua dari Pasien Epilepsi Anak di Medan Johannes H. Saing
Sari Pediatri Vol 12, No 2 (2010)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp12.2.2010.103-7

Abstract

Latar belakang. Beberapa kepustakaan menyatakan, masih kurang pengetahuan orangtua tentang penyakitepilepsi. Perilaku negatif terhadap anak pasien epilepsi disebabkan karena ketidaktahuan dan kesalahanpengertian terhadap penyakit epilepsi.Tujuan. Mengetahui tingkat pengetahuan, perilaku, dan kepatuhan berobat pada orangtua dari anak pasienepilepsi.Metode. Penelitian merupakan suatu studi deskriptif terhadap 65 orangtua dan pengasuh dari anak pasienepilepsi (usia 0-18 tahun) yang datang ke poliklinik neurologi anak RSUP H. Adam Malik Medan, antarabulan Januari-Maret 2008. Digunakan kuesioner yang terdiri dari 39 pertanyaan yang diisi sendiri olehorangtua ataupun pengasuh.Hasil. Dari 65 orang responden, 89,2% adalah orangtua dari anak pasien epilepsi. Responden (46,2%)berusia 31-40 tahun, dan 13,8% berpendidikan setingkat universitas. Dari hasil kuesioner yang menilai tingkatpengetahuan didapat 82,5% pernah mendengar tentang epilepsi, tetapi 92,1% di antaranya menjawabmasih memerlukan informasi lebih tentang epilepsi. Pada 55,6% responden setuju bahwa epilepsi dapatmenyebabkan perubahan perilaku. Mengenai kepatuhan berobat, 79,4% responden secara teratur mendapatobat anti epilepsi.Kesimpulan. Meskipun tingkat kepatuhan berobat cukup baik, tetapi sebagian besar orangtua dan pengasuhdari anak epilepsi pernah mendengar tentang epilepsi tetapi informasi yang didapat masih terbatas. Merekamembutuhkan tambahan informasi tentang penyakit epilepsi dan pengobatannya. Perlu dilakukan programedukasi dan penyebaran informasi pada orangtua dari anak pasien epilepsi dan masyarakat di Medan dansekitarnya.
Platelet Distribution Width dan Mean Platelet Volume: Hubungan dengan Derajat Penyakit Demam Berdarah Dengue Stefanus Gunawan; Felix Candra Sutanto; Suryadi N.N. Tatura; Max F.J. Mantik
Sari Pediatri Vol 12, No 2 (2010)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (178.072 KB) | DOI: 10.14238/sp12.2.2010.74-7

Abstract

Latar belakang. Diperlukan petanda klinis praktis yang dapat digunakan untuk memprediksi progresivitas demam berdarah dengue (DBD) dan sindrom syok dengue (SSD).Tujuan. Mencari hubungan antara platelet distribution width (PDW) dan mean platelet volume (MPV) dengan derajat penyakit infeksi dengue.Metode. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang. Didiagnosis DBD atau SSD berdasarkan kriteria WHO 1997. Data berupa hematokrit, jumlah trombosit, PDW, dan MPV dikumpulkan selama penelitian. Analisis statistik menggunakan t-test dan regresi linear.Hasil. Didapatkan delapan puluh sembilan anak yang mengikuti penelitian, 71 (79,8%) didiagnosis DBD dan 18 (20,2%) SSD. Korelasi negatif didapatkan antara PDW dan jumlah trombosit (r=-0,77; p<0,05); serta antara MPV dan jumlah trombosit (r=-0,52; p< 0,05). Rerata nilai PDW berbeda secara bermakna pada kelompok trombositopenia dan non trombositopenia (10,46 vs 8,07%; p<0,05) begitu juga nilai MPV (10,12 vs 8,84fl; p<0,05). PDW didapatkan lebih tinggi pada SSD dibanding dengan DBD (11,64 vs. 9,72%; p<0,05) begitu MPV (10,38 vs 8,53 fl; p<0,05). Didapatkan korelasi positif antara hemokonsentrasi dan PDW (r=0,217; p<0,05) begitu juga antara hemokonsentrasi dan MPV (r=0,118; p<0,05).Kesimpulan. PDW dan MPV dapat digunakan sebagai prediktor progresivitas dari DBD.
Acanthosis Nigricans dan Hubungannya dengan Resistensi Insulin pada Anak dan Remaja Jose RL Batubara
Sari Pediatri Vol 12, No 2 (2010)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp12.2.2010.67-73

Abstract

Acanthosis nigricans (AN) bukan hanya sekedar kelainan kulit saja, tetapi dipandang sebagai petanda adanyapenyakit lain yang mendasari, salah satunya adalah resistensi insulin. Prevalensi AN bervariasi dari 7%pada populasi umum sampai dengan 74% pada orang dengan obesitas. Penelitian terakhir memperlihatkanbahwa derajat beratnya AN berhubungan dengan konsentrasi insulin plasma puasa dan indeks masatubuh (IMT). Tidak ada perbedaan insidens antara laki-laki dan perempuan. Secara garis besar AN dibagimenjadi dua kategori besar yaitu jinak (benign) dan ganas (malignant). Acanthosis nigricans pada sindromresistensi insulin disebabkan karena kadar insulin yang tinggi mampu mengaktifkan fibroblas dermal dankeratinosit melalui reseptor insulin-like growth factor yang ada pada sel-sel tersebut. Sebagai hasilnya terjadipeningkatan deposisi glikosaminoglikans oleh fibroblas di dermal. Hal ini menyebabkan papilomatosis danhiperkeratosis. Acanthosis nigricans dilaporkan sebagai salah satu faktor prediktor hiperinsulinemia yangcukup baik. Skrining adanya AN merupakan alat yang cukup sederhana, cepat, mudah, dan murah untukmendeteksi individu yang berisiko menderita diabetes tipe 2 dan penyakit lain yang berhubungan denganhiperinsulinemia. Skrining AN di klinik dan sekolah untuk mengidentifikasi individu yang berisiko tinggimenderita diabetes tipe 2 memiliki implikasi penting dalam pengembangan strategi intervensi melawanDM, terutama di tingkat layanan primer.Tujuan terapi pada AN adalah untuk mengkoreksi penyakit yangmendasarinya. Koreksi hiperinsulinemia dapat mengurangi derajat lesi hiperkeratosis, begitu juga denganpenurunan berat badan.
Skrofuloderma pada Anak: Penyakit yang Terlupakan? Johnny Nurman; Darmawan B. Setyanto
Sari Pediatri Vol 12, No 2 (2010)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (153.172 KB) | DOI: 10.14238/sp12.2.2010.108-15

Abstract

Skrofuloderma atau tuberkulosis kulit sering mengalami keterlambatan dalam diagnosis baik pada negaraberkembang ataupun industri dewasa ini. Seorang anak perempuan umur 13 tahun 6 bulan dirujuk dengankeluhan utama pasca biopsi benjolan di leher dan ketiak kanan. Pasien menderita kelainan pada regioservikalis, submandibula dan aksila dekstra berupa benjolan sebesar telur puyuh, keras, tidak nyeri danterfiksasi dan lesi plak eritematosa dengan pinggir kebiruan dan hiperpigmentasi berukuran 1x1 cm sampai5x 10 cm, bentuk tidak teratur, tersusun linier, berbatas tegas. Benjolan dikeluhkan sejak 4 tahun yanglalu dan memburuk sesuai perjalanan waktu. Kuku jari tangan tampak berwarna kuning kecoklatan danmengeras dengan permukaan yang tidak merata. Konsultasi kepada dokter telah dilakukan namun orangtua pasien tidak pernah dijelaskan mengenai penyakit yang diderita anaknya. Pengobatan dengan obatyang tidak jelas dan perawatan luka dilakukan pada setiap konsultasi. Riwayat tuberkulosis dalam keluargadisangkal namun tetangga pasien diketahui menderita batuk berdarah. Hasil uji Mantoux memperlihatkanbula berdiameter >15 mm, kemudian pecah dan menjadi lesi ulkus setelah 2 minggu. Hasil biopsi kulitmenunjukkan seluruh dermis dipadati oleh sel radang terutama limfosit, sel plasma polimorphic multiplenucleous (PMN), dan tampak sel-sel epiteloid dan sel datia Langhans; juga daerah yang granulomatus. Kulturjaringan setelah 8 minggu, memperlihatkan hasil biakan positif Mycobacterium tuberculosis, apusan sedianlangsung tidak ditemukan kuman tahan asam, tetapi uji niasin positif. Berdasarkan telaah dari anamnesis,pemeriksaan fisis dan penunjang, dapat disimpulkan diagnosis skrofuloderma, gizi kurang, perawakan pendekkarena penyakit kronis, tersangka anemia defisiensi besi, dan onikomikosis. Pasien mendapat terapi obatanti tuberkulosis per oral dengan isoniazid 1 x 200 mg/hari dan rifampisin 1 x 300 mg/hari selama 6 bulan,pirazinamid 1 x 400 mg/hari dan etambutol 1 x 500 mg/hari, selama 2 bulan pertama dan menunjukkanpenyembuhan. Pasien dipantau lebih lanjut untuk masalah nutrisi dan perawatan pendek di poliklinik IKARSCM.
Hubungan antara Malondialdehyde (MDA) dengan Hasil Luaran Sepsis Neonatorum Kamilah Budhi Rahardjani
Sari Pediatri Vol 12, No 2 (2010)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (195.843 KB) | DOI: 10.14238/sp12.2.2010.82-7

Abstract

Latar belakang. Sepsis merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas terbanyak pada neonatus. Pada sepsis terjadi peningkatan stres oksidatif yang menyebabkan kerusakan jaringan dan hemolisis. Kadar MDA serum merupakan biomarker adanya stress oksidatif.Tujuan. Mengetahui hubungan antara MDA serum dengan hasil luaran sepsis pada neonatus.Metode. Penelitian observasional prospektif dilakukan pada neonatus sepsis yang dirawat di PBRT (Peawatan Bangsal Risiko Tinggi) RSUP Dr. Kariadi Semarang, Oktober 2007 sampai dengan Januari 2008. Diagnosis sepsis berdasar gejala klinik dan pemeriksaan laboratorium. Keluaran sepsis dikelompokkan menjadi dua yaitu perburukan (BR) dan perbaikan (BI). Kadar MDA serum diukur dua kali saat terdiagnosis sepsis (MDA1) dan pada hari ke-5 atau bila terjadi disfungsi organ / meninggal / perburukan (MDA2) dengan menggunakan metode spektofotometri. Analisis statistik menggunakan Uji Wilcoxon Signed – Rank, Mann-Whitney, ROC analysis dan Fisher-exact.Hasil. Subjek penelitian terdiri dari 41 neonatus sepsis, 33 neonatus BI dan 8 neonatus BR. Rerata kadar MDA1 2,97±0,14 dan MDA2 3,05±0,34. Kadar MDA 1 kelompok BI 2,95±0,117, kelompok BR 3,08±0,172 (p=0,03). Kadar MDA2 kelompok BI 2,97±0,182, kelompok BR 3,38±0,591 (p=0,006). Kelompok BI MDA2 meningkat tak bermakna (p=0,9), kelompok BR, MDA2 meningkat bermakna (p=0,01). Kurva ROC luas area bawah kurva MDA1 0,75 (p=0,03), cut-off-point= 2,928 ng/mL. Dijumpai hubungan bermakna antara kategori MDA1 dengan luaran sepsis (p=0,02). Risiko relatif MDA1 ≥2,928 ng/mL untuk hasil luaran sepsis perburukan 7,4 X (95% CI=1,4-37,2).Kesimpulan. Terdapat hubungan antara kadar MDA serum dengan hasil luaran sepsis neonatorum. (

Page 1 of 2 | Total Record : 12


Filter by Year

2010 2010


Filter By Issues
All Issue Vol 27, No 3 (2025) Vol 27, No 2 (2025) Vol 27, No 1 (2025) Vol 26, No 6 (2025) Vol 26, No 5 (2025) Vol 26, No 4 (2024) Vol 26, No 3 (2024) Vol 26, No 2 (2024) Vol 26, No 1 (2024) Vol 25, No 6 (2024) Vol 25, No 5 (2024) Vol 25, No 4 (2023) Vol 25, No 3 (2023) Vol 25, No 2 (2023) Vol 25, No 1 (2023) Vol 24, No 6 (2023) Vol 24, No 5 (2023) Vol 24, No 4 (2022) Vol 24, No 3 (2022) Vol 24, No 2 (2022) Vol 24, No 1 (2022) Vol 23, No 6 (2022) Vol 23, No 5 (2022) Vol 23, No 4 (2021) Vol 23, No 3 (2021) Vol 23, No 2 (2021) Vol 23, No 1 (2021) Vol 22, No 6 (2021) Vol 22, No 5 (2021) Vol 22, No 4 (2020) Vol 22, No 3 (2020) Vol 22, No 2 (2020) Vol 22, No 1 (2020) Vol 21, No 6 (2020) Vol 21, No 5 (2020) Vol 21, No 4 (2019) Vol 21, No 3 (2019) Vol 21, No 2 (2019) Vol 21, No 1 (2019) Vol 20, No 6 (2019) Vol 20, No 5 (2019) Vol 20, No 4 (2018) Vol 20, No 3 (2018) Vol 20, No 2 (2018) Vol 20, No 1 (2018) Vol 19, No 6 (2018) Vol 19, No 5 (2018) Vol 19, No 4 (2017) Vol 19, No 3 (2017) Vol 19, No 2 (2017) Vol 19, No 1 (2017) Vol 18, No 6 (2017) Vol 18, No 5 (2017) Vol 18, No 4 (2016) Vol 18, No 3 (2016) Vol 18, No 2 (2016) Vol 18, No 1 (2016) Vol 17, No 6 (2016) Vol 17, No 5 (2016) Vol 17, No 4 (2015) Vol 17, No 3 (2015) Vol 17, No 2 (2015) Vol 17, No 1 (2015) Vol 16, No 6 (2015) Vol 16, No 5 (2015) Vol 16, No 4 (2014) Vol 16, No 3 (2014) Vol 16, No 2 (2014) Vol 16, No 1 (2014) Vol 15, No 6 (2014) Vol 15, No 5 (2014) Vol 15, No 4 (2013) Vol 15, No 3 (2013) Vol 15, No 2 (2013) Vol 15, No 1 (2013) Vol 14, No 6 (2013) Vol 14, No 5 (2013) Vol 14, No 4 (2012) Vol 14, No 3 (2012) Vol 14, No 2 (2012) Vol 14, No 1 (2012) Vol 13, No 6 (2012) Vol 13, No 5 (2012) Vol 13, No 4 (2011) Vol 13, No 3 (2011) Vol 13, No 2 (2011) Vol 13, No 1 (2011) Vol 12, No 6 (2011) Vol 12, No 5 (2011) Vol 12, No 4 (2010) Vol 12, No 3 (2010) Vol 12, No 2 (2010) Vol 12, No 1 (2010) Vol 11, No 6 (2010) Vol 11, No 5 (2010) Vol 11, No 4 (2009) Vol 11, No 3 (2009) Vol 11, No 2 (2009) Vol 11, No 1 (2009) Vol 10, No 6 (2009) Vol 10, No 5 (2009) Vol 10, No 4 (2008) Vol 10, No 3 (2008) Vol 10, No 2 (2008) Vol 10, No 1 (2008) Vol 9, No 6 (2008) Vol 9, No 5 (2008) Vol 9, No 4 (2007) Vol 9, No 3 (2007) Vol 9, No 2 (2007) Vol 9, No 1 (2007) Vol 8, No 4 (2007) Vol 8, No 3 (2006) Vol 8, No 2 (2006) Vol 8, No 1 (2006) Vol 7, No 4 (2006) Vol 7, No 3 (2005) Vol 7, No 2 (2005) Vol 7, No 1 (2005) Vol 6, No 4 (2005) Vol 6, No 3 (2004) Vol 6, No 2 (2004) Vol 6, No 1 (2004) Vol 5, No 4 (2004) Vol 5, No 3 (2003) Vol 5, No 2 (2003) Vol 5, No 1 (2003) Vol 4, No 4 (2003) Vol 4, No 3 (2002) Vol 4, No 2 (2002) Vol 4, No 1 (2002) Vol 3, No 4 (2002) Vol 3, No 3 (2001) Vol 3, No 2 (2001) Vol 3, No 1 (2001) Vol 2, No 4 (2001) Vol 2, No 3 (2000) Vol 2, No 2 (2000) Vol 2, No 1 (2000) More Issue