cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Sari Pediatri
ISSN : 08547823     EISSN : 23385030     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 19, No 6 (2018)" : 10 Documents clear
Kasus Kontrol Hubungan Imunisasi BCG dengan kejadian TB Paru pada anak tahun 2015-2016 R. Evi Sofia Riani; Putri Bungsu Machmud
Sari Pediatri Vol 19, No 6 (2018)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp19.6.2018.321-7

Abstract

Latar belakang. Tuberkulosis adalah penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan di dunia. Pada tahun 2014 terjadi peningkatan insidens, prevalens bahkan kematian karena TB di Indonesia. Tujuan. Mengetahui besar risiko tidak diimunisasi BCG terhadap kejadian TB Paru pada anak di Kota Sukabumi tahun 2015-2016 setelah dikontrol oleh variabel umur, jenis kelamin, berat badan lahir, pemberian ASI Eksklusif, kunjungan Neonatal, pemberian Vitamin A, pendidikan Ibu dan Pekerjaan Ibu. Sedangkan tujuan sekunder dari studi ini adalah mengidentifikasi status imunisasi BCG dan kejadian TB Paru pada anak serta variable covariatnya dan mengetahui besar risiko anak yang tidak diimunisasi serta mengetahui besar Efektivitas vaksin BCG. Metode. Penelitian ini menggunakan desain case control. Kasus dan kontrol adalah anak kota Sukabumi usia 0-5 tahun yang diperoleh dari laporan rutin program TB, imunisasi, KIA dan Gizi di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi. Hasil. Analisis multivariat menunjukkan bahwa risiko anak yang tidak diimunisasi BCG dan KN sebanyak 3 kali adalah 1,13 kali lebih besar untuk terkena TB paru dibandingkan kelompok rujukan dan anak yang diimunisasi BCG. Dari hasil tersebut diketahui bahwa efektivitas vaksin BCG tanpa interaksi 67%, sedangkan dengan interaksi 82%. Kesimpulan. Imunisasi di Kota Sukabumi masih merupakan salah satu upaya yang efektif untuk mencegah terjadinya TB paru pada anak.                                                                      
Peran Bilas Surfaktan pada Neonatus Aterm dengan Sindrom Aspirasi Mekonium Rinawati Rohsiswatmo; Ahmad Kautsar
Sari Pediatri Vol 19, No 6 (2018)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (111.497 KB) | DOI: 10.14238/sp19.6.2018.356-63

Abstract

Latar belakang. Sindrom aspirasi mekonium ditandai dengan gejala distres napas pada neonatus yang lahir dengan cairan amnion terwarna meconium dengan gejala radiologis yang khas. Mekonium dapat menghambat aktivitas dari komponen surfaktan endogen dan dapat menurunkan produksi surfaktan. Pemberian surfaktan secara bolus dapat mengganti surfaktan endogen yang telah ter-inaktivasi oleh asam lemak yang terdapat pada mekonium, sedangkan bilas paru dengan surfaktan dipercaya dapat membuang mekonium yang tersisa di jalan napas.Tujuan. Mengetahui efektivitas dari bilas surfaktan pada neonatus aterm dengan sindrom aspirasi mekoniumMetode. Penelusuran pustaka database elektronik : Pubmed dan CochraneHasil. Bilas surfaktan dapat menurunkan angka kematian dan penggunaan ECMO dengan RR 0,33 (IK 0,11-0,96). Tidak ada perbedaan yang bermakna dalam hal kejadian pneumotoraks (RR 0,38 IK 0,08-1,90). Bradikardi dan desaturasi dapat ditemukan sebagai efek samping.Kesimpulan. Bilas surfaktan bermanfaat dalam menurunkan angka kematian pada bayi dengan SAM. Efek samping bilas surfaktan terjadi sementara yaitu hipoksemia dan bradikardi dan dapat kembali normal.
Red-Cell Distribution Width (RDW) dan Mean Platelet Volume (MPV) sebagai Biomarker Keparahan Pneumonia Anak Wigit Kristianto; Retno Asih Setyoningrum; Agoes Boediono
Sari Pediatri Vol 19, No 6 (2018)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (157.071 KB) | DOI: 10.14238/sp19.6.2018.335-41

Abstract

Latar belakang. Pneumonia masih menjadi salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak balita di seluruh dunia. Red-cell distribution width (RDW) dan mean platelet volume (MPV) adalah dua parameter dalam pemeriksaan darah lengkap yang sederhana, murah, dan tersedia hampir di seluruh rumah sakit di Indonesia. Penggunaannya sebagai biomarker keparahan pneumonia dapat menjadi salah satu upaya untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat pneumonia.Tujuan. Menganalisis hubungan antara nilai RDW dan MPV dengan derajat keparahan pneumonia anak.Metode. Penelitian cross-sectional dilaksanakan pada Juni-November 2017 di RSUD Nganjuk, melibatkan 30 anak berusia 2-59 bulan dengan pneumonia. Nilai RDW dan MPV dihubungkan dengan klasifikasi diagnosis, derajat keparahan yang diukur menggunakan skor RISC (respiratory index of severity in children) dan PRESS (pediatric respiratory severity score), dan hasil terapi pneumonia.Hasil. Terdapat perbedaan bermakna pada nilai RDW antara subjek dengan pneumonia dan pneumonia berat (t28=-1,721, p=0,096). Nilai RDW antara kelompok dengan nilai PRESS rendah, sedang, dan tinggi juga berbeda bermakna (F(2,27)=4,083, p=0,028). Nilai RDW berhubungan bermakna kuat dengan klasifikasi diagnosis pneumonia (x(1)=0,530, p=0,004), dan berhubungan bermakna moderate dengan skor RISC (rs=0,369, p=0,023), serta skor PRESS (rs=0,318, p=0,043). Kesimpulan. Nilai RDW berhubungan dengan klasifikasi diagnosis pneumonia, skor RISC dan skor PRESS.
Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Orangtua tentang Diare pada Balita di RSCM Kiara Arini Ika Hapsari; Hartono Gunardi
Sari Pediatri Vol 19, No 6 (2018)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp19.6.2018.316-20

Abstract

Latar belakang. Diare masih merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada balita di Indonesia. Tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku orangtua tentang diare dapat berpengaruh terhadap angka kejadian diare pada balita. Tujuan. Mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku tentang diare, serta hubungan antar variabel tersebut. Metode. Penelitian potong lintang ini dilakukan di RSCM Kiara pada September 2015. Data diperoleh dari wawancara dengan orangtua berdasarkan kuesioner. Analisis statistik dilakukan dengan Chi-square atau uji Fischer. Hasil. Di antara 102 subyek, terdapat 101 (99%) subjek memiliki tingkat pengetahuan baik, 55 (54%) subjek memiliki sikap positif, dan 55 (54%) memiliki perilaku baik tentang diare. Tidak ada hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan dengan perilaku (p=0,353) dan antara sikap dengan perilaku orangtua tentang diare (p=0,290). Kesimpulan. Hampir seluruh orangtua memiliki tingkat pengetahuan yang baik, dan mayoritas subyek mempunyai sikap dan perilaku yang baik tentang diare. Pengetahuan dan sikap orangtua tidak berhubungan dengan perilaku tentang diare pada anak.
Faktor Risiko Tuberkulosis Paru Terkonfirmasi Bakteriologis Mohamad Syarofil Anam; Hanifa Syaputri; Dwi Wastoro Dadiyanto; Magdalena Sidhartani
Sari Pediatri Vol 19, No 6 (2018)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp19.6.2018.311-5

Abstract

Latar belakang. Insiden tuberkulosis (TB) paru terkonfirmasi bakteriologis pada anak mulai meningkat di Indonesia.Tujuan. Menganalisis faktor risiko TB paru terkonfirmasi bakteriologis pada anak. Metode. Penelitian kasus-kontrol menggunakan data catatan medik pasien TB anak di RSUP dr. Kariadi Semarang periode tahun 2014-2015. Kelompok kasus adalah pasien TB anak yang ditemukan kuman dari pemeriksaan sputum dengan BTA dan atau tes cepat molekuler (TCM). Kelompok kontrol adalah pasien TB yang terdiagnosis secara klinis. Analisis menggunakan Chi-square dan multivariat.Hasil. Sebanyak 74 pasien TB anak dilakukan analisis, 37 subyek di masing-masing kelompok. Gambaran Rontgen paru berat dan riwayat kontak TB merupakan faktor risiko (OR 3,08; CI: 1,11-8,50, p=0,027) (OR 2,85; CI:1,08-7,55, p=0,032). Jenis kelamin, usia, status gizi, gejala demam, batuk dan tes tuberkulin, bukan merupakan faktor risiko TB terkonfirmasi bakteriologis. Kesimpulan. Riwayat kontak dan gambaran Rontgen toraks yang berat merupakan faktor risiko TB paru terkonfirmasi bakteriologis pada anak.
Pengaruh Kadar Hemoglobin Pre-transfusi dan Feritin Serum terhadap Pertumbuhan Fisik Pasien Thalassemia β Mayor Cece Alfalah; Dewi A. Wisnumurti; Endang Windiastuti; Hikari A. Sjakti; Dwi Putro; H.F. Wulandari; Yoga Devaera
Sari Pediatri Vol 19, No 6 (2018)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp19.6.2018.349-55

Abstract

Latar belakang. Kadar hemoglobin pre-transfusi dan feritin serum memengaruhi pertumbuhan anak dengan thalassemia β-mayor. Penelitian tentang thalassemia sudah dilakukan di Indonesia, tetapi penelitian tentang hubungan thalassemia dengan pertumbuhan fisik masih terbatas.Tujuan. Mengetahui pengaruh kadar Hb pre-transfusi dan feritin serum terhadap pertumbuhan fisik pasien thalassemia β-mayor.Metode. Penelitian berupa analitik observasional potong lintang, menganalisis pengaruh kadar Hb pre-transfusi dan feritin serum terhadap parameter (perawakan pendek dan sangat pendek, gizi kurang dan buruk, usia tulang yang terlambat). Dilakukan pada bulan Agustus-Oktober 2017 pada pasien thalassemia β-mayor yang berobat ke Thalassemia-Centre RSUD Pekanbaru.Hasil. Subjek 41 orang, rentang usia 18-204 bulan. Jenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada perempuan (53,7% vs 46,3%). 40% subjek mengalami retardasi pertumbuhan. Terdapat korelasi bermakna antara kadar Hb pre-transfusi dengan Z-score TB/U (r=0,507, p=0,001) dan LILA/U (r=0,467, p=0,02). Hb pre-transfusi berpengaruh terhadap interpretasi duduk/umur (p=0,007, IK95%: -1,5 - -0,3), subischial leg length/umur (p=0,002), tetapi tidak pada interpretasi rasio segmen atas/bawah dan usia tulang. Hasil berbeda pada kadar feritin yang tidak memiliki korelasi terhadap semua variabel.Kesimpulan. Terdapat pengaruh yang bermakna secara statistik antara kadar Hb pre-transfusi dengan parameter penelitian serta tidak terdapat pengaruh yang bermakna secara statistik antara kadar feritin serum dengan parameter tersebut.
Perbandingan Melatonin dan Prosedur Deprivasi Tidur untuk Persiapan Pemeriksaan Elektroensefalografi pada Anak Setyo Handryastuti; Lenny S. Budi; Irawan Mangunatmadja; Taralan Tambunan; Agus Firmansyah; Dwi P. Widodo; Alifiani H. Putranti
Sari Pediatri Vol 19, No 6 (2018)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp19.6.2018.328-34

Abstract

Latar belakang. Elektroensefalografi (EEG) adalah pemeriksaan penunjang epilepsi yang dilakukan saat anak sadar dan tidur alami. Melatonin merupakan premedikasi EEG yang diharapkan menimbulkan awitan tidur lebih cepat, lama tidur cukup, tidak memengaruhi stadium tidur, timbulnya gelombang epileptiform, efek samping lebih kecil dibanding prosedur deprivasi tidur parsial (DTP). Tujuan. 1. Mengetahui perbandingan melatonin dan prosedur DTP dalam hal awitan, stadium dan lama tidur, timbulnya gelombang epileptiform, kegagalan pemeriksaan EEG. 2. Mengetahui perbedaan efek samping pemberian melatonin dibandingkan DTP. Metode. Uji klinik acak tersamar tunggal pada 76 subyek berusia 1-18 tahun yang menjalani pemeriksaan EEG di Departemen IKA-RSCM. Subyek dibagi 2 kelompok, yaitu kelompok melatonin per oral dan DTP. Dilakukan pencatatan awitan, stadium dan durasi tidur, timbulnya gelombang epileptiform, efek samping yang timbul.Hasil. Rerata awitan tidur kelompok DTP 42,39 menit, melatonin 33,97 menit (p≤0,01). Rerata lama tidur kelompok DTP 22,58 menit, melatonin 25,09 menit (p=0,144). Stadium tidur, timbulnya gelombang epileptiform dan efek samping pada kedua kelompok tidak berbeda bermakna. Kesimpulan. Awitan tidur kelompok melatonin lebih cepat dibandingkan DTP. Durasi, stadium tidur, gelombang epileptiform kedua kelompok mirip dengan tidur alamiah dan tidak ada perbedaan efek samping. Kegagalan EEG pada kelompok melatonin lebih kecil dibandingkan prosedur DTP. Disimpulkan melatonin dapat digunakan sebagai premedikasi EEG pada anak.
Pengaruh Pemberian Gentamisin Intravena Terhadap Kadar Kidney Injury Molecule-1 Urin pada Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan Bobby Pambudi; Adrian Umboh; Jeanette I Ch. Manoppo
Sari Pediatri Vol 19, No 6 (2018)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp19.6.2018.342-8

Abstract

Latar belakang. Gentamisin telah digunakan secara luas sebagai lini pertama infeksi neonatus. Gentamisin akan terakumulasi di dalam jaringan tubuh terutama ginjal Sehingga dapat menganggu fungsi ginjal. Kidney injury molecule-1 (KIM-1) urin merupakan biomarker baru yang digunakan untuk menilai fungsi ginjal.Tujuan. Mengetahui pengaruh gentamisin intravena terhadap kadar KIM-1 urin dan kreatinin serum.Metode. Penelitian dengan pendekatan pra-pasca uji. Penelitian ini dilakukan di Neonatal Intensive Care Unit (NICU) mulai Desember 2016 sampai Maret 2017. Pada neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan yang diterapi dengan gentamisin intravena 5 mg/KgBB/36 jam selama 5 hari. Kelainan kongenital, asfiksia, dan kondisi kritis diekslusi. Kadar KIM-1 urin diukur menggunakan teknik ELISA dengan modifikasi “sandwich assay”. Pengambilan sampel dengan metode consecutive sampling. Digunakan analisis deskriptif dan uji t berpasangan (p<0,05). Hasil. Empat puluh neonatus terdiri dari 28 bayi laki-laki dan 12 bayi perempuan. Terjadi peningkatan rerata kadar KIM-1 urin sebelum mendapat gentamisin sebesar 2,80 ng/ml menjadi 3,04 ng/ml setelah pemberian gentamisin (p=0,031). Terjadi penurunan rerata kadar kreatinin serum sebelum mendapat gentamisin sebesar 0,73 mg/dl menjadi 0,43 mg/dl setelah pemberian gentamisin (p<0,0001).Kesimpulan. Pemberian gentamisin pada neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan selama 5 hari didapatkan peningkatan kadar KIM-1 urin. 
Diskrepansi Nilai CRP dan LED pada Fase Akut Penyakit Kawasaki Najib Advani; Lucyana Alim Santoso
Sari Pediatri Vol 19, No 6 (2018)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp19.6.2018.307-10

Abstract

Latar belakang. Dasar diagnosis penyakit Kawasaki (PK) yang ditetapkan oleh konsensus American Heart Association (AHA) 2004 dan 2017 berdasarkan gejala dan tanda klinis, serta ditunjang oleh pemeriksaan laboratorium, di antaranya reaktan fase akut, seperti CRP (C reactive protein) dan LED (laju endap darah) yang umumnya meningkat pada fase akut. Penelitian sebelumnya mendapatkan adanya perbedaan nilai (diskrepansi) antara keduanya. Tujuan. Untuk mengetahui apakah pada fase akut PK cukup diperiksa CRP atau LED atau keduanya.Metode. Penelitian retrospektif yang melibatkan 1163 subjek PK secara konsekutif selama 1 April 2000 sampai dengan 31 Mei 2017.Terdapat 741 subjek yang memenuhi syarat kelengkapan semua data. Nilai potong yang digunakan untuk peningkatan CRP adalah > 30 mg/dl, dan LED >40 mm. Hasil. Terdapat dikrepansi antara nilai CRP dan LED pada 30,8% subjek yang artinya nilai CRP meningkat sedangkan LED normal atau sebaliknya.Kesimpulan. C reactive protein maupun LED perlu diperiksa bersamaan pada fase akut PK.
Infeksi pada Ginjal dan Saluran Kemih Anak: Manifestasi Klinis dan Tata Laksana Sudung O Pardede
Sari Pediatri Vol 19, No 6 (2018)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (143.94 KB) | DOI: 10.14238/sp19.6.2018.364-74

Abstract

Infeksi saluran kemih (ISK) disebabkan berbagai jenis mikroba seperti bakteri, virus, dan jamur. Penyebab ISK paling sering adalah bakteri Escherichia coli. Infeksi saluran kemih pada anak dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi infeksi, manifestasi klinis, ada tidaknya kelainan saluran kemih,  dan kepentingan klinis. Manifestasi klinis ISK bervariasi, tergantung pada usia, tempat infeksi dalam saluran kemih, dan beratnya infeksi atau intensitas reaksi peradangan. Sebagian ISK pada anak merupakan ISK asimtomatik dan umumnya ditemukan pada anak usia sekolah, terutama anak perempuan dan ISK asimtomatik umumnya tidak berlanjut menjadi pielonefritis. Manifestasi klinis ISK pada anak dapat berupa pielonefritis akut atau febrile urinary tract infection, sistitis, sistitis hemorhagik, ISK asimtomatik. Tata laksana ISK terdiri atas eradikasi infeksi akut, deteksi dan tata laksana kelainan anatomi  dan fungsional pada ginjal dan saluran kemih, deteksi  dan mencegah infeksi berulang. Tujuan pemberian antimikroba adalah untuk mengatasi infeksi akut, mencegah urosepsis, dan mencegah atau mengurangi kerusakan ginjal.

Page 1 of 1 | Total Record : 10


Filter by Year

2018 2018


Filter By Issues
All Issue Vol 27, No 3 (2025) Vol 27, No 2 (2025) Vol 27, No 1 (2025) Vol 26, No 6 (2025) Vol 26, No 5 (2025) Vol 26, No 4 (2024) Vol 26, No 3 (2024) Vol 26, No 2 (2024) Vol 26, No 1 (2024) Vol 25, No 6 (2024) Vol 25, No 5 (2024) Vol 25, No 4 (2023) Vol 25, No 3 (2023) Vol 25, No 2 (2023) Vol 25, No 1 (2023) Vol 24, No 6 (2023) Vol 24, No 5 (2023) Vol 24, No 4 (2022) Vol 24, No 3 (2022) Vol 24, No 2 (2022) Vol 24, No 1 (2022) Vol 23, No 6 (2022) Vol 23, No 5 (2022) Vol 23, No 4 (2021) Vol 23, No 3 (2021) Vol 23, No 2 (2021) Vol 23, No 1 (2021) Vol 22, No 6 (2021) Vol 22, No 5 (2021) Vol 22, No 4 (2020) Vol 22, No 3 (2020) Vol 22, No 2 (2020) Vol 22, No 1 (2020) Vol 21, No 6 (2020) Vol 21, No 5 (2020) Vol 21, No 4 (2019) Vol 21, No 3 (2019) Vol 21, No 2 (2019) Vol 21, No 1 (2019) Vol 20, No 6 (2019) Vol 20, No 5 (2019) Vol 20, No 4 (2018) Vol 20, No 3 (2018) Vol 20, No 2 (2018) Vol 20, No 1 (2018) Vol 19, No 6 (2018) Vol 19, No 5 (2018) Vol 19, No 4 (2017) Vol 19, No 3 (2017) Vol 19, No 2 (2017) Vol 19, No 1 (2017) Vol 18, No 6 (2017) Vol 18, No 5 (2017) Vol 18, No 4 (2016) Vol 18, No 3 (2016) Vol 18, No 2 (2016) Vol 18, No 1 (2016) Vol 17, No 6 (2016) Vol 17, No 5 (2016) Vol 17, No 4 (2015) Vol 17, No 3 (2015) Vol 17, No 2 (2015) Vol 17, No 1 (2015) Vol 16, No 6 (2015) Vol 16, No 5 (2015) Vol 16, No 4 (2014) Vol 16, No 3 (2014) Vol 16, No 2 (2014) Vol 16, No 1 (2014) Vol 15, No 6 (2014) Vol 15, No 5 (2014) Vol 15, No 4 (2013) Vol 15, No 3 (2013) Vol 15, No 2 (2013) Vol 15, No 1 (2013) Vol 14, No 6 (2013) Vol 14, No 5 (2013) Vol 14, No 4 (2012) Vol 14, No 3 (2012) Vol 14, No 2 (2012) Vol 14, No 1 (2012) Vol 13, No 6 (2012) Vol 13, No 5 (2012) Vol 13, No 4 (2011) Vol 13, No 3 (2011) Vol 13, No 2 (2011) Vol 13, No 1 (2011) Vol 12, No 6 (2011) Vol 12, No 5 (2011) Vol 12, No 4 (2010) Vol 12, No 3 (2010) Vol 12, No 2 (2010) Vol 12, No 1 (2010) Vol 11, No 6 (2010) Vol 11, No 5 (2010) Vol 11, No 4 (2009) Vol 11, No 3 (2009) Vol 11, No 2 (2009) Vol 11, No 1 (2009) Vol 10, No 6 (2009) Vol 10, No 5 (2009) Vol 10, No 4 (2008) Vol 10, No 3 (2008) Vol 10, No 2 (2008) Vol 10, No 1 (2008) Vol 9, No 6 (2008) Vol 9, No 5 (2008) Vol 9, No 4 (2007) Vol 9, No 3 (2007) Vol 9, No 2 (2007) Vol 9, No 1 (2007) Vol 8, No 4 (2007) Vol 8, No 3 (2006) Vol 8, No 2 (2006) Vol 8, No 1 (2006) Vol 7, No 4 (2006) Vol 7, No 3 (2005) Vol 7, No 2 (2005) Vol 7, No 1 (2005) Vol 6, No 4 (2005) Vol 6, No 3 (2004) Vol 6, No 2 (2004) Vol 6, No 1 (2004) Vol 5, No 4 (2004) Vol 5, No 3 (2003) Vol 5, No 2 (2003) Vol 5, No 1 (2003) Vol 4, No 4 (2003) Vol 4, No 3 (2002) Vol 4, No 2 (2002) Vol 4, No 1 (2002) Vol 3, No 4 (2002) Vol 3, No 3 (2001) Vol 3, No 2 (2001) Vol 3, No 1 (2001) Vol 2, No 4 (2001) Vol 2, No 3 (2000) Vol 2, No 2 (2000) Vol 2, No 1 (2000) More Issue