cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Journal of Indonesian History
ISSN : 22526633     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Humanities, Art,
Journal of Indonesia History merupakan jurnal yang memuat artikel hasil penelitian atau artikel konseptual tentang pendekatan kajian sejarah dan sejarah Indonesia. Jurnal ini diterbitkan oleh Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial UNNES dan dikelola oleh Tim Jurnal Jurusan Sejarah FIS-UNNES. Jurnal ini terbit 2 kali setiap tahunnya pada bulan Juli dan Desember.
Arjuna Subject : -
Articles 20 Documents
Search results for , issue "Vol 8 No 1 (2019): Journal of Indonesian History (JIH)" : 20 Documents clear
Wartawan Tiga Zaman : Biografi Singkat Perjalanan dan Pemikiran Rosihan Anwar 1948 - 1983 Padiatra, Aditia Muara
Journal of Indonesian History Vol 8 No 1 (2019): Journal of Indonesian History (JIH)
Publisher : Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Dalam kehidupan sehari-hari, tentunya kita seringkali membaca majalah dan suratkabar, menonton acara berita di televisi, atau hanya sekedar melakukan mengunduh berita dari media daring untuk mendapatkan informasi terbaru. Aktivitas ini sebenarnya membawa kita untuk bersentuhan dengan jaringan informasi yang lazim kita sebut sebagai pers. Dalam manajemennya, pers mempunyai orang-orang dari berbagai latar belakang yang berbeda untuk behu-membahu bersama membangun dan membesarkan perusahaannya, beberapa diantara juga merupakan figur dan peletak dasar daripada jurnalisme di Indonesia. Dalam konteks sejarah Indonesia, salah satu tokoh pers tersebut adalah Rosihan Anwar, seorang jurnalis dan pemimpin surat kabar Pedoman yang hidup pada masa Orde Lama dan awal Orde Baru.-Melalui metode sejarah, menarik untuk menyimak bagaimana sepakterjang dan pasang surut kehidupan daripada Rosihan Anwar, sebagai seorang jurnalis yang sering disebut-sebut sebagai wartawan tiga zaman dalam belantika sejarah pers di tanah air. Keywords : Biografi, Pers, Rosihan Anwar   Abstract In everyday life, of course we have read magazines and newspapers, watched news on television, or just downloaded the latest news in online media to see the information available. These activities, actually brought us in touch with the information network commonly referred as the press. In its management, the press certainly has people from various backgrounds to work in it to enlarge the company, some of which are also figures and milestones of journalism in Indonesia. In the context of Indonesian history, one of the press figures was Rosihan Anwar, a journalist and leader of the Pedoman newspaper who lived during the Old Order and the New Order. Through the method of history, it is interesting to know how the twists and turns of the lives of Rosihan Anwar, as a journalist who are often lined up as journalists of the three epochs in the Indonesian press history. Keywords : Biography, Press, Rosihan Anwar
Memoar Sepatu: Cetakan Realitas di Antara Sumur, Dapur, dan Kasur Anindya, Benedicta
Journal of Indonesian History Vol 8 No 1 (2019): Journal of Indonesian History (JIH)
Publisher : Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Karya seni rupa menjadi salah satu media yang merepresentasikan isu dan stereotip gender. Selama ini, perempuan sebagai pihak yang dilekati stereotip pekerjaan dapur-sumur-kasur terbentuk bukan hanya karena unsur eksternal perempuan dan sistem sosial tetapi hadir juga dalam mindset perempuan sendiri, dan subur diwariskan oleh para perempuan. Perempuan dimetaforakan dalam sepatu yang mengandung makna bagian terdepan dari sejumlah pengalaman yang pada akhirnya tersimpan dalam memori manusia. Dalam konteks yang lebih luas, sepatu lekat dengan metafora alat pendukung dan “alas” yang masih lekat dalam diri perempuan hingga hari ini. Tulisan ulasan rancangan karya ini menjawab pertanyaan bagaimana stereotip gender diwujudkan dalam karya seni rupa Memoar Sepatu. Mereferensi beberapa karya dan tulisan terdahulu yang turut melestarikan pembongkaran stereotip perempuan dalam konteks hari ini, rancangan karya seni rupa Memoar Sepatu hadir untuk memaparkan bahwa perempuan sendiri – sebagai subyek – kadang memperkuat stereotip gender. Karya seni rupa Memoar Sepatu diwujudkan dengan merujuk proses penciptaan David Campbell yaitu preparation, concentration, incubation, dan illumination. Tahap penciptaannya melalui dua tahap proses penciptaaan idea mapping dan sketching (produksi) serta dengan tiga pendekatan yaitu realisme, warna kontras, dan “de-komputerisasi”. Realisme berarti terwujud dalam gambar atau bentuk nyata, warna kontras dimaksud memberikan penekanan dan alur pembacaan visual, dan “de-komputerisasi” Campbell dengan maksud menghadirkan pengalaman visual baru. Keenam karya Memoar Sepatu menarasikan jejak-jejak stereotip gender yang masih ditemukan hingga hari ini. Adapun kesimpulan dari rancangan karya seni rupa Memoar Sepatu adalah perempuan masih lekat dengan stereotip sumur, dapur, dan kasur terjalin dalam beragam kepingan ujaran, pengalaman, ungkapan canda, kebiasaan, dan pemakluman kecil tetapi jamak dalam setiap peristiwa sehari-hari, baik dalam ranah domestik rumah tangga maupun dalam lingkungan sosial seperti lingkungan kerja.   Kata kunci: stereotip, gender, perempuan, memoar sepatu
Persepsi Kematian Yang Tidak Menakutkan Dalam Karya Seni Rupa Pamuji, Yanuar Ikhsan
Journal of Indonesian History Vol 8 No 1 (2019): Journal of Indonesian History (JIH)
Publisher : Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemilihan tema menjadi salah satu tolak ukur penting dalam sebuah karya seni. Ketertarikan seniman terhadap sebuah tema yang diusung sangat subjektif sehinga bisa menjadi menarik atau biasa saja bagi audience yang menikmati karya seni. Kematian menjadi keniscayaan bagi yang diberi kehidupan, oleh karena itu kematian selalu kontekstual dengan zamanya. Agar tema ini tidak subjektif maka dilakukan wawancara dan diseleksi dengan literasi buku sehingga diperoleh persepsi kematian yang tidak menakutkan  yang objektif. Pada proses visualisasi karya tidak hanya menekankan pada metafor saja, tetapi juga mempertimbangkan material yang dipilih dan cara penyajianya. Diera kontemporer ini banyak bermunculan karya konseptual yang tidak begitu mempertimbangkan teknik yang erat kaitanya dengan material dan cara penyajianya, sehingga cara yang sangat modernis sebagai strategi berkesenian di era kontemporer. Proses penciptaan karya seni dengan menggunakan bagan penciptaan David Campbell yaitu  Preparation : wawancara untuk memperoleh persepsi kematian , Contruction: mengeliminasi hasil wawancara dengan literasi buku,Inkubation:pemikiran kembali ide kematian yang akan diproduksi ,Illumination:mengkonstruk karya dengan pertimbangan metafor, material, dan penyajian , Verivication produksi karya. Kata kunci: kematian, metafor, material, dan penyajian.
Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren Girikusumo di Demak Tahun 1997-2008 Faiz, Mazdar; Sodiq, Ibnu; Amin, Syaiful
Journal of Indonesian History Vol 8 No 1 (2019): Journal of Indonesian History (JIH)
Publisher : Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jih.v8i1.27972

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menjelaskan bagaimana sejarah dan perkembangan pondok pesantren Girikusumo tahun 1997-2008; (2) Menjelaskan peran kyai dalam perkembangan pondok pesantren Girikusumo; dan (3) Menjelaskan pengaruh pondok pesantren Girikusumo bagi masyarakat Girikusumo. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang meliputi tahap heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pondok Pesantren Girikusumo didirikan pada tahun 1868 oleh Muhammad Hadi. Pesantren Girikusumo merupakan pesantren yang selain memberikan pengajaran dan pendidikan juga sebagai pesantren yang terkenal sebagai pusat pengajaran Tarekat Naqsyabandiyah. Pada tahun 1997 pesantren Girikusumo mengalami perkembangan yang cukup pesat hingga saat ini. Sosok kyai yang kharismatik sangat berperan dalam perkembangan pondok pesantren Girikusumo. Adanya pondok pesantren Girikusumo sangat berpengaruh bagi masyarakat Girikusumo mulai dampak sosial, agama, pendidikan dan ekonomi. Kata Kunci: perkembangan, pesantren dan peran kyai
Rambut Gondrong di Semarang Pada Tahun 1967-1973 Wijanarko, Taufik Silvan; Wijayanti, Putri Agus; Muntholib, Abdul
Journal of Indonesian History Vol 8 No 1 (2019): Journal of Indonesian History (JIH)
Publisher : Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jih.v8i1.32209

Abstract

Kebijakan pelarangan rambut gondrong pada masa Orde Baru terjadi pada tahun 1970-an. Saat itu, Pangkopkamtib Jenderal Soemitro di layar TVRI mengatakan bahwa rambut gondrong yang sedang populer membuat anak muda bersikap ‘acuh tak acuh’. Pernyataan tersebut menjadi penanda bahwa permasalahan rambut gondrong sedemikian gawatnya. Selain itu, operasi penertiban rambut gondrong mulai gencar dilakukan oleh aparat negara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada masa pemerintah Orde Baru, anak muda diidealkan menjadi anak yang penurut dan patuh terhadap orang tua seperti dalam konsep keluarga Jawa. Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah adalah membatasi anak muda ikut dalam kegiatan politik. Di samping itu, Orde Baru menerapkan politik pintu terbuka yang membuka akses seluas-luasnya pada Barat. Tidak heran jika musik rock yang pada masa Soekarno dianggap sebagai musik ngak-ngik-ngok menjadi populer pada masa Orde Baru. Salah satu band yang cukup populer di kalangan anak muda pada waktu itu adalah The Beatles. Band asal Inggris tersebut identik dengan rambutnya yang gondrong. Wajar jika anak muda mulai meniru cara berpakaian dan gaya rambut The Beatles. Melihat realitas tersebut, pemerintah merasa khawatir dengan tren rambut gondrong yang melanda anak muda. Pemerintah menganggap bahwa baik-tidaknya tingkah laku anak muda dapat dilihat dari cara berpakaian dan gaya rambut. Bagi Orde Baru, rambut cepak ala ABRI dianggap menjadi potongan rambut yang ideal.
Kampung-Kota dan Permukiman Kumuh di Kota Bandung Tahun 1965-1985 Kausan, Bagas Yusuf; Wijayanti, Putri Agus; Atno, Atno
Journal of Indonesian History Vol 8 No 1 (2019): Journal of Indonesian History (JIH)
Publisher : Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jih.v8i1.32211

Abstract

Pada tahun 1970-1980an, seiring dengan berkembangnya perencanaan kota metropolitan, masalah permukiman menjadi satu gejala yang terjadi nyaris di setiap kota besar di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh daya tampung kota yang terbatas, sementara lonjakan jumlah penduduk akibat dari urbanisasi terus mengalami peningkatan. Akibatnya banyak para pendatang yang kemudian bermukim di lahan-lahan tidak terpakai dan mengisi kantong-kantong perkampungan kota yang sebelumnya telah ada. Penelitian ini membahas tentang sejarah kampung-kota, terutama terkait posisinya dalam perencanaan kota yang semakin modern. Lebih lanjut, penelitian ini mencoba melihat cara pemerintah memandang perkampungan-kota dan meninjau upaya apa saja yang pernah dilakukan pemerintah guna memperbaiki lingkungan perkampungan kota tersebut. Setelah ditinjau, dalam rentang tahun 1970-1980an, aneka bentuk program perbaikan perkampungan pernah dilaksanakan di Kota Bandung. Meskipun ada pula program perbaikan perkampungan yang murni diinisiasi secara swadaya oleh masyarakat, sebagian besar program perbaikan perkampungan pada saat itu merupakan proyek pemerintah yang bekerja sama dengan beberapa lembaga filantropi. Namun dengan hanya mengambil fokus pada perbaikan aspek fisik perkampungan, beberapa program perbaikan pun tidak berdampak secara signifikan terhadap masyarakat. Sebab, membaiknya lingkungan perkampungan tidak menjamin membaiknya kondisi perekonomian mereka yang lebih banyak terserap ke dalam ekonomi informal perkotaan.
Kampanye Patai-Partai Politik Menjelang Pemilihan Umum 1955 Di Kota Semarang (Studi Kasus PNI, PKI, Nu, dan Masyumi) Ahmad, Nanang Rendi; Wasino, Wasino; Wijayanti, Putri Agus
Journal of Indonesian History Vol 8 No 1 (2019): Journal of Indonesian History (JIH)
Publisher : Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jih.v8i1.32213

Abstract

Kondisi sosial-politik Indonesia tahun 1950-an menjadi suatu arena bagi partai-partai politik untuk menunjukan keberadaannya di tengah masalah-masalah sosial-politik yang menimpa Indonesia, setidaknya itu terjadi ketika wacana diselenggarakannya Pemilihan Umum (pemilu) berhembus. Partai-partai politik dengan masing-masing ideologi partai yang diusung saling mengkampanyekan jalan keluar atas masalah-masalah yang dihadapi Indonesia tahun 1950-an. Semua yang dilakukan partai-partai politik itu adalah upaya meraih hati rakyat untuk persiapan Pemilu 1955. Penelitian ini membahas tentang hubungan antara kondisi sosial-politik Indonesia tahun 1950-an dengan kampanye partai-partai politik. Penelitian ini juga mencoba menunjukan bahwa latar belakang historis dan kondisi sosial-politik suatu daerah turut mempengaruhi peta kekuatan politik dan hasil Pemilu 1955.  Dalam kasus yang terjadi di Kota Semarang, dengan keluarnya PKI sebagai peraih suara terbanyak dalam Pemilu 1955 di Kota Semarang, menunjukkan bahwa kampanye bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi hasil yang diraih suatu partai. Akan tetapi ada faktor lain yang juga turut mempengaruhi hasil yang diraih suatu partai. Faktor tersebut adalah latar belakang historis dan kondisi sosial-politik di Kota Semarang.
Sejarah Perkembangan Industri Rokok Sukun Kudus Tahun 1974-2011 Indracahya, Roby; Atmaja, Hamdan Tri; Sodiq, Ibnu
Journal of Indonesian History Vol 8 No 1 (2019): Journal of Indonesian History (JIH)
Publisher : Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jih.v8i1.32216

Abstract

Pembangunan dan perkembangan Pabrik Rokok Sukun di Kabupaten Kudus menyebabkan perubahan sosial ekonomi pada masyarakat, kecuali itu tentunya banyak memunculkan akibat untuk masyarakat di sekitarnya. Pengaruh berdirinya Pabrik Rokok Sukun bagi pemerintah dan masyarakat diantaranya menambah penghasilan tempat yang bisa dipakai untuk memajukan dan memaksimalkan potensi tempat kudus, dari adanya industri rokok memberikan pajak dan donasi terbesar dalam penghasilan tempat, penghasikan tempat tersebutlah yang dipakai untuk melaksanakan pembangunan dan membetuli infrastruktur serta sarana prasarana di kudus. PR Sukun ialah suatu perusahaan perseorangan yang didirikan Bapak MC Wartono Pada tahun 1949 serta menemukan izin cukai no. SIP 6500/F; no. Pemantauan bandrol K2417; dan ijin HO no. 067/WF/HO. Pada waktu tersebut semua pekerjaan perusahaan terpusat di Kudus, mencakup bidang produksi, keuangan, personalia, dan pemasaran. Daerah pemasarannya masih paling terbatas, eksklusif untuk mengisi permintaan di Jawa Tengah. Pada masa-masa berdiri perusahaan melulu mempunyai lokasi kerja yang paling kecil dan produksinya masih tidak banyak sekali melulu sebesar ratusan ribu batang perharinya, rokok yang diproduksi antara lain: Klobot sukun, kretek dan beda sebagainya (www.sukunmcwartono.com). Pembangunan dan pertumbuhan Pabrik Rokok Sukun di Kudus mengakibatkan perubahan sosial ekonomi pada masyarakat.
Eksistensi Kaset di Surakarta Tahun 1972-1990 Ningrum, Nur Widya; Wijayanti, Putri Agus; Muntholib, Abdul
Journal of Indonesian History Vol 8 No 1 (2019): Journal of Indonesian History (JIH)
Publisher : Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jih.v8i1.32219

Abstract

Eksistensi penggunaan kaset sebagai media penyimpaan rekaman suara di Surakarta dimulai sejak tahun 1972. Dimana pada waktu itu, Surakarta merupakan kota besar dan kota dengan perkembangan budaya yang cukup pesat. Perkembangan itu tidak lepas dari gaya hidup dan selera masyarakat. Tidak seperti piringan hitam yang digunakan oleh kalangan tertentu, kaset dapat digunakan oleh masyarakat umum. Namun, dalam perjalanannya eksistensi kaset asli bersaing dengan eksistensi kaset bajakan. Permasalahan pokok yang dikaji adalah mengapa kaset era 1972-1990 di Surakarta menunjukkan eksistensinya. Selain itu, bagaimana gaya hidup masyarakat berpengaruh pada penggunaan kaset dan bagaimana pengaruh dari pembajakan kaset? Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa eksistensi penggunaan kaset sebagai media penyimpanan rekaman suara di Surakarta pada tahun 1972 mengalami perkembangan. Masyarakat sebagai penikmat hiburan memiliki peran dalam eksistensi kaset, dikarenakan kaset memiliki harga yang lebih murah dibandingkan dengan piringan hitam. Selain itu, kaset mampu merekam berbagai jenis musik dan rekaman lainnya seperti pertujukan ketoprak dan wayang dalam bentuk suara, broadcasting untuk siaran radio, iklan layanan masyarakat dari pemerintah dan merekam hasil wawancara wartawan dengan narasumbernya. Hal tersebut menjadi salah satu keunggulan dan menjadi daya tarik terhadap kaset.
Sejarah Perkembangan Arsitektur Bangunan Indis di Purworejo Tahun 1913-1942 Prastiwi, Resti Eka; Saraswati, Ufi; Witasari, Nina
Journal of Indonesian History Vol 8 No 1 (2019): Journal of Indonesian History (JIH)
Publisher : Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jih.v8i1.32221

Abstract

Kebudayaan Indis merupakan pencerminan dari pola gaya hidup yang dianut oleh sebagian kecil penghuni Nusantara pada masa kolonial. Gaya hidup Indis mengalami masa kejayaan hingga awal abad 20. Pendukung dari kebudayaan Indis tidak hanya orang Belanda saja, tetapi golongan elit pribumi juga telah masuk dalam lingkaran budaya Indis. Perkembangan arsitektur Indis di Purworejo dipengaruhi adanya pencampuran antara budaya Belanda (Eropa) dengan budaya Jawa (lokal), perkembangan pendidikan bergaya Barat, dan juga perkembangan ekonomi kota Purworejo. Adanya dampak dari semakin sempitnya tanah perkotaan arsitektur Indis terpaksa menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan, tetapi hal ini tidak berarti arsitektur Indis hilang begitu saja, karena secara politis arsitektur Indis dipakai oleh pemerintah kolonial Belanda sebagai pembela antara penguasa dan rakyat biasa, serta merupakan simbol dari kekuasaan, status sosial dan kebesaran yang dibutuhkan oleh penguasa saat itu.

Page 1 of 2 | Total Record : 20