Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Cedera Otak dan Produksi Bahasa: Sebuah Kajian Tentang Aspek Neurologis Bahasa Semana, Ignas Loy
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio Vol 10 No 1 (2018): Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio
Publisher : STKIP Santu Paulus Ruteng

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

 Bahasa berrelasierat dengan manusia. Semua manusia normal sekurang-kurangnya berbicara dalam satu bahasa tertentu. Sulit sekalidibayangkan kegiatan penting dalam bidang kehidupan sosial, intelektual, atau kesenian dijalankan tanpa bahasa.Memiliki bahasa merupakan pembeda antara manusia dengan binatang. Bahkan untuk memahami kemanusiaan kitakita harus memahami bahasa bahwasannya bahasa membuat kita menjadi manusia. Bahasa juga dihubungkan denganotak. Bahkan diyakini bahwa bahasa merupakan bagian khusus yang mendandani otak manusia. Sebaliknya, apabilamanusia mengalami bencana dengan otaknya maka dengan sendirinya bencana itu akan membawa pengaruh negatifdalam memahami dan memproduksi bahasa (produksi wicara). Tulisan ini membahas tentang hubungan antara bahasadengan otak manusia, yang dalam dunia linguistik disebut sebagai neurolinguistik. Tujuan penulisan ini adalah untukmemperlihatkan akibat negatif dari cedera otak pada pemahaman dan produksi bahasa.
Mother Tongue’s Interference in Manggaraian Students’ English Writing of Senior High Schools Students in Langke Rembong Subdistrict Jem, Yosefina H.; Semana, Ignas Loy; Darong, Hieronimus C.; Guna, Stanislaus
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio Vol 10 No 1 (2018): Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio
Publisher : STKIP Santu Paulus Ruteng

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah melihat interferensi Bahasa ibu dalam tulisan siswa, menentukan faktoryang mempengaruhi interferensi dan mendeskripsikan kualitas tulisan siswa. Penelitian ini dilakukan di lima SekolahMenengah Atas (SMA) di wilayah Kecamatan Langke Rembong dengan menggunakan metode deskripsi kualitatif.Data dalam penelitian ini adalah kata-kata, frase-frase atau kalimat-kalimat yang mengandung interferensi BahasaManggarai dalam tulisan siswa. Dalam melakukan penelitian, para peneliti menggunakan beberapa instrument untukmengumpulkan data. Instrumen-instrumen tersebut adalah kuesioner dan pekerjaan siswa. Setelah mengumpulkandata, peneliti menganalisis data dengan cara (a) mengidentifikasi intereferensi Bahasa ibu dalam tulisan siswa dengancara membandingkan tulisan versi siswa dengan versi Bahasa inggris yang benar; (b) mengidentifksi interferensiumum dalam tulisan siswa; (c) mendeskripsikan interferensi yang terdapat dalam tulisan siswa; (d) menentukanfaktor yang menyebabkan intereferensi tersebut terjadi; dan (e) mendeskripsikan kualitas tulisan siswa. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa interferensi umumnya terjadi pada frasa kata kerja and tenses (present tense). Hal itudisebabkan beberapa hal seperti lingkungan siswa yang tidak menunjang, situasi naratif, ikatan budaya dan rendahnyapengetahuan berbahasa Inggris siswa. Selanjutnya, faktor-faktor penyebab tersebut memberikan dampak terhadapkualitas tulisan siswa di mana sebagian besar tulisan siswa berada pada level tidak berterima. Berdasarkan hasilpenelitian tersebut, para peneliti menyarankan para guru Bahasa Inggris di sekolah menengah atas untuk memberikanlebih banyak kesempatan bagi siswa menulis dalam Bahasa Inggris.
BRAIN DAMAGE AND LANGUAGE PRODUCTION: A STUDY ON THE NEUROLOGICAL ASPECT OF LANGUAGE Ignas Loy Semana
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio Vol. 10 No. 1 (2018): Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio
Publisher : Unika Santu Paulus Ruteng

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (630.898 KB) | DOI: 10.36928/jpkm.v10i1.50

Abstract

Language is closely related to human being. All human being normally speak at least one language. It is hard to imagine much significant social, intellectual, or artistic activity taking place in the absence of language. The possession of language distinguishes humans from other animals. Even to understand our humanity we must understand the language that makes us human. Language is also connected to brain. It is believed that language is a distinctive piece of biological make up of our brains. In the contrary, if humans have disaster in their brain then automatically that disaster will bring certain negative effects in comprehending and producing language (speech production). This study discusses the relation between brain (biological aspect of language) and language production (linguistic aspect) that is so-called neurolinguistics. The aim of the study is to show the negative effect of damaged brain in comprehending and producing language
POLITENESS CONSTRUCTION IN MANGGARAI CULTURE: A STUDY ON THE LINGUISTIC ASPECT OF MANGGARAI LANGUAGE Ignas Loy Semana
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio Vol. 8 No. 1 (2016): Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio
Publisher : Unika Santu Paulus Ruteng

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (80.758 KB) | DOI: 10.36928/jpkm.v8i1.67

Abstract

Language is everything. Whatever people do in their daily life, when they come together, they use language. Language is tightly woven into human’s existence, that is, human is a thoughtful and ethical creation. In order to understand their humanity then we have to understand the language they use. Therefore, language is unique to human being because language it self can distinguish human from human, and human from animal. Human’s language is influenced by the social relationship between man and man. The construction of language chosen is indicated by the social status and the type of social relationship developed in the society. Conversely, the type of the social relationship and the social status are expressed in the construction of thechosenlanguage. The aim of the study, then, is to analyze and describe the construction of politeness developed in Manggarai society for the purpose of expressing the politeness in Manggarai culture. It is also to show the linguistic aspects developed in Manggarai language
Personal pronouns Ité as politeness marker in Manggarai language and culture, Indonesia Ignas Loy Semana; Sebastianus Menggo
EduLite: Journal of English Education, Literature and Culture Vol 7, No 2 (2022): August 2022
Publisher : Universitas Islam Sultan Agung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30659/e.7.2.356-372

Abstract

Culture is about human existence and the way of life, while language is about the communication system between people in a particular society or community. Language use usually reflects the habits of society, the way of thinking, the work of the brain, the history of society, and the internal relationship in society. The use of personal pronoun inclusive we ité in Manggarai language helps speakers find out the relationship between linguistic aspects and cultural values. Based on these arguments, this study aims to analyze the relationship between the two aspects that are being addressed. The data were collected through observations and interviews of the ten traditional spokespersons, then analyzed qualitatively. The finding indicates that the use of ité in all of its forms reflects the etiquette of people in Manggarai, Indonesia. Referring to the data stated, this study, therefore, concludes that the first personal pronoun plural inclusive we ité, in Manggarai language and culture demonstrates the speaker's politeness and humility in front of the hearer or listener; the speaker truly respects the interlocutor; to convey high regard for the interlocutor in a high position; to prove tribute, respect, and admiration; to show intimacy, closeness, and fraternity in the social relationship; and to show a great homage to Supreme Being.