Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

PEMETAAN BUDAYA DI KAWASAN PEDESAAN: STUDI KASUS DESA GIRITENGAH, BOROBUDUR Fatimah, Titin; Solikhah, Nafiah; Jayanti, Theresia Budi; Indrawati, Klara Puspa
Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 2, No 2 (2018): Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmstkik.v2i2.3008

Abstract

Indonesia's cultural diversity is an extraordinary potential that needs to be maintained and preserved. Cultural mapping is an effort to document the cultural potential that exists in an area both urban and rural. This research focuses on the mapping process in rural areas in the Borobudur Area, one of the 10 priority tourist destinations established by the Ministry of Tourism. The tourism trend that is developing in Borobudur now is not only focused on the temple, but also to explore the surrounding villages, thus demanding the readiness of each village for the development of sustainable rural tourism. This study aims to find a cultural mapping method that is suitable for rural conditions, by doing a case study in one of the villages in the Borobudur area, which is Giritengah Village, identifying and mapping the cultural potential of the village, so that it can be used as a basis for developing sustainable village tourism planning. This study uses qualitative method with participatory approach. Data was collected through field observations, interviews with community leaders and local residents, literature studies, and Focus Group Discussions. The result of the study shows that cultural mapping in rural areas still follows the steps of standard cultural mapping procedures, however, in the implementation it was adjusted to the conditions of the local community, especially their culture and local wisdom.Keywords: cultural mapping; rural; Giritengah; Borobudur Keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia merupakan potensi luar biasa yang perlu dijaga dan dilestarikan. Pemetaan budaya merupakan salah satu upaya untuk mendokumentasikan potensi budaya yang ada di suatu tempat/kawasan baik perkotaan maupun pedesaan. Penelitian ini fokus pada proses pemetaan di kawasan pedesaan di Kawasan Borobudur, salah satu dari 10 destinasi wisata prioritas yang ditetapkan oleh Kementerian Pariwisata. Tren wisata yang berkembang di Borobudur saat ini adalah tidak hanya fokus ke candinya, tapi mulai merambah ke desa-desa sekitarnya, sehingga menuntut kesiapan setiap desa untuk pengembangan pariwisata pedesaan yang berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan metode pemetaan budaya yang cocok dengan kondisi pedesaan, dengan mengambil studi kasus di salah satu desa di Kawasan Borobudur yakni Desa Giritengah, mengidentifikasi dan memetakan potensi budaya yang dimiliki desa tersebut, sehingga bisa dijadikan dasar untuk penyusunan perancanaan pariwisata yang berkelanjutan (sustainable village tourism planning). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan partisipatif. Perolehan data dilakukan melalui observasi lapangan, interview terhadap tokoh masyarakat dan warga setempat, studi literatur, dan Focus Group Discussion. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemetaan budaya di kawasan pedesaan tetap mengikuti langkah-langkah prosedur baku pemetaan budaya, namun dalam pelaksanaan di lapangan menyesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat, terutama budaya dan kearifan lokalnya.
PENERAPAN ASPEK HEALING ENVIRONMENT PADA DESAIN RUMAH SAKIT DARURAT BENCANA Theresia Budi Jayanti; Irene Syona Darmady
Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol. 6 No. 2 (2022): Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmstkik.v6i2.22771

Abstract

The COVID-19 pandemic is also known as worldwide epidemic disease, the public is already familiar with it. The pandemic label on a disease triggers the government to prepare plans and possibly take emergency procedures to protect society. Due to insufficient emergency procedures, so it has an impact on the capacity of hospitals, which has filled its capacity and resulted in a lack of inpatient facilities. Not only pandemic, when a natural disaster occurs, it also causes infrastructure damage in the area that experiences it, so that other alternative places are needed, such as an emergency hospital and additional inpatient rooms. Besides, patients who are affected by the disaster experience trauma and stress because of the events that occurred, which can hinder the patient's recovery. Based on this, attention to patient psychology through a healing environment aspect approach is needed, considering that patients spend more time in the inpatient rooms. This study discusses the application of healing environment to emergency mobile hospital design so that it can help accelerate patient healing. This research uses qualitative methods with case studies and variabels related to psychological and architectural aspects. The result of this research is an emergency mobile hospital design that can accelerate the patient's healing process. The design results focus on inpatient rooms with an approach of form, material, structure, color, layout and the application of healing environment aspects in the inpatient rooms. Keywords: emergency mobile hospital, healing environment, hospital facilities Abstrak Pandemi COVID-19 disebut juga sebagai wabah penyakit mendunia yang sudah tidak asing lagi didengar oleh masyarakat. Label pandemi pada suatu penyakit memicu pemerintah untuk mengaktifkan rencana kesiapsiagaan dan mungkin mengambil prosedur darurat untuk melindungi masyarakat. Dikarenakan prosedur keadaan darurat tidak cukup, sehingga berdampak pada kapasitas rumah sakit yang sudah memenuhi kapasitasnya dan mengakibatkan kurangnya fasilitas ruang rawat inap. Tidak hanya pandemi, pada saat terjadi bencana alam juga menyebabkan kerusakan infrastruktur di daerah yang mengalaminya, sehingga diperlukan tempat alternatif lainnya seperti rumah sakit darurat dan ruang rawat inap tambahan. Selain itu pasien yang terkena musibah mengalami trauma dan stress karena peristiwa yang terjadi, sehingga dapat menghambat kesembuhan pasien. Berdasarkan hal tersebut, perhatian terhadap psikologi pasien melalui pendekatan aspek healing environment sangat diperlukan. Mengingat pasien lebih banyak menghabiskan waktunya didalam ruang rawat inap. Tulisan ini membahas penerapan healing environment terhadap desain rumah sakit darurat bencana sehingga dapat membantu mempercepat penyembuhan pasien. Studi menggunakan metode kualitatif dengan variabel penelitian terkait aspek psikologi dan aspek arsitektur. Hasil penelitian berupa arahan aspek desain rumah sakit darurat bencana yang dapat mempercepat proses penyembuhan pasien. Arahan aspek desain berfokus pada ruang rawat inap dengan pendekatan bentuk, material, struktur, warna, organisasi ruang serta penerapan aspek healing environment pada ruang rawat inap.