Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

AREA HIJAU EDUKATIF DI SD-SMK PERTI, TANJUNG GEDONG, GROGOL, JAKARTA BARAT Solikhah, Nafiah; Mustaram, Agnatasya Listianti; Wulanningrum, Sintia Dewi; Sabstalistia, Yunita Ardianti
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol 1, No 1 (2018): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2052.556 KB) | DOI: 10.24912/jbmi.v1i1.1904

Abstract

Educative green space in downtown educational facilities with limited land is an important requirement. Children who study in schools with more green space show better brain development than children in schools with little green space. Perti Vocational School in Grogol, West Jakarta as a partner is located in an area with a high level of pollution and suboptimal green space. The purpose of this PKM is to improve greening in SD-SMK Perti so that it can optimize the greening function with the concept of an educative green space as an educational area for students and to be able to supply clean air (oxygen), filter out dust, improve environmental beauty, add rainwater catchment areas, and prevent flood. PKM activities are divided into 3 stages, namely: Stage 1: Planning, Stage 2: Implementation, Stage 3: Socialization, where each stage contributes to the next stage. Based on the results of this PKM, it can be concluded that Hydroponics-Aquaponics is a system that has the simplest, effective, efficient and easy work process in its management. Plant nutrition is obtained naturally by utilizing metabolism from fish (from fish droppings in the pond below). The Hydroponic-Aquaponic System has a disadvantage in terms of time. It takes longer to prepare a pond until it is ready to be filled with fish, and it takes time for the fish to adjust to the pond before the hydroponic installation. Hydroponic-aquaponic can be applied using simpler mediaABSTRAK: Ruang terbuka hijau edukatif pada fasilitas pendidikan yang berada di kawasan pusat kota dengan lahan terbatas merupakan salah satu kebutuhan yang penting. Anak-anak yang lebih banyak belajar di sekolah dengan banyak ruang hijau memiliki perkembangan otak lebih baik daripada anak-anak di sekolah yang memiliki sedikit ruang hijau. SD-SMK Perti di Grogol, Jakarta Barat sebagai mitra berada di dalam kawasan dengan tingkat polusi cukup tinggi dan kurang optimalnya area penghijauan. Tujuan dari PKM adalah memperbaiki penghijauan di SD-SMK Perti agar dapat mengoptimalkan fungsi penghijauan dengan konsep area hijau edukatif sebagai area edukasi bagi siswa serta agar dapat mensuplai udara segar (oksigen), menyaring debu, menambah keasrian lingkungan, menambah area resapan air hujan, dan mencegah banjir. Kegiatan PKM terbagi menjadi 3 tahap, yaitu: Tahap 1: Perencanaan, Tahap 2: Pelaksanaan, Tahap 3: Sosialisasi, dimana masing-masing tahap memiliki luaran yang berkesinambungan untuk kegiatan tahap berikutnya. Berdasarkan hasil kegiatan PKM dapat disimpulkan bahwa Hidroponik-Akuaponik merupakan sistem yang memiliki proses kerja paling sederhana, efektif, efisien dan mudah dalam pengelolaannya. Nutrisi tanaman diperoleh secara alami dengan memanfaatkan metabolisme dari ikan (dari kotoran ikan yang berada di kolam bawah). Sistem Hidroponik-Akuaponik memiliki kelemahan dari sisi waktu. Dimana diperlukan waktu yang lebih lama dalam mempersiapkan kolam sampai siap untuk diisi ikan, serta dibutuhkan waktu untuk ikan dapat menyesuaikan diri dengan kolam sebelum instalasi hidroponik. Penerapan hidroponik-akuaponik dapat diterapkan dengan menggunakan media yang lebih sederhana.
PEMETAAN BUDAYA DI KAWASAN PEDESAAN: STUDI KASUS DESA GIRITENGAH, BOROBUDUR Fatimah, Titin; Solikhah, Nafiah; Jayanti, Theresia Budi; Indrawati, Klara Puspa
Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 2, No 2 (2018): Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmstkik.v2i2.3008

Abstract

Indonesia's cultural diversity is an extraordinary potential that needs to be maintained and preserved. Cultural mapping is an effort to document the cultural potential that exists in an area both urban and rural. This research focuses on the mapping process in rural areas in the Borobudur Area, one of the 10 priority tourist destinations established by the Ministry of Tourism. The tourism trend that is developing in Borobudur now is not only focused on the temple, but also to explore the surrounding villages, thus demanding the readiness of each village for the development of sustainable rural tourism. This study aims to find a cultural mapping method that is suitable for rural conditions, by doing a case study in one of the villages in the Borobudur area, which is Giritengah Village, identifying and mapping the cultural potential of the village, so that it can be used as a basis for developing sustainable village tourism planning. This study uses qualitative method with participatory approach. Data was collected through field observations, interviews with community leaders and local residents, literature studies, and Focus Group Discussions. The result of the study shows that cultural mapping in rural areas still follows the steps of standard cultural mapping procedures, however, in the implementation it was adjusted to the conditions of the local community, especially their culture and local wisdom.Keywords: cultural mapping; rural; Giritengah; Borobudur Keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia merupakan potensi luar biasa yang perlu dijaga dan dilestarikan. Pemetaan budaya merupakan salah satu upaya untuk mendokumentasikan potensi budaya yang ada di suatu tempat/kawasan baik perkotaan maupun pedesaan. Penelitian ini fokus pada proses pemetaan di kawasan pedesaan di Kawasan Borobudur, salah satu dari 10 destinasi wisata prioritas yang ditetapkan oleh Kementerian Pariwisata. Tren wisata yang berkembang di Borobudur saat ini adalah tidak hanya fokus ke candinya, tapi mulai merambah ke desa-desa sekitarnya, sehingga menuntut kesiapan setiap desa untuk pengembangan pariwisata pedesaan yang berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan metode pemetaan budaya yang cocok dengan kondisi pedesaan, dengan mengambil studi kasus di salah satu desa di Kawasan Borobudur yakni Desa Giritengah, mengidentifikasi dan memetakan potensi budaya yang dimiliki desa tersebut, sehingga bisa dijadikan dasar untuk penyusunan perancanaan pariwisata yang berkelanjutan (sustainable village tourism planning). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan partisipatif. Perolehan data dilakukan melalui observasi lapangan, interview terhadap tokoh masyarakat dan warga setempat, studi literatur, dan Focus Group Discussion. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemetaan budaya di kawasan pedesaan tetap mengikuti langkah-langkah prosedur baku pemetaan budaya, namun dalam pelaksanaan di lapangan menyesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat, terutama budaya dan kearifan lokalnya.
Edukasi Eksistensi dan Keberlanjutan Ekosistem Hutan Mangrove untuk Remaja Nafiah Solikhah
Journal of Sustainable Community Development (JSCD) Vol 3 No 3 (2021): Journal Of Sustainable Community Development (JSCD)
Publisher : Sekolah Tinggi Manajemen IPMI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32924/jscd.v3i3.63

Abstract

Indonesia has 3.4 million hectares or 24% of the world's 13.8 million hectares of mangrove forests. In its development, Indonesia's mangrove area continues to decline and it is recorded that an area of ​​637,624 hectares (18.95%) is in critical condition due to canopy cover which is less than 60%. Mangrove forests can absorb large waves including tsunamis, prevent abrasion, absorb carbon dioxide 5 times greater than tropical forests in the highlands, and are a habitat for several types of wildlife. Thus, Indonesia has a very significant role in the existence and sustainability of the world's mangrove forests. Based on 2018 data, DKI Jakarta Province has 300 hectares or about 10.7% of the total mangrove forest in Indonesia which is spread in the Angke Kapuk Nature Park, Muara Angke Wildlife Sanctuary, Angke Kapuk Protection Forest and Kamal Muara Production Forest as well as part of the last remaining mangrove forest in DKI Jakarta province. Based on this phenomenon, efforts are needed to maintain the existence and sustainability of mangrove forests, especially in the city of Jakarta. One of the important actors in this effort is the youth with growing awareness of environmental issues. Teenagers as future milestone holders need to understand the importance of the existence and sustainability of mangrove forests. The problem faced is the need for an educational activity that is by the characteristics of adolescents. Therefore, the implementing team initiated education on the existence and sustainability of the mangrove forest ecosystem for youth (12-24 years old) in Tanjung Gedong Village who are members of the At-Taufiq Tanjung Gedong Mosque Youth with an Experiential Learning Discovery Journey approach which was carried out in 3 (three) stages, namely the introduction stage by providing infographics and videographics materials, the observation stage with a visit to the Mangrove Nature Tourism Park, Angke Kapuk, North Jakarta; and the reflection stage through reflection instruments filled out by partners. Based on the results of the activity, it is known that all respondents have theoretical experience about the existence and sustainability of mangrove forests obtained from the school. Community service activities (PkM) provide new experiences in the creative process to understand the topic of PkM, namely the existence and sustainability of mangrove forest ecosystems in Jakarta. Abstrak Indonesia memiliki 3,4 juta hektar atau 24% dari total 13,8 juta hektar hutan mangrove dunia. Dalam perkembangannya, luas mangrove Indonesia terus mengalami penurunan dan tercatat seluas 637.624 hektar (18,95%) dalam kondisi kritis karena penutupan tajuk yang kurang dari 60%. Hutan mangrove bermanfaat untuk meredam gelombang besar termasuk tsunami, mencegah abrasi, menyerap karbondioksida 5 kali lebih besar daripada hutan tropis di dataran tinggi, dan sebagai habitat bagi beberapa jenis satwa liar. Dengan demikian, Indonesia memiliki peranan yang sangat signifikan bagi eksistensi dan keberlanjutan hutan mangrove dunia. Berdasarkan data tahun 2018, Propinsi DKI Jakarta memiliki 300 hektar atau sekitar 10,7% dari total hutan mangrove di Indonesia yang tersebar di Taman Wisata Alam Angke Kapuk, Suaka Margasatwa Muara Angke, Hutan Lindung Angke Kapuk dan Hutan Produksi Kamal Muara sekaligus merupakan bagian dari hutan mangrove terakhir yang tersisa di provinsi DKI Jakarta. Berdasarkan fenomena tersebut, maka diperlukan upaya untuk menjaga eksistensi dan keberlanjutan hutan mangrove khususnya di Kota Jakarta. Salah satu aktor penting dalam upaya tersebut adalah kalangan remaja dengan tumbuhnya kesadaran akan isu lingkungan. Remaja sebagai pemegang tonggak masa depan perlu memahami pentingnya eksistensi dan keberlanjutan hutan mangrove. Permasalahan yang dihadapi adalah perlunya sebuah kegiatan edukasi yang sesuai dengan karakteristik bagi remaja. Oleh karena itu, tim pelaksana menginisiasi edukasi eksistensi dan keberlanjutan ekosistem hutan mangrove bagi remaja (berusia 12 – 24 tahun) di Kampung Tanjung Gedong yang tergabung dalam Remaja Masjid At-Taufiq Tanjung Gedong dengan pendekatan Experiential Learning Discovery Journey yang dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahap, yaitu tahap pengenalan dengan memberikan materi infografis dan videografis, tahap observasi dengan kunjungan ke Taman Wisata Alam Mangrove, Angke Kapuk, Jakarta Utara; dan tahap refleksi melalui instrumen refleksi yang diisi oleh mitra. Berdasarkan hasil kegiatan, diketahui seluruh responden telah memiliki pengalaman teoretis tentang eksistensi dan keberlanjutan hutan mangrove yang diperoleh dari bangku sekolah. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PkM) memberikan pengalaman baru dalam proses kreatif untuk memahami topik PkM yaitu eksistensi dan keberlanjutan ekosistem hutan mangrove di Jakarta.
Green Kampong Management Using a Participatory Community Approach Nafiah Solikhah; Titin Fatimah; Mega Kusumawati; Alifia Lufthansa
MITRA: Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Vol 5 No 1 (2021): MITRA: Jurnal Pemberdayaan Masyarakat
Publisher : Institute for Research and Community Services

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25170/mitra.v5i1.1793

Abstract

The urban kampong ‘kampung kota’ is an essential part of the formation of city structures. One existing urban kampong in Jakarta is kampung Tanjung Gedong, located at RT 05/RW 08, Tomang Sub-district, Grogol Petamburan District in West Jakarta. Its location, which is 500 meters from Untar Campus 1, was one consideration for selecting kampung Tanjung Gedong as a partner. The team has also carried out community service activities (PKM) in this location, and it is expected that the program implemented would be sustainable. In the context of urban life, kampung Tanjung Gedong has physical, spatial, and environmental problems, mainly due to the high level of building density. The purpose of these activities was to provide a solution for urban village management using a participatory community approach. The proposed solution is penataan Kampung Hijau ‘Green Kampong Management’ by involving community members’ active participation from the beginning of the planning to the management through the placemaking method, which involves three approaches: green planning and design, green open space, and green community. This proposed green kampong concept is expected to overcome the problems encountered by the partner in achieving a healthy and comfortable environment for residents. The concept of green kampong is a promising solution in solving the physical environmental and spatial problems of kampung kota Tanjung Gedong. The program has improved the quality of the environment and increased the community's social quality in a form of a healthier lifestyle.
INNOVATIVE LEARNING MODEL WITH INCLUSIVE-COLLABORATIVE APPROACH FOR STUDENTS WITH SPECIAL NEEDS Fermanto Lianto; Nafiah Solikhah; Andi Surya Kurnia; Franky Liauw; Margaretha Syandi; Caroline Sunjaya Kurniawan
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 5, No 2 (2021): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v5i2.13619.2021

Abstract

In order to face the era of technological disruption and the industrial revolution 4.0, it is necessary to improve the curriculum and educational methods for the Bachelor of Architecture that is friendly for disabilities. Therefore, it is necessary to innovate, research, and apply online and digital technology, architectural computing systems that can be utilized optimally in XYZ University’s architectural education model.  Architectural education must be sensitive and do self-introspection so that it can detect its position during the rapid development of science and technology. Specialized classroom design includes seating position, layout, optimized space, and usage of special computer applications to help students with disabilities in the study and learning process. The methodology approach used Descriptive, experimental, and quantitative methods based on an interdisciplinary approach centralized on psychological methods and designing facilities that support the learning process. The research resulted in designating a position in the classroom that is ideal for a student with disabilities. This position helps them to participate in the classroom efficiently. Equipment such as speakers and an LED TV is placed to help people with disabilities. Transcription software is used to transcribe lecturers in real-time. This research was conducted with the use of compatible software to get optimal results. Several methods and tools are used to support this research to obtain optimal results for the learning process, especially for people who are deaf or have low vision. Audio and visual aspects are prioritized without neglecting other supporting aspects. Dalam rangka menghadapi era disrupsi teknologi dan revolusi industri 4.0, perlu dilakukan penyempurnaan kurikulum dan metode pendidikan Sarjana Arsitektur yang ramah bagi disabilitas. Oleh karena itu perlu dilakukan inovasi, riset, dan menerapkan teknologi online dan digital, sistem komputasi arsitektural yang dapat dimanfaatkan secara optimal dalam model pendidikan arsitektur Universitas XYZ. Pendidikan arsitektur harus peka dan melakukan introspeksi diri sehingga mampu mendeteksi posisinya di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat. Desain ruang kelas khusus mencakup posisi tempat duduk, tata letak, ruang yang dioptimalkan, dan penggunaan aplikasi komputer khusus untuk membantu siswa penyandang disabilitas dalam proses belajar dan belajar. Pendekatan metodologi yang digunakan adalah metode Deskriptif, eksperimental, dan kuantitatif berdasarkan pendekatan interdisipliner, terpusat pada metode psikologis dan merancang fasilitas yang mendukung proses pembelajaran. Penelitian ini menghasilkan penunjukan posisi di kelas yang ideal bagi siswa penyandang disabilitas. Posisi ini membantu mereka untuk berpartisipasi di dalam kelas secara efisien. Perlengkapan seperti speaker dan TV LED ditempatkan untuk membantu para penyandang disabilitas. Software transkripsi digunakan untuk mentranskripsi dosen secara real-time. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software yang kompatibel untuk mendapatkan hasil yang optimal. Beberapa metode dan alat digunakan untuk mendukung penelitian ini agar mendapatkan hasil yang optimal untuk proses pembelajaran, terutama bagi penyandang tunarungu atau low vision. Aspek audio dan visual diprioritaskan tanpa mengabaikan aspek pendukung lainnya.
DAMPAK IMPLEMENTASI MBKM PADA KOGNITIF MAHASISWA UNIVERSITAS X: REKOMENDASI PENINGKATAN MBKM DI PTS Jap Tji Beng; Keni Keni; Nafiah Solikhah; Rita Markus Idulfilastri; Fransisca Iriani Roesmala Dewi; Mira Bella; Nina Perlita; Sri Tiatri
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 6, No 1 (2022): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v6i1.16077.2022

Abstract

Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) adalah suatu program yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbudristek RI) sejak tahun 2020. Universitas Tarumanagara telah berkomitmen dalam menerapkan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) sebagai bagian dari kurikulum sejak tahun 2020. Sejalan dengan kebijakan MBKM, upaya Kemendikbudristek menjaga mutu Perguruan Tinggi adalah dengan menggunakan Indikator Kinerja Utama (IKU). Salah satu sub indikator yang keberhasilan terdapat pada IKU-7, yaitu mahasiswa terlibat dalam kelas yang kolaboratif dan partisipatif. Penelitian ini bertujuan melihat dampak implementasi kelas kolaboratif dan partisipatif pada mahasiswa yang teribat dalam MBKM, khususnya dalam bentuk Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) di Kabupaten Belitung. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu qualitative descriptive dengan pendekatan participatory ethnography. Peneliti terdiri atas 7 dosen dan 6 mahasiswa pelaksana 3 PKM di Kabupaten Belitung. Partisipan yang menjadi sasaran  penelitian ini adalah  6 Mahasiswa MBKM yang terlibat dalam Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) tersebut. Pengumpulan data dilakukan melalui metode observasi dan wawancara sebelum, selama, dan sesudah pelaksanaan acara PKM di Kabupaten Belitung. Penelitian menghasilkan tiga temuan dalam aspek kognitif yaitu: (a) kegiatan pembelajaran kolaboratif dan partisipatif meningkatkan pengetahuan mahasiswa MKBM mengenai pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat; (b) meningkatkan kemampuan analisis pada mahasiswa; dan (c) meningkatkan kemampuan dalam hal problem solving pada mahasiswa. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai gambaran dampak pelaksanaan MBKM, dan selanjutnya dapat menjadi rekomendasi untuk peningkatan MBKM di perguruan tinggi swasta.
DAMPAK PSIKOLOGIS MAHASISWA PADA IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOLABORATIF DAN PARTISIPATIF DI KABUPATEN BELITUNG Rita Markus Idulfilastri; Sri Tiatri; Keni Keni; Nafiah Solikhah; Fransisca I. R. Dewi; Jap Tji Beng
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 6, No 1 (2022): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v6i1.16074.2022

Abstract

Pembelajaran kolaboratif dan partisipatif merupakan salah satu indikator keberhasilan utama (IKU) yang dipersyaratkan untuk menilai ketercapaian pelaksanaan MBKM. Kegiatan penelitian ini berbasis projek (team-based project) yaitu kegiatan proyek lapangan yang dilakukan sesuai setting sebenarnya, bukan kegiatan di dalam kelas. Tujuan penelitian untuk melihat dampak psikologis pembelajaran kolaboratif dan partisipatif berpengaruh sebelum dan setelah melaksanakan proyek. Konsep teori yaitu kesiapan berubah (readiess to change) dan passion. Dimensi kesiapan berubah terdiri change of efficacy, ketepatan berubah, dukungan manajemen, manfaat pribadi dan dimensi passion terdiri dari harmony passion dan obsessive passion. Metode penelitian menggunakan kuasi eksperimen dengan jumlah sampel 6 mahasiswa UNTAR dan diambil data pre-test, post-test dan wawancara. Pengolahan data menggunakan korelasi dan compare mean t-test. Hasil penelitian menunjukkan terjadi hubungan kuat dan signifikan antara pre-test, post-test pada kesiapan berubah dan passion. khususnya pada dimensi-dimensi ketepatan melakukan perubahan, change of efficacy dan harmony passion. Namun hasil perbedaan rata-rata menunjukkan signifikan hanya pada change of efficacy. Kesimpulan penelitian memperlihatkan dampak psikologis change of efficacy terjadi pada mahasiswa yang melakukan implementasi pembelajaran kolaboratif dan partisipatif di kabupaten Belitung. Mahasiswa meyakini proyek yang dilakukannya memberikan dampak perubahan pada masyarakat. Keyakinan diri mahasiswa yang relatif kuat sebelum dilaksanakan proyek dan menjadi semakin bertambah kuat setelah selesai proyek dilaksanakan. Saran penelitian selanjutnya dilakukan beberapa kali proyek kegiatan untuk mempertahankan konsistensi data.Collaborative and participatory learning is one of the main success indicators (IKU) required to assess the achievement of MBKM implementation. This research activity is project-based (team-based project), namely field project activities carried out according to the actual setting, not activities in the classroom. The aim of the research is to see the psychological impact of collaborative and participatory learning before and after implementing the project. The theoretical concepts used are readiness to change and passion. The changing dimension consists of changes in efficacy, changes in accuracy, management support, personal benefits and the passion dimension consists of harmony passion and obsessive passion. The research method used a quasi-experimental with a sample of 6 UNTAR students and pre-test, post-test and interview data were taken. Processing of data using correlation and comparing the mean t-test. The results showed that there was a strong and significant relationship between pre-test, post-test on readiness to change and passion. especially on the dimensions of accuracy in making changes, changes in efficacy and passion for harmony. However, the results of the mean difference showed significant only in the change in success. The conclusion of this research is the impact of psychological impact on efficacy changes that occur in students who implement collaborative and participatory learning in Belitung district. Students believe in projects that have a changing impact on society. Students' self-confidence is relatively strong before the project is implemented and becomes stronger after the project is completed. Subsequent research suggests several project activities to maintain data.
KAMPUNG HIJAU PADA KAMPUNG KOTA (STUDI KASUS: KAMPUNG TANJUNG GEDONG RT.05/ RW.08, JAKARTA BARAT) Nafiah Solikhah; Titin Fatimah
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol 3, No 1 (2020): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1672.615 KB) | DOI: 10.24912/jbmi.v3i1.7996

Abstract

The village is an integral part of cities in Indonesia since its inception. Each village is unique because it represents historical uniqueness, diverse physical patterns, complex and dynamic social systems. Jakarta City as the largest city in Indonesia has its own challenges in managing the Urban Villages. One of the urban villages in Jakarta is Tanjung Gedong Village, located in RT.05 / RW.08 Tomang Village, Grogol Petamburan District. The selection of RT.05 / RW.08 as a PKM activity partner was because the location of the target partner was around the UNTAR campus, so the PKM activity became a tangible manifestation of UNTAR's contribution to the surrounding environment. The Proposing Team has also conducted PKM activities at the Partner's location, so it is hoped that the proposed program will be sustainable. Tanjung Gedong Village RT.05 / RW.08 Tomang Village has an area of 1.3 hectares with a population of 300 people (60 households). Problems owned by Partners to create a healthy and comfortable environment for residents: First, spatial planning is not optimal and flexible to accommodate a variety of social activities from the community. Secondly, the partners currently lack green open space. The proposed solution is the Proposed Green Village Structuring Concept by involving active participation from Partners (RW-RT leadership, Residents) using 3 approaches, namely: Green Planning and Design, Green Open Space and Green community. The proposed Green Village concept is expected to overcome the problems faced by partners so that a healthy and comfortable residential environment for residents is achievedABSTRAK:Kampung merupakan bagian integral kota-kota di Indonesia sejak awal pembentukannya. Setiap kampung memiliki keunikan karena merepresentasikan kekhasan sejarah, pola fisik yang beragam, sistem sosial yang kompleks dan dinamis. Kota Jakarta sebagai kota terbesar di Indonesia memiliki tantangan tersendiri dalam mengelola Kampung Kotanya. Salah satu kampung kota di Jakarta adalah Kampung Tanjung Gedong yang terletak di RT.05/RW.08 Kelurahan Tomang, Kecamatan Grogol Petamburan. Pemilihan RT.05/RW.08 sebagai Mitra kegiatan PKM karena lokasi mitra sasaran berada di sekitar kampus 1 UNTAR, sehingga kegiatan PKM ini menjadi salah satu wujud nyata kontribusi UNTAR terhadap lingkungan sekitar. Tim Pengusul juga telah melakukan kegiatan PKM di lokasi Mitra, sehingga diharapkan program yang diusulkan akan berkesinambungan. Kampung Tanjung Gedong RT.05/RW.08 Kelurahan Tomang memiliki luasan 1,3 Ha dengan jumlah penduduk 300 orang (60 KK). Permasalahan yang dimiliki oleh Mitra untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan nyaman untuk warga: Pertama, tata ruang belum optimal dan fleksibel untuk mewadahi beragam aktivitas sosial dari masyarakat. Kedua, saat ini mitra masih kekurangan ruang terbuka hijau. Solusi yang diusulkan adalah Usulan Konsep Penataan Kampung Hijau dengan melibatkan partisipasi aktif dari Mitra (pemangku pimpinan RW-RT, Warga) menggunakan 3 pendekatan, yaitu: Green Planning and Design, Green Open Space dan Green community. Usulan konsep Kampung Hijau diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh mitra sehingga tercapai sebuah lingkungan hunian yang sehat dan nyaman untuk warga.
RE-DESAIN KANTOR SEKRETARIAT DAN RUANG PUBLIK RW.08, KELURAHAN TOMANG, KECAMATAN GROGOL PETAMBURAN, JAKARTA BARAT Nafiah Solikhah; Yunita Ardianti S; Sintia Dewi W.
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol 2, No 2 (2019): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1367.119 KB) | DOI: 10.24912/jbmi.v2i2.7255

Abstract

Sebagai salah satu fasilitas umum pemerintahan, Kantor RW memiliki peranan yang cukup signifikan dalam mewadahi aktivitas sosial masyarakat. Berdasarkan hasil tinjauan lapangan, kantor sekretariat RW.08 Kelurahan Tomang, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat yang berada di dekat kampus 1 UNTAR memiliki peranan untuk mewadahi beragam kegiatan, antara lain: kegiatan Karang Taruna, Posyandu, Pospindu, Sekretariat Jumantik. Sedangkan Ruang Publik yang berada dalam satu tapak dengan kantor sekretariat RW.08 saat ini masih kurang terawat dan tidak terencana dengan baik. Berdasarkan permasalahan mitra, maka solusi yang Tim ajukan adalah kegiatan PKM untuk Re-Desain Kantor Sekretariat dan Ruang Publik RW.08, Kelurahan Tomang, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Pelaksanaan kegiatan PKM menggunakan metode partisipasi mitra. Adapun tahapan pelaksanaan yaitu: Perencanaan Desain, Konsep Desain dan Desain. Konsep Desain yang diusulkan adalah: Usulan Desain Kantor Sekretariat RW yang Mencerminkan Karakter Arsitektur Betawi, pengadaan Taman Refleksi dan Relaksasi, pewadahan aktivitas Bank Sampah, usulan Taman Taman Tanaman Obat Keluarga (TOGA) dan Vertikultur. Kantor sekretariat RW sebaiknya mampu menjadi fasilitas penunjang yang berfungsi untuk menyelenggarakan dan mengembangkan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya, dan memperkuat karakter wajah kota Jakarta serta menyediakan fasilitas yang memadai dan layak secara fungsional dan estetika. Dalam melakukan re-desain kantor publik, harus mengacu pada standar (SNI, Perda, dll) serta harus ada diskusi aktif dengan mitra.
ECLECTIC ART DECO IN SURAKARTA: COMPARISON OF THREE RESIDENCES IN SURAKARTA (LAWEYAN, BALUWARTI, KAUMAN) Nafiah Solikhah; Andi Surya Kurnia
Dimensi: Journal of Architecture and Built Environment Vol. 45 No. 2 (2018): DECEMBER 2018
Publisher : Institute of Research and Community Outreach, Petra Christian University, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (742.454 KB) | DOI: 10.9744/dimensi.45.2.141-152

Abstract

Art Deco emerged from the change of thinking ways of a group of people who one of them backed from the establishment of the economy. In Surakarta, there are areas that get influence Art Deco style, among others: Baluwarti, Laweyan, and Kauman. The problem is the absorption and adaptation of elements of Javanese culture and other culture that produce different art deco typology in each object of study. This study aims to compare the absorption and adaptation of elements of Javanese culture and other culture that produces different art deco typologies in three different areas in Surakarta.With different backgrounds, the absorption and adaptation of Art Deco style in residential houses in each region is different. But the common thread is the absorption of several styles, namely: Java, Art Deco, Art Nouveau, Middle East, and China which finally created the eclectic Art Deco style.