Introduction:Vaginismus is a recurrent or persistent spasm of the muscles of the outer third of the vagina that interferes with coitus. The diagnosis of vaginismus is challenging since it requires the exclusion of possible organic comorbidities. Vaginismus needs to be differentiated from dyspareunia. This article comprehensively discusses the approach to diagnosis and management of vaginismus and highlights its differences from dyspareunia.Methods: A literature search was conducted in PubMed®, ScienceDirect, and Google Scholar databases on February 7–8, 2024, using Boolean combinations of the specified keywords. No specific timeframe was used. Editorials, commentaries, and articles other than written in English and Indonesian were excluded.Results: The review found that vaginismus is characterized by involuntary pelvic floor muscle contractions and significant anxiety towards penetration, which is diagnosed mainly through patient history and physical examination. In contrast, dyspareunia encompasses a wider range of pain, which may be superficial or deep and can result from various physiological or psychological factors. Differentiating between the two conditions requires a detailed clinical interview, physical examination, and possibly additional tests to identify the specific cause.Conclusion: Treatment for vaginismus focuses on reducing fear and pelvic muscle spasms, while dyspareunia focuses on addressing the underlying cause and pain management.Pendekatan Diagnosis pada Vaginismus dan Cara Membedakannya dengan DispareuniaAbstrakPendahuluan: Vaginismus adalah spasme otot-otot sepertiga bagian luar vagina yang berulang atau terus-menerus dan mengganggu koitus. Diagnosis vaginismus menantang dan memerlukan eksklusi kemungkinan komorbiditas organik. Vaginismus perlu dibedakan dengan dispareunia. Artikel ini membahas pendekatan diagnosis dan penatalaksanaan vaginismus secara komprehensif dan menyoroti perbedaannya dengan dispareunia.Metode: Pencarian literatur dilakukan di basis data PubMed®, ScienceDirect, dan Google Scholar pada tanggal 7 – 8 Februari 2024 dengan menggunakan kombinasi Boolean dari kata kunci yang ditentukan. Tidak ada jangka waktu tertentu yang digunakan dalam pencarian artikel untuk tinjauan literatur ini. Editorial, komentar, dan artikel yang tidak berbahasa Inggris dan Indonesia tidak disertakan.Hasil: Tinjauan menunjukkan bahwa vaginismus ditandai oleh kontraksi involunter otot dasar panggul serta kecemasan signifikan terhadap penetrasi. Diagnosis utama didasarkan pada riwayat pasien dan pemeriksaan fisik. Sebaliknya, dispareunia mencakup spektrum nyeri, baik superfisial maupun dalam, yang dapat dipicu oleh berbagai faktor fisiologis atau psikologis. Untuk membedakan kedua kondisi tersebut, diperlukan wawancara klinis yang mendetail, pemeriksaan fisik, dan tes tambahan guna mengidentifikasi penyebab spesifik.Kesimpulan: Terapi untuk vaginismus berfokus pada pengurangan rasa takut dan spasme otot panggul, sedangkan dispareunia berfokus pada penanganan penyebab yang mendasari dan manajemen nyeri.Kata kunci: Diagnosis, dyspareunia, tatalaksana, vaginismus