M. Rizkar Arev Sukarsa
Departemen Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Univesitas Padjajaran/ RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Published : 19 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

PERBANDINGAN KERAPATAN KOLAGEN LIGAMENTUM SAKROUTERINA PADA PASIEN DENGAN DAN TANPA PROLAPS UTERI Silitonga, Intan Renata; Sukarsa, M. Rizkar A.; Pohan, Lasma R.; Armawan, Edwin; Handono, Budi
Majalah Kedokteran Bandung Vol 47, No 4 (2015)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (953.755 KB)

Abstract

Kerapatan kolagen merupakan satu faktor penting dalam kejadian prolaps uteri. Beberapa penelitian menunjukkan pasien prolaps uteri mempunyai kerapatan kolagen ligamentum sakrouterina yang rendah. Penelitian ini bertujuan mengukur perbedaan kerapatan kolagen ligamentum sakrouterina pada pasien dengan dan tanpa prolaps uteri. Penelitian ini adalah penelitian analitik komparatif dengan case control study terhadap 16 pasien prolaps uteri dan 16 pasien tanpa prolaps uteri di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung dan RS jejaring. Bahan penelitian diambil dari ligamentum sakrouterina saat operasi histerektomi lalu dibuat sediaan dengan pewarnaan hematoksilin-eosin dan Masson?s trichrome. Uji kemaknaan menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil penelitian didapatkan hubungan bermakna antara kerapatan kolagen dan kejadian prolaps uteri, yaitu kerapatan kolagen pada pasien prolaps uteri lebih rendah (15,3%) dibanding dengan tanpa prolaps uteri (48,75%). Cut-off point kerapatan kolagen ligamentum sakrouterina untuk prediksi prolaps uteri adalah ? 30%; sensitivitas 93,8%; spesifisitas 87,5%; dan akurasi 90,6%. Simpulan penelitian ini adalah bahwa kerapatan kolagen ligamentum sakrouterina pada pasien prolaps uteri lebih rendah dibanding dengan pasien tanpa prolaps uteri. Cut-off point kerapatan kolagen ligamentum sakrouterina yang dapat memprediksi prolaps uteri adalah ? 30%. [MKB. 2015;47(4):212?7]Kata kunci: Kerapatan kolagen, ligamentum sakrouterina, prolaps uteriThe Comparison of Uterosacral Ligament Collagen Density in Patients with and without Uterine ProlapseAbstractCollagen density is one important factor in uterine prolapse. Several studies has shown that uterine prolapse patients have lower uterosacral ligament collagen density. The purpose of this study was to reveal the uterosacral ligament collagen density differences in patients with and without uterine prolapse. This case control study was an analitic comparative research of 16 uterine prolapse patients and 16 patients without uterine prolapse who underwent hysterectomy in Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung and its networking hospitals during November?December 2008. Uterosacral ligament was sampled and then stained using HE and Masson?s trichrome staining. The significance of the result was analyzed using Mann-Whitney. The study found a significant correlation between collagen density and uterine prolapse, with the collagen density of uterine prolapse patients was lower (15.3%) than patients without uterine prolapse (48.75%). The uterosacral ligament collagen density cut-off point in predicting women having uterine prolapse was ?30%; with 93.8% sensitivity, 87.5% specificity, and 90.6% accuracy. The conclusion of this study is that uterosacral ligament collagen density in patients with uterine prolapse is lower (15.3%) than patients without uterine prolapse (48.75%). The uterosacral ligament collagen density cut-off point in predicting a women having uterine prolapse is ?30%. [MKB. 2015;47(4):212?7] DOI: 10.15395/mkb.v47n4.624
Perbedaan Kadar Vitamin D pada Wanita Usia Reproduksi Tidak Hamil dan Wanita Hamil Trimester Pertama M. Rizkar Arev Sukarsa; Radiastomo Samekta Budi; Benny Hasan Purwara; Hanom Husni Syam; Johanes Cornelius Mose; Yudi Mulyana Hidayat; R. M. Sonny Sasotya
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 2 Nomor 1 Maret 2019
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4684.04 KB) | DOI: 10.24198/obgynia.v2n1.83

Abstract

Tujuan: Penelitian ini untuk mengetahui perbedaan kadar vitamin D pada wanita usia reproduksi tidak hamil dan wanita hamil trimester pertama.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan metode rancangan Comparative Cross Sectional yaitu membandingkan kadar vitamin D pada dua kelompok yaitu wanita usia reproduksi tidak hamil dan wanita hamil trimester pertama. Subjek penelitian yaitu wanita usia reproduksi (18-35 tahun) tidak hamil dan bertempat tinggal di kota Bandung dengan wanita dengan usia kehamilan trimester pertama yang memenuhi kriteria inklusi penelitian (n=60). Pada kedua kelompok dilakukan pemeriksaan kadar vitamin D kemudian diperiksa dengan metode Electro-chemiluminescence immunoassay (ECLIA). Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung pada bulan Februari-April 2018.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan kadar vitamin D rata-rata pada kelompok wanita usia reproduksi tidak hamil adalah 18,73 (6,93) ng/mL, sementara pada kelompok wanita hamil trimester pertama yaitu 13,87 (4,04) ng/mL. Perbedaan kadar rata-rata vitamin D pada kedua kelompok tersebut bermakna dengan nilai p<0,001Simpulan: Kadar vitamin D pada kelompok wanita hamil trimester pertama lebih rendah dibandingkan dengan kelompok usia reproduksi tidak hamilDifferences of vitamin D Level in Non-Pregnant Reproductive Age Women and First Trimester Pregnant WomenAbstractObjective: This research aims to compare differences in vitamin D levels in the group of non pregnant women of reproductive age and group of first trimester pregnant women.Method: This type of research is an observational analytic study with Comparative Cross Sectional design method that is comparing vitamin D levels in two groups: non pregnant women of reproductive age and first trimester pregnant women. Subjects of the study were women of reproductive age (18-35 years) who were not pregnant and lived in Bandung with women with first trimester gestational age who fulfilled the inclusion criteria (n=60). In both groups examined vitamin D levels and then examined by Electro-chemiluminescence immunoassay (ECLIA) method. This research was conducted at Hasan Sadikin Hospital Bandung in February-April 2018Result: The results showed that the average vitamin D level in the non pregnant women of reproductive age group was 18.73 (6.93) ng/mL, while in the first trimester pregnant women group was 13.87 (4.04) ng/mL. The difference in mean vitamin D levels in both groups was significant with p <0.001Conclusion: Levels of vitamin D in the group of first trimester pregnant women are lower than the group of non pregnant women of reproductive Key words: Vitamin D, women of reproductive age not pregnant, first trimester pregnant women
Tata Laksana Disfungsi Dasar Panggul Pascasalin Mochamad Rizkar Arev Sukarsa; Rena Nurita; Melia Juwita Adha
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 5 Nomor 1 Maret 2022
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/obgynia/v5n1.339

Abstract

Tujuan: melakukan telaah literatur mengenai identifikasi dan tata laksana dini disfungsi dasar panggul pada onset baru atau lama. Gejala dan perubahan anatomis terkait disfungsi otot dasar panggul dapat berhubungan dengan hipertonisitas, hipotonisitas, atau gangguan koordinasi otot dasar panggul. Diagnosis disfungsi dasar panggul pascasalin sering terlewat karena ketiadaan alat skrining disfungsi dasar panggul khusus kehamilan. Evaluasi klinis dan diagnosis paling utama didasari pada gejala yang dilaporkan pasien. Evaluasi klinis mencakup empat domain penilaian yaitu terkait fungsi seksual, fungsi penyokong dasar panggul, fungsi urinasi, dan fungsi defekasi. Metode: merangkum berbagai referensi termutakhir yang dapat menjadi pedoman dan tata laksana disfungsi dasar  panggul. Hasil: awal disfungsi dasar panggul pascasalin ditegakkan berdasarkan domain evaluasi klinis yang dikeluhkan oleh pasien. Tata laksana meliputi pertimbangan onset gejala, tidak menganggap normal suatu gejala yang mengganggu, tata laksana konservatif, pemantauan berkala, dan lanjutan. Latihan otot dasar panggul (Kegel) terbukti dapat mengidentifikasi dan menguatkan otot yang berkaitan dengan fungsi miksi, defekasi, dan seksual. Kesimpulan: Latihan Kegel dapat berperan sebagai tata laksana rutin mandiri pasien dengan disfungsi dasar panggul dengan gejala semua domain. Latihan ini dapat dikombinasikan dengan terapi biofeedback atau modalitas rehabilitasi yang lain.Management of Pelvic Floor DysfunctionAbstract Objective: to perform a literature review the identification and early management of new-onset or pre-existing pelvic floor dysfunction. Symptoms and anatomical changes related to pelvic floor muscle dysfunction may be related to hypertonicity, hypotonicity, or discoordination of the pelvic floor muscles. Diagnosis of pelvic floor dysfunction  after delivery is difficult because there are no pregnancy-specific pelvic floor dysfunction screening tools. Clinical evaluation and diagnosis are primarily based on the patient's reported symptoms, which include four assessment domains related to sexual function, pelvic floor support function, urinary, and defecation. Methods: summarizes the latest references that provide guidance and treatment for pelvic floor dysfunction. Results: Management of pelvic floor dysfunction after the initial diagnosis was based on the evaluation domain from patient’s symptoms. Management includes considering the symptoms onset, awareness of disturbing symptoms, conservative management, monitoring, and advanced management. Pelvic floor exercises (Kegel) are clinically proven to identify and strengthen the muscles associated with micturition, defecation, or sexual function.Conclusion: Kegel exercises can act as routine independent management of pelvic floor dysfunction patients with symptoms in all domains. The exercise can be combined with biofeedback therapy or other rehabilitation modalities.Key words: clinical evaluation, hypertonicity, hypotonicity, kegel exercise,  pelvic floor, rehabilitation
Korelasi antara Kadar 25 Hidroksi Vitamin D3 dengan Kekuatan Levator Ani pada Primipara 42 Hari Pascapersalinan Spontan Rizkar Arev Sukarsa; Bharata Yudha; Tita Husnitawati Madjid; Jusuf Sulaeman Effendi; Benny Hasan Purwara; Muhammad Alamsyah Aziz
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 1 Nomor 2 September 2018
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (99.113 KB) | DOI: 10.24198/obgynia.v1n2.68

Abstract

AbstrakTujuan: Menganalisis korelasi antara kadar 25 hidroksi vitamin D3 dengan kekuatan kontraksi levator ani pada primipara 42 hari pasca persalinan spontan. Metode : Penelitian observasional analitik dilakukan pada primipara pasca persalinan spontan yang memenuhi kriteria inklusi penelitian (n=48). Penelitian dilakukan di Poliklinik Obstetri dan Laboratorium Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin bulan Agustus-September 2017. Dilakukan pengukuran kadar vitamin D serum, serta pemeriksaan perineometer tonus basal dan kontraksi maksimal levator ani subjek. Data yang didapat diolah menggunakan SPSS 23 untuk windows.   Hasil: Terdapat korelasi positif antara kadar vitamin D dengan tonus basal levator ani (r=0,76, r2 = 0,58) dan antara kadar vitamin D dengan kontraksi maksimal levator ani (r=0,803, r2 = 0,645) yang bermakna secara statistik (p <0,05). Penelitian ini menunjukkan terdapat korelasi kuat dengan arah korelasi positif  antara kadar 25 hidroksi vitamin D3 dengan kekuatan kontraksi levator ani pada primipara 42 hari pasca persalinan spontan. Kesimpulan : Kadar vitamin D yang tinggi diduga akan meningkatkan kontraksi levator ani pada primipara pasca persalinan spontan. Correlation between 25 Hydroxy Vitamin D3 Levels with Levator Any Muscle Strength in Primipara 42 Days After Spontaneous DeleveryAbstract Objective: To analyze the correlation between 25 hydroxy vitamin D3 levels with the strength of levator ani contraction at primipara 42 days post-spontaneous delivery. Method: Observational analytic study  was conducted on spontaneous postpartum primiparas meeting the inclusion criteria (n=48). The research was conducted in Obstetric Polyclinic and Clinical Serology Clinical Pathology Laboratory of Faculty of Medicine Universitas Padjadjaran/ Dr. Hasan Sadikin General Hospital  in August-September 2017. A serum vitamin D assay was performed, vaginal resting tone and maximum contraction of the levator ani was measured with the perineometer on the subject. Data was analyzed by SPSS 23 for windows. Results: There were positive correlation between vitamin D level and vaginal resting tone (r=0,76, r2=0,58) and between vitamin D level with maximum contraction of levator ani (r=0,803, r2=0,645) which was statistically significant (p<0.05). The study showed that there was a strong positive correlation  between the levels of 25 hydroxy vitamin D3 with the strength of levator ani contraction in primipara 42 days post-spontaneous delivery. Consclusion: High levels of vitamin D can supposedly improve levator ani contraction in primipara post spontaneous delivery. Key  words: 25 Hydroxy vitamin D3, levator ani contraction, perineometer
Apa itu Turun Peranakan M. Rizkar Arev Sukarsa; Aditya Wibowo; Arieff Kustiandi
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Special Issue: Article Review
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/obgynia/v4n2s.268

Abstract

Tujuan untuk mengetahui lebih dalam tentang turun peranakan atau prolaps alat genitalia dapat disamakan dengan suatu hernia, dimana suatu organ genitalia turun ke dalam vagina, bahkan mungkin keluar liang vagina. Hal ini karena kelemahan otot fasia dan ligamen penyokongnya. Kerusakan pada penyangga vagina dapat terjadi dalam satu lokasi saja (misalnya, dinding vagina anterior saja), tetapi lebih sering terjadi kombinasi. Metode merangkum daftar referensi terupdate sebagai bahan artikel yang dapat menjadi pedoman dan tatalaksana prolaps organ panggul. Hasil tidak semua prolaps alat genitalia membutuhkan terapi, karena banyak penderita tidak mempunyai keluhan, terutama stadium I dan kadang-kadang stadium II. Pada mereka yang mempunyai keluhan tentu perlu penanganan dengan tepat agar penderita merasa lebih baik. Prolaps uteri stadium II dan III dipilih vaginal histerektomi dan disertai dengan kolporafi anterior dan kolpoperineorafi, Hal ini terutama bila penderita sudah mengalami manaupose atau tidak memerlukan lagi organ reproduksi. Kesimpulan, walaupun tidak mengancam nyawa, akan tetapi prolapsus alat genitalia dapat menurunkan kualitas hidup wanita.What is ProlapseAbstractPurpose to find out more about descent or genital prolapse can be likened to a hernia, in which a genital organ descends into the vagina, possibly even out of the vaginal canal. This is due to weakness of the fascial muscles and ligaments that support them. Damage to the vaginal support can occur in one location only (eg, anterior vaginal wall only), but is more common in combination. Although it does not cause death, pelvic organ prolapse can reduce the quality of life for women. Method summarize an updated list of references as material for articles that can guide and treat pelvic organ prolapse. Result not all prolapse of the genitalia needed therapy, because many patients had no complaints, especially stage I and sometimes stage II. Those who have complaints, of course, need to be handled properly so that the sufferer feels better. Uterine prolapse stages II and III were chosen by vaginal hysterectomy and accompanied by anterior colporaphy and kolpoperineorafi, especially if the patient has menopause, or no longer needs reproductive organs. Conclusion, although not life threatening, genital prolapse can reduce a woman’s quality of life.Key word: Prolap genitalia, quality of life for women
Perbandingan Kadar Testosteron dan Lemak Viseral Pasien Sindrom Ovarium Polikistik di Poliklinik Aster RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Sebelum dan Setelah Pemberian Terapi Metformin Imelda Rosmaida Siagian; Mulyanusa Amarullah Ritonga; Maringan D.L. Tobing; M. Rizkar Arev Sukarsa
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 4 Nomor 1 Maret 2021
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/obgynia/v4n1.205

Abstract

Tujuan: Terdapat 50-70% kasus sindrom ovarium polikistik yang berkaitan dengan adanya resistensi insulin. Peran agen sensitisasi insulin seperti metformin diharapkan dapat memperbaiki kondisi lemak dan testosteron bebas yang tinggi sehingga memperbaiki gejala klinis pasien dengan sindrom ovarium polikistik. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan indeks androgen bebas (sebagai representasi kadar testosteron) dan lemak viseral pasien sindrom ovarium polikistik sebelum dan sesudah diberi pengobatan metformin. Metode: Populasi penelitian didapatkan dari data penelitian DLBS (Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences) 3233 yaitu 29 kasus wanita sindrom ovarium polikistik yang datang untuk berobat di Klinik Aster RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung periode Januari 2013 - Desember 2017, dengan menggunakan metode experimental design dengan pendekatan one group pretest-posttest design. Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara purposing sampling yang diambil secara retrospektif pada data sekunder yang terdapat dalam rekam medik. Hasil: Didapatkan rata-rata indeks androgen bebas sebelum pemberian terapi metformin 2.67 ± 0.43 dan sesudah pemberian terapi 1.88 ± 0.37. Rata-rata kadar lemak visceral sebelum pemberian terapi metformin 10.27±2.589% dan sesudah pemberian terapi 8.00±1.488%. Kesimpulan: Sehingga disimpulkan terdapat perbedaan signifikan kadar indeks androgen bebas (p:0.008) dan lemak visceral (p:0,0001) pada pasien sindrom ovarium polikistik sebelum dan sesudah pemberian terapi metformin.Comparasion of free Androgen Index and Viseral Fat in Polycystic Ovary Syndrome Patients in Aster Polyclinic Dr. Hasan Sadikin Bandung Before and After Giving Metformin TherapyAbstractObjective: There are 50-70% of cases of polycystic ovary syndrome associated with insulin resistance. The role of insulin sensitizing agents such as metformin is expected to improve the condition of high fat and free testosteron, thereby improving the clinical symptoms of patients with polycystic ovary syndrome. This study aims to determine differences in free androgen index (represent the value of free testosteron) and visceral fat levels of polycystic ovary syndrome patients before and after being given metformin treatment. Method: The study population was obtained from DLBS (Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences) 3233 research data, namely 29 cases of polycystic ovary syndrome women who came for treatment at the Aster Clinic Dr. Hasan Sadikin Bandung from January 2013 - December 2017, using the experimental design method with the one group pretest-posttest design approach. Sampling was done by purposing sampling taken retrospectively on secondary data contained in the medical record. Result: The average free androgen index levels were obtained before the administration of metformin therapy 2.67 ± 0.43 and after the administration of therapy 1.88 ± 0.37 Average visceral fat levels before administration of metformin therapy 10.27 ± 2.589% and after administration of 8.00 ± 1,488%. Conclusion : It was concluded that there were significant differences in free androgen index (p: 0.008) and visceral fat (p: 0.0001) in patients with polycystic ovary syndrome before and after metformin therapy.Key word: Polycystic ovary syndrome, free androgen index, viseral fat, metformin
Gambaran Rasionalitas Penggunaan Antibiotik berdasarkan Kriteria Gyssens di Bangsal Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Nenny Yoanitha; Firman F. Wirakusumah; Rizkar Arev Sukarsa
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 1 Nomor 2 September 2018
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (551.81 KB) | DOI: 10.24198/obgynia.v1n2.37

Abstract

AbstrakTujuan: Penggunaan antibiotik yang tidak rasional terjadi di banyak rumah sakit dan dikaitkan dengan peningkatan jumlah resistensi antibiotik di seluruh dunia. WHO telah menggambarkan bahwa saat ini sedang terjadi “krisis” resistensi antibiotik yang berpotensi menyebabkan musibah secara global. Di Indonesia termasuk RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung data penelitian yang menggambarkan kualitas penggunaan antibiotik masih terbatas.Metode: Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif eksploratif dengan desain cross sectional dilaksanakan di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung pada periode September–November 2016  pada pasien rawat inap di bangsal Obstetri dan Ginekologi. Rasionalitas penggunaan antibiotik diukur berdasarkan kriteria Gyssens yang  mengklasifikasikan kasus penggunaan antibiotik berdasarkan suatu alur memuat indikasi, jenis antibiotik, dosis, rute, interval, dan waktu pemberiannya.Hasil: Dari 150 kasus mayoritas merupakan kasus obstetri (62,7%) dengan kelompok umur terbanyak antara 21−35 tahun (73,3%). Berdasarkan  kriteria gyssens didapatkan terbanyak adalah kategori V (40,3%), sedangkan kategori 0 (antibiotik rasional) didapatkan sebanyak (22%).Kesimpulan: Penggunaan antibiotik yang tidak rasional berdasarkan kriteria Gyssens masih tinggi ditemukan di bangsal Kandungan dan KebidananThe Rationality of Antibiotic use based on Gyssens Criteria at Obstetric and Gynecology Ward Dr. Hasan Sadikin General HospitalAbstractObjective: The use of irrational antibiotics occurs in many hospitals and is associated with an increase of antibiotic resistance worldwide. WHO has described that there is currently a “crisis” of antibiotic resistance that has the potential to cause a global disaster. In Indonesia, including dr. Hasan Sadikin Hospital research data describing the quality of antibiotic use is still limited.Method: This study is a descriptive explorative research with cross sectional design that was conducted in dr. Hasan Sadikin Hospital on September until November 2016 with the sample was all inpatient that trated in the Obstetric and Gynecology ward.. The rationality of antibiotic use is measured by the Gyssens criteria that classify cases of antibiotic use based on a path containing indications, type of antibiotics, doses, routes, intervals, and time of administration.Result: Of the 150 cases the majority were obstetric cases (62.7%) with the most age group between 21-35 years (73.3%). Based on the criteria gyssens obtained the most is category V (40.3%), while category 0 (rational antibiotics) obtained as much (22%).Conclusion: The use of irrational antibiotics based on the Gyssens criterion is still high in the Obstetric and Gynecology wardKey words: Antibiotics, quality of antibiotic use, criteria gyssens
Pola Kuman dan Kepekaan Antibiotik pada Kasus Infeksi Luka Operasi Obstetri Iwan Irawan; M. Rizkar Arev Sukarsa; M. Alamsyah Aziz
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 5 Nomor 1 Maret 2022
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/obgynia/v5n1.343

Abstract

Tujuan: Mengetahui karakteristik pasien infeksi luka operasi (ILO) bidang Obstetri dan mendeskripsikan gambaran pola kuman serta kepekaan antibiotiknya di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Hasan Sadikin BandungMetode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan pendekatan cross sectional yang bersifat retrospektif dari rekam medis pasien obstetri yang terdiagnosis infeksi luka operasi di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung selama periode Juli 2020 - Juni 2021. Karakteristik subjek meliputi usia, berat badan, tinggi badan, body mass index (BMI),  dan paritas. Dalam penelitian ini digunakan tingkat ketelitian (α) 5%, tingkat kepercayaan 95% sehingga diperoleh nilai Z = 1,96. Deskripsi karakteristik dan status pasien ditampilkan dalam bentuk tabel. Data kategorik dideskripsikan dengan jumlah (n) dan persentase (%).Hasil: Hasil penelusuran rekam medis didapatkan sebanyak 20 pasien yang didiagnosis dengan ILO. Seluruh pasien yang mengalami ILO merupakan pasien pasca  seksio sesarea. Tidak didapatkan perbedaan yang bermakna pada rerata umur, berat badan, tinggi badan, BMI, dan sebaran paritas. Kesimpulan: ILO pada bidang obstetri seluruhnya terjadi pasca seksio sesarea. Tidak didapatkan perbedaan bermakna pada karakteristik pasien yang mengalami ILO. Pola kuman yang paling sering dijumpai adalah Escherichia coli dan Acinetobacter baumannii. Antibiotik yang sensitif terhadap mayoritas sampel adalah tigecycline dan meropenem.Antibiotic Susceptibility and Microbial Pattern in Obstetric Surgrical Wound InfectionAbstractObjective: To know the characteristics of surgical site infection (SSI) patients  in obstetrics field and describing the microbial pattern and their antibiotic sensitivity at the Hasan Sadikin General HospitalMethod: This study was a descriptive observational study with a retrospective cross sectional approach from the medical records of obstetric patients diagnosed with surgical wound infections at Dr. Hasan Sadikin Bandung during the period July 2020 - June 2021. Subject characteristics include age, weight, height, body mass index (BMI), and parity. In this study, the level of accuracy (α) 5%, 95% confidence level, so that the value of Z = 1.96 is obtained. Results: The results gained from tracing medical records and obtained as many as 20 patients diagnosed with SSI. All patients who experienced SSI were post-cesarean section patients. There were no significant differences in the mean age, weight, height, BMI, and parity distribution. Conclusion: There was a high prevalence of female sexual dysfunction among health practitioners at Hasan Sadikin General Hospital, accounting to 41.8%. There was no statistically significant difference between various demographic aspects and female sexual dysfunction. Key words: Microbial pattern, antibiotic, sensitivity, surgical site infection
Validasi Ultrasonografi Transabdominal pada Luaran Kelainan Kongenital Janin di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2018 Yoga Paripurna; M. Rizkar Arev Sukarsa; Hanom Husni Syam; R. M. Sonny Sasotya; Adhi Pribadi; M. Alamsyah Aziz; Akhmad Yogi Pramatirta; Amillia Siddiq
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 3 Nomor 2 September 2020
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/obgynia/v3n2.215

Abstract

Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui validasi ultrasonografi transabdominal dalam mendeteksi luaran kelainan kongenital janin di RSHS Bandung.Metode: Penelitian ini merupakan observasional analitik dengan cross-sectional retrospective. Sampel diperoleh dari seluruh pemeriksaan ultrasonografi transabdominal dengan luaran bayi yang lahir di RSHS bulan 1 Januari−31 Desember 2018. Teknik sampling menggunakan consecutive sampling, didapatkan minimal sampel 196 kasus. Pengolahan data menggunakan SPSS dengan analisis uji Chi-kuadrat.Hasil: Hasil yang didapatkan adalah kelainan kongenital Central Nervous System 18,9%, Abdominal wall defect 9,8%, Facial & Neck anomalies 7,6%, Skeletal system 6,8%, Hidrop Fetalis 5,3%, Genito-urinary, Congenital heart disease dan Gastrointestinal system masing-masing sebanyak 2,3%, Thorax anomalies sebanyak 0.8%. Kesimpulan: Secara keseluruhan dapat disimpulkan seluruh ukuran pada analisis diagnostik menunjukkan kategori di atas cukup kuat, didapatkan validasi yang baik ultrasonografi transabdominal pada luaran kelainan kongenital janin.Validation of Transabdominal Ultrasound for Fetal Congenital Abnormalities at Dr. Hasan Sadikin Bandung Hospital in 2018AbstractObjective: The purpose of this study was to determine transabdominal ultrasound validation in detecting fetal congenital abnormalities in RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung. Methods: This was an observational analytic study with cross-sectional retrospective method. Samples obtained from all transabdominal ultrasonographic examinations with outcome of newborn in RSHS from January 1st-December 31st 2018. Sampling technique was consecutive sampling with minimum sample of 196 cases obtained. Data processing using SPSS with Chi-square analysis transabdominal ultrasonographic.Result: The results obtained are congenital abnormalities of Central Nervous System type 18.9%, Abdominal wall defect 9.8%, Facial & Neck anomalies 7.6%, Skeletal system 6.8%, Fetal Hydrops 5.3%, Genito-urinary, Congenital heart disease and Gastrointestinal system respectively 2.3%, Thorax anomalies 0.8%. Conclusion: All measures in the diagnostic analysis show all categories are quite strong, therefore good ultrasound validation is obtained in the outcome of fetal congenital abnormalities.Key words: Transabdominal ultrasonography, validation, congenital abnormalities
Differences of Vitamin D Level in Non-pregnant Reproductive Age Women and First Trimester Pregnant Women: Perbedaan Kadar Vitamin D pada Perempuan Usia Reproduksi Tidak Hamil dan Perempuan Hamil Trimester Pertama Rizkar A. Sukarsa; Radiastomo S. Budi; Benny H. Purwara; Hanom H. Syam
Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology Volume 7 No. 4 October 2019
Publisher : Indonesian Socety of Obstetrics and Gynecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (85.745 KB) | DOI: 10.32771/inajog.v7i4.998

Abstract

Abstract Objective: To compare vitamin D level in non-pregnantreproductive age women and first-trimester pregnant women. Methods: This was acomparative cross-sectional study. The vitamin D serum level of two groups, the first one wasnon-pregnantreproductive age women (18-35 years), and the second one was first-trimester pregnant women,was collected. Samples were examined by Electro Chemiluminescence Immunoassay (ECLIA) method. The study was conducted in Dr. Hasan Sadikin Hospital in February-April 2018. Results: The mean of vitamin D level in the non-pregnantreproductive age women group was 18.73 (6.93) ng/mL, while the first-trimester pregnant women group was 13.87 (4.04) ng/mL. The difference in mean of vitamin D level in both groups was significant with p-value<0.001. Conclusion: Vitamin D level in the non-pregnantreproductive age women group is higher than the first-trimester pregnant women group. Keywords: first-trimester pregnant women, non-pregnantreproductive-age women, vitamin D Abstrak Tujuan: Membandingkan kadar vitamin D pada perempuan usia reproduksi tidak hamil danperempuan hamil trimester pertama sehingga dapat mencegah berbagai komplikasi kehamilan. Metode: Penelitian analitik komparatif potong lintang terhadap 60 perempuan yang dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok perempuan usia reproduksi tidak hamil (18-35 tahun) dan kelompok perempuan hamil trimester pertama. Pada kedua kelompok dilakukan pemeriksaan kadar vitamin D dengan metode Electro-chemiluminescence immunoassay(ECLIA). Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Hasan Sadikin pada bulan Februari-April 2018.Data diproses menggunakan program SPSS versi 24.0. Hasil: Kadar vitamin D rata-rata pada kelompok perempuan usia reproduksi tidak hamil adalah 18,73 (6,93) ng/mL, sedangkan pada kelompok perempuan hamil trimester pertama adalah 13,87 (4,04) ng/mL. Perbedaan kadar rata-rata vitamin D pada kedua kelompok tersebut bermaka dengan nilai p<0,001. Kesimpulan: Kadar vitamin D pada kelompok perempuan usia reproduksi tidak hamil lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok perempuan hamil trimester pertama. Kata kunci: perempuan hamil trimester pertama, perempuan usia reproduksi tidak hamil, vitamin D