Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Embeddedness of Moral and Culture Institutions with Embroidery Entrepreunership in Tasikmalaya Jamilah, Joharotul; Dharmawan, Arya Hadi; K. Panjaitan,, Nurmala; S. Damanhuri, Didin
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 4 No. 3 (2016): Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.441 KB) | DOI: 10.22500/sodality.v4i3.14432

Abstract

ABSTRACTIn the Era of Global Economy, in general the business world is controlled by the formal economic ethics. This means that the businesses with modern economic system dominates the behaviours of enterpreuneurs in his economic acts. Production relation that is constructed between the enterpreuners and the employers is rational formal relationship, such as the employment contract should be clear above “black and white”, and the SOP (Standard Operational Procedure) which has been determined from beginning or formal legal nature. However, there is still found the businessman with moral economic ethics as the basis of their behaviours may persist, including the businessman of embroidery industry in Tasikmalaya.This research is aimed to reveal the business strategy that is undertaken by the embroidery enterpreuners in order to survive in the modern economy which is based on capitalist economic ethics with formal rational, and how the moral values and formal underlying the relation of production between the businessman and the workers.The methode used in this research is case study, with 12 embroidery enterpreuners, according to the criteria of Legilation No. 20 Yr. 2008 about UMKM, in Tasikmalaya. The data collecting uses deep interview and observation, while the technique of data analysis is used descriptive qualitative analysis. The result of the study is there is an embeddedness of Islamic and Sundanese values in the economic acts of the embroidery enterpreuners in Tasikmalaya with difference of embeddedness level. i.e: (1) Strong embeddedness on the Islamic values and weak Sundanese ethics traditions, call as Islamic-Sundanese Entrepreneurs (2) Strong embeddedness on the Sundanese tradition and weak Islamic Ethics, call as Sunda-Islamic Entrepreneurs, and (3) Strong embeddedness on the modern economic ethics but weak on the Islamic and Sundanese ethics, call as Capitalist Entrepreneurs.Keywords: formal rational, moral ethics economy, Islamic-Sundanese Entrepreneurs, Sunda-Islamic Entrepreneurs, capitalist entrepreneursABSTRAKPada era ekonomi global, dunia bisnis pada umumnya dikendalikan dengan etika ekonomi formal. Hal ini berarti bisnis dengan sistem ekonomi modern mendominasi perilaku wirausahawan dalam tindakan ekonominya. Hubungan produksi yang terbangun antara pengusaha dengan pekerja bersifat rasional formal, seperti dengan adanya kontrak kerja yang harus jelas di atas ‘hitam putih’, dan SOP yang sudah ditentukan dari awal atau bersifat legal formal. Tetapi masih ditemukan pelaku bisnis dengan etika ekonomi moral sebagai dasar perilakunya dapat bertahan, diantaranya pengusaha industri bordir di Tasikmalaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap strategi bisnis yang dilakukan pengusaha bordir sehingga dapat tetap survive dalam ekonomi modern yang berlandaskan pada etika ekonomi kapitalis dengan rasional formal, serta sejauhmana nilai-nilai moral dan formal melandasi hubungan produksi antara pengusaha dengan pekerjanya berdasarkan tipologi pengusaha. Metode yang digunakan adalah studi kasus, pada 16 pengusaha bordir, sesuai kriteria UU no 20 tahun 2008 tentang UMKM di Tasikmalaya. Teknik pengumpulan data melalui deep interview dan observasi sedangkan teknik analisis data melalui analisis deskriptif kualitatif. Hasil yang didapatkan adalah adanya keterlekatan nilai Islam dan Sunda dalam tindakan ekonomi para pengusaha bordir di Tasikmalaya yang berbeda-beda derajat kelekatannya yaitu (1) keterlakatan kuat pada nilai Islam dan lemahetika budaya Sunda, disebut sebagai tipe Pengusaha Islami-Sundanis, (2) keterlakatan kuat pada nilai budaya Sunda dan lemah pada nilai Islam, adalah tipe Pengusaha Sunda-Islami, dan (3) terlekat kuat pada etika ekonomi modern dan lemah pada etika Islam dan Sunda, sebagai tipe Pengusaha KapitalisKata kunci : rasional formal, etika moral ekonomi, Pengusaha Islami-Sundanis, Pengusaha Sunda-Islami, pengusaha kapitalis
CARING TOGETHER: GRASSROOTS CHILDCARE, URBAN INCLUSION, AND COLLECTIVE RESILIENCE Asrori, Saifudin; Ismai’il, Muhammad; Shabbir, Ahmad; Jamilah, Joharotul
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 21(1), 2025
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/harkat.v21i1.46977

Abstract

Abstract. As urbanization accelerates in Indonesia, access to affordable, inclusive, and culturally relevant childcare remains a persistent challenge for urban families, particularly among working-class and marginalized communities. This study investigates Rumah Anak, a community-led childcare initiative in an urban neighborhood of Indonesia, to understand how grassroots caregiving models foster social cohesion, reciprocal care, and resilience amidst institutional fragmentation and resource scarcity. Using a qualitative case study approach that includes semi-structured interviews, participant observation, and document analysis, the research identifies three interrelated dynamics: trust-building and social bonding, reciprocal caregiving as a local ethic, and grassroots navigation of institutional ambiguity. The findings illustrate that Rumah Anak functions not merely as a substitute for formal daycare, but as a form of relational social infrastructure that strengthens community ties, supports maternal employment, and enhances child development. The study concludes that community-based childcare systems, when adequately supported, hold transformative potential for inclusive urban development and call for policy frameworks that center care as a shared civic responsibility. Abstrak. Di tengah percepatan urbanisasi di Indonesia, akses terhadap layanan pengasuhan anak yang terjangkau, inklusif, dan sesuai dengan konteks budaya masih menjadi tantangan besar, terutama bagi keluarga kelas pekerja dan kelompok marjinal. Penelitian ini mengkaji Rumah Anak, sebuah inisiatif pengasuhan anak berbasis komunitas di kawasan urban Indonesia, untuk memahami bagaimana model pengasuhan akar rumput mampu membangun kohesi sosial, praktik perawatan timbal balik, dan ketahanan kolektif di tengah fragmentasi kelembagaan dan keterbatasan sumber daya. Dengan menggunakan pendekatan studi kasus kualitatif melalui wawancara semi-terstruktur, observasi partisipan, dan analisis dokumen, penelitian ini mengidentifikasi tiga dinamika utama: pembangunan kepercayaan dan ikatan sosial, etika lokal dalam perawatan timbal balik, serta adaptasi komunitas terhadap ambiguitas institusional. Temuan menunjukkan bahwa Rumah Anak bukan sekadar alternatif dari daycare formal, melainkan berfungsi sebagai infrastruktur sosial relasional yang memperkuat jaringan komunitas, mendukung partisipasi kerja perempuan, dan meningkatkan perkembangan anak. Studi ini menyimpulkan bahwa sistem pengasuhan berbasis komunitas, jika didukung secara memadai, memiliki potensi transformatif dalam pembangunan kota yang inklusif dan menuntut kerangka kebijakan yang menempatkan perawatan sebagai tanggung jawab sipil Bersama.