This Author published in this journals
All Journal Interaksi Online
Pudjo Santoso, Hedi
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

POLA KOMUNIKASI PENGASUHAN IBU SINGLE PARENT Inda Oktaviana, Clarisa; Pudjo Santoso, Hedi
Interaksi Online Vol 6, No 3: Juli 2018
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (336.129 KB)

Abstract

Keluarga merupakan kelompok primer dalam masyarakat yang memiliki dan menjalankan fungsi penting bagi perkembangan anak. Tetapi proses ini akan mengalami perbedaan ketika keluarga mengalami perceraian. Perceraian memberi dampak yang signifikan kepada anak baik itu dari sikap dan perilakuan, bahkan memunculkan stigma dalam masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk memahami pola komunikasi pengasuhan yang dilakukan oleh ibu single parent terhadap anak setelah terjadinya perceraian. Penelitian ini akan dikaji menggunakan metode kualitatif dengan analisis fenomenologi. Teori serta konsep yang digunakan dalam penelitian ini yakni, Teori Peran (Role Theory), Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory), Teori Atribusi dan Konsistensi Sikap (Attitude Consistency and Attribution Theory), serta Konsep Komunikasi Interpersonal. Pada penelitian ini ditemukan bahwa adanya hubungan yang baik ini membuat anak lebih mudah beradaptasi pada keadaan baru setelah terjadinya perceraian ini. Pada penelitian ini juga ditemukan meskipun intensitas pertemuan dan komunikasi secara langsung yang terjadi antara anak dan ibu single parent cenderung sedikit, namun hubungan di antaranya tetap saling terjaga karena adanya sikap terbuka dan percaya serta pandangan positif terhadap masing – masing di antaranya. Selain itu, proses komunikasi pengasuhan yang dilakukan ibu single parent dalam memberi kebebasan dan tanggungjawab kepada anak secara tidak langsung membuat anak membentuk sikap futuristic dan self criticsm.
Keterbukaan Diri ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) terhadap Pasangannya dalam Menghadapi Stigma Masyarakat Gracia Kristianus, Stella; Pudjo Santoso, Hedi
Interaksi Online Vol 7, No 1: Januari 2019
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (257.487 KB)

Abstract

HIV / AIDS have become a phenomenon in the social environment of society for the last few years. Even though the number of people living with HIV / AIDS continues to increase, people's knowledge of HIV / AIDS itself is still very low. Fear of stigma and discrimination from local people makes PLWHAs reluctant to reveal themselves. This study aims to explain how PLWHA open up to their partners in the midst of negative stigma from the society, specifically to find out how PLWHA open themselves to their partners so that they can make big decisions in establishing a more serious relationship into the marriage level. The method that’s being used is a qualitative approach with case studies. Social Penetration, Labelling Theory and Johari Windows will be used to see this phenomenon. The data collection is done by conducting in-depth interviews with informants. Subjects in this study were couples of PLWHA who had established relationships in marriage for some time, who were selected purposively and based on the willingness of the informants to share. In this study it was found that personal closeness will affect the self-disclosure of PLWHA to others. Spouse will usually be the only place to open up and share stories with because they have undergone social penetration to a more intimate stage. So that PLWHAs dare to open themselves up and make big decisions to get to the marriage level.
PEMAKNAAN KHALAYAK TERHADAAN AGAMA OLEH BASUKI TJAHAJA PURNAMA DI MEDIA SOSIAL YOUTUBE Zahro, Fatimah; Pudjo Santoso, Hedi
Interaksi Online Vol 6, No 1: Januari 2018
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (257.415 KB)

Abstract

Media sosial merupakan teknologi berbasis internet yang menyajikan hiburan dan informasi secara cepat, tepat, praktis, dan dapat diakses oleh semua kalangan masyarakat. Media sosial YouTube sangat menarik untuk diteliti, karena media sosial tersebut dapat menampilkan berbagai informasi dari berbagai karakteristik masyarakat dalam bentuk tayangan audio visual. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerimaan khalayak mengenai informasi kasus penodaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama di media sosial YouTube. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif dengan menggunakan pendekatan analisis resepsi. Analisis resepsi memandang khalayak sebagai produser makna, tidak hanya menjadi konsumen media. Teori dalam penelitian ini menggunakan teori decoding-encoding Stuart Hall untuk membantu menjelaskan proses berjalannya decoding-encoding dari informasi yang disajikan oleh media sosial YouTube. Selain itu, penelitian ini menggunakan metode semiotika Roland Barthes untuk menganalisis makna dominan yang dihasilkan dari banyaknya pesan-pesan yang disampaikan oleh media terkait kasus penodaan agama Basuki Tjahaja Purnama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa khalayak aktif dalam memaknai informasi kasus penodaan agama Basuki Tjahaja Purnama yang diterimanya. Interpretasi khalayak terbagi dalam tiga posisi pemaknaan: dominant-hegemonic position, negotiated position, dan oppositinal position. Tiga dari enam informan sependapat dengan makna dominant-hegemonic position, yakni pernyataan Basuki Tjahaja Purnama mengandung unsur penodaan. Khalayak tersebut memaknai pernyataan Basuki Tjahaja Purnama sesuai dengan makna dominan yang dihadirkan oleh media sosial YouTube. Kedua informan yang lain berada pada posisi negotiated karena menganggap bahwa isi media yang diberikan media sosial YouTube tidak semuanya dapat diterima oleh mereka. Mereka menerima makna dominan yang ada, namun mempunyai alternatif pemaknaan yang lain Sedangkan satu informan lain berada pada posisi oppositional karena menolak isi teks yang di berikan oleh media sosial YouTube. Informan memaknai bahwa Basuki Tjahaja Purnama tidak dengan sengaja melontarkan pernyataan tersebut sehingga tidak ada unsur penodaan di dalamnya.
MALE GAZE DALAM FILM THE HANDMAIDEN Mubarok, Ilham; Pudjo Santoso, Hedi
Interaksi Online Vol 6, No 1: Januari 2018
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (461.916 KB)

Abstract

South Korean film industry (Hallyuwood) is one of the most promising film industry in the world along with Hollywood and Bollywood. This film industry is producing varieties of genre, one of them is queer film. Queer film is a film which tells stories about people from sexual minorities such as lesbian, gay, bisexual, and transgender. Ideally, queer film uses homonormativity as the main ideology in order to convey the stories from sexual minorities well. But, one of South Korean queer film, The Handmaiden, which tells story about lesbian women called attention because some critics and viewers accused it for portraying lesbian women in male gaze. Male gaze would disrupt the discourse of body, sexuality, and character development of lesbian women which is should be portrayed in homonormativity. The aim of this research is to describe the discourse of body, sexuality, and character development of lesbian women in film The Handmaiden. The subject of this research is 22 scenes from the film which are related to body, sexuality, and character development of lesbian women. This research used critical paradigm and Sara Mills’ Discourse Analysis method which consists of: character analysis, fragmentation analysis, focalization analysis, and schemata analysis. The research used two main theories: Laura Mulvey’s male gaze theory and queer theory to describe the discourse of body, sexuality, and character development of lesbian women in the film. The result of the research showed that male gaze was found in the film but not as dominant ideology. Instead, the film used homonormativity as the dominant ideology to describe the body, sexuality, and character development of lesbian women.