Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Sensitivitas dan Spesifisitas IMT dan Rasio Lingkar Pinggang-Tinggi Badan (WHtR) dalam Mengklasifikasikan Obesitas abidin, habibah
Media Informasi Vol 11, No 1 (2015): BULETIN MEDIA INFORMASI
Publisher : Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakPengukuran kegemukan menjadi hal yang krusial karena prevalensi obesitas pada orang dewasa semakin meningkat. Pengukuran dengan metode hitung Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan pengukuran yang paling direkomendasikan sebagai evaluasi obesitas dan overweight pada anak serta orang dewasa. Walaupun IMT dapat digunakan sebagai indikator kegemukan terkait dengan risiko suatu penyakit namun distribusi lemak lebih baik dalam penentuan risiko penyakit. Menentukan sensitivitas (Se) dan spesifisitas (Sp)  IMT dan WHtR terhadap risiko obesitas  pada orang dewasa. Desain penelitian ini adalah cross sectional. Subjek penelitian adalah Mahasiswa Ilmu Gizi Universitas Diponegoro yang berjumlah 53 orang dengan rentang usia 20-41 tahun.Teknik Sampling yang digunakan adalah purposive random sampling.Tinggi badan diukur menggunakan microtoise,berat badan menggunakan timbangan berat badan digital, dan lingkar pinggang menggunakan metline. Data yang telah didapatkan kemudian diuji normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov yang kemudian dilanjutkan dengan Uji sensitifitas dan spesifisitas dengan menggunakan Receiver Operator Characteristic Curve (ROC). Hasil analisis sensitivitas dan spesifisitas dengan pengukuran rasio Lingkar Pinggang-Tinggi Badan (WHtR) dalam mendeteksi obesitas didapatkan hasil sensitivitas sebesar 100% dan spesitivitas 47,6%. Nilai AUC pada WHtR ini menunjukkan hasil bahwa pengukuran WHtR sangat baik (0,95) untuk mendeteksi risiko obesitas. Berdasarkan hasil koordinat kurva ROC nilai cutt-off point  metode WHtR yang memiliki nilai sensitifitas (0,909-0,818) dan spesitifitas (0,81-0,786) yang disarankan adalah 0,53-0,54. WHtR memiliki kemampuan yang sangat baik dan sama baiknya dengan IMT dalam mendeteksi obesitas. Metode WHtR dapat digunakan sebagai metode alternatif yang digunakan dalam mengkasifikasi obesitas terutama obesitas sentral.
FORTIFIKASI BERBAGAI JENIS TEPUNG CANGKANG KERANG PADA PROSES PEMBUATAN ROTI TAWAR Abidin, Habibah; Darmanto, Y S; Romadhon, Romadhon
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol 5, No 2 (2016): Wisuda Periode Bulan April 2016
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (392.415 KB)

Abstract

Roti tawar merupakan salah satu jenis produk karbohidrat yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia selain nasi. Cangkang kerang mengandung kalsium cukup tinggi sehingga berpotensi menjadi sumber kalsium, yang diaplikasikan pada pembuat tepung cangkang kerang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung cangkang kerang terhadap karakteristik fisik produk roti tawar dan konsentrasi penambahan tepung cangkang kerang yang disukai. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkang kerang simping (Amusium pleuronectes), kerang hijau (Perna viridis), dan kerang batik (Paphia undulata) serta bahan pembuat roti. Penelitian ini menggunakan desain percobaan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 3 perlakuan jenis cangkang kerang berbeda yaitu cangkang kerang simping, kerang hijau, dan kerang batik dengan 3 kali pengulangan. Parameter pengujian adalah hedonik, kadar Ca, P, air, abu, tekstur dan SEM. Data dianalisis menggunakan analisa ragam (ANOVA). Perbedaan antar perlakuan diuji dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) untuk data parametrik; sedangkan untuk data non-parametrik diuji dengan Kruskal-Wallis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tepung cangkang kerang berpengaruh nyata (p < 0,05) terhadap roti tawar dengan spesifikasi fisik berupa aroma, tekstur dan warna serta spesifikasi kimia berupa kadar Ca, P, air dan abu. Roti tawar dengan penambahan tepung cangkang kerang simping merupakan produk yang paling disukai panelis dengan kriteria kadar Ca 2,11%; P 0,25%; air 29,5%; abu 7,07%; dan tekstur 3,13N. Berdasarkan hasil uji SEM tepung cangkang kerang yang memiliki kandungan Kalsium Oksida (CaO) tertinggi adalah tepung cangkang kerang hijau 29,35% dan tepung cangkang kerang batik memiliki bentuk butiran yang cenderung lebih halus.
Behind the Makeup: An Exploration of Sleep Quality and Adaptive Strategies Among Freelance Make-Up Artists (MUAs) in West Java Facing Irregular Work Rhythms Santanu, Ayu Mutiara; Fitrianingsih, Asti Dewi Rahayu; Abidin, Habibah
Mulawarman International Conference on Tropical Public Health Vol. 2 No. 2 (2025): The 4th MICTOPH
Publisher : Faculty of Public Health Mulawarman University, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background : Freelance Make Up Artists (MUAs) in West Java work irregular hours, often starting before dawn or finishing late at night, disrupting circadian rhythms and leading to sleep problems. Working in the informal creative sector also means they lack occupational health protection. Early symptoms of shift-work sleep disorder, physical fatigue, and psychological stress are common, yet limited research explores sleep quality within this profession. Understanding their sleep problems and coping patterns is essential to support MUAs’ well-being and the sustainability of the creative industry. Objective : To explore MUAs’ sleep duration, frequency of sleep disturbances, fatigue-related impacts on performance, and adaptive strategies used to cope with occupational stress. Research Methods / Implementation Methods : This qualitative phenomenological study involved eight freelance MUAs selected purposively, all with at least two years of experience and irregular work schedules. Research was conducted in several West Java regions (Bandung, Tasikmalaya, Subang, Garut) from May–July 2025. Data were collected through in-depth interviews, non-participant observation, and documentation. All interviews were recorded with consent and analyzed thematically using NVivo 12 Pro. Results : MUAs experienced markedly irregular sleep patterns driven by client demands, especially during early-morning traditional wedding bookings. Most reported fragmented sleep, short sleep duration, transient insomnia, and chronic fatigue. Physical complaints included headaches, muscle pain, and menstrual disturbances. Psychologically, MUAs described irritability, emotional instability, and reduced concentration. Emotional strain was aggravated by the dual burden of professional work and home responsibilities. Coping strategies such as napping, caffeine intake, and selectively declining clients were common but only offered short-term relief. Long-term health concerns were frequently expressed, along with a desire for time-management guidance, occupational health education, and community support. The absence of formal protections for informal creative workers worsens their vulnerability despite the sector’s economic growth. Conclusion / Lesson Learned : Freelance MUAs in West Java face significant sleep disruptions and related health impacts due to irregular work hours and lack of occupational safeguards. Their coping strategies are temporary and do not address structural challenges. Cross-sector collaboration involving government, community groups,