Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search
Journal : Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa)

PROGRAM REGENERASI TERHADAP DEGRADASI BUDAYA CINA BENTENG DI KOTA TANGERANG Ronaldo, Ronaldo; Jayanti, Theresia Budi
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 6 No. 1 (2024): APRIL
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v6i1.27464

Abstract

Cina Benteng are ethnic Chinese who dominate the Tangerang area. Regeneration activities in improving the quality of cultural elements to deal with the problem of cultural degradation have become the focal point for architectural program development. The problem of cultural degradation from modernization factors increasingly makes the value of a culture less visible and diminished by developments over time. The regeneration program is a development that maintains cultural heritage, traditions, and activities passed down from generation to generation, becoming a combination of programs in one complete space. Program conditions that have been supported by the surrounding social context which has been well acculturated support the program. With the regeneration program, it is hoped that it can become an important reference as a form of returning the memories that form the active interaction patterns of Cina Benteng, in order to maintain traditions passed down from generation to generation. The method of this research uses qualitative methods, through direct observation of existing buildings that have become icons for preserving the Cina Benteng cultural heritage. Analysis from Cina Benteng people in maintaining traditions becomes a reference for selected "regeneration" programs and activities, namely popular, potential, and ritual programs with spatial elements. The results of this research develop the adaptation of the activities of Cina Benteng community into a proposed regeneration program that is felt by users, the "Bakti" program which can be used as a design development, while also fighting cultural degradation. Keywords: activities; cultural; cina benteng; degradation; regeneration Abstrak Cina Benteng merupakan etnis Tionghoa yang mendominasi kawasan Tangerang. Aktivitas regenerasi dalam meningkatkan kualitas elemen budaya untuk menghadapi masalah degradasi budaya, menjadi titik fokus pengembangan program secara arsitektur. Masalah Degradasi budaya dari faktor modernisasi, semakin membuat nilai suatu kebudayaan semakin kurang terlihat dan tergilis oleh perkembangan zaman. Program regenerasi menjadi pengembangan yang menjaga warisan budaya, tradisi, serta aktivitas turun-temurun, menjadi gabungan program dalam suatu ruang yang utuh. Kondisi program yang sudah didukung dari konteks sosial sekitar yang sudah terakulturasi dengan baik, mendukung program. Dengan adanya program regenerasi, diharapkan dapat menjadi acuan penting sebagai bentuk pengembalian memori-memori yang membentuk pola interaksi aktif user Cina Benteng, dalam menjaga tradisi turun-menurun. Metode dari penelitian ini menggunakan metode kualitatif, melalui pengamatan langsung ke eksisting bangunan yang sudah menjadi ikon menjaga warisan kebudayaan Cina Benteng. Analisis dari sudut pandang Cina Benteng dalam menjaga tradisi, menjadi acuan untuk program dan aktivitas “regenerasi” terpilih, yaitu program populer, potensial, dan ritual dengan elemen spasial. Hasil Penelitian ini mengembangkan adaptasi aktivitas masyarakat Cina Benteng menjadi usulan program regenerasi yang dirasakan oleh user, program “Bakti” yang dapat dijadikan pengembangan desain, sekaligus melawan degradasi budaya.
PENERAPAN ELEMEN ARSITEKTUR DALAM MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP LANSIA PADA RUANG PUBLIK Sariputra, Jefferson; Jayanti, Theresia Budi
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 6 No. 1 (2024): APRIL
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v6i1.27465

Abstract

Over time, older people experience physical and cognitive changes, such as: hearing, vision and physical strength impairment, which affect their well-being. Suitable mobile equipment should be considered. Seniors need a quiet space, good sleep, and social interaction. Elderly is synonymous with age and age, if discussed in general terms, life expectancy in Indonesia is quite low compared to other countries. One of the problems that occurs is due to higher levels of air pollution and a lack of implementing a healthy lifestyle. With the hope of improving the quality of life of the elderly and also the life expectancy of the elderly, we will implement several architectural elements that prioritize safety and comfort for the elderly. The problems that occur focus on the welfare of the elderly in Indonesia. The method of this research uses an architectural approach, which uses methods to analyze and design an architectural design object effectively. The results of this research develop the application of architectural elements which can later be applied to the use of building designs for the elderly. Architectural elements will be implemented based on the basic needs of the elderly. Keywords: architectural elements; elderly; life expectancy Abstrak Seiring waktu, orang lanjut usia mengalami perubahan fisik dan kognitif, seperti:  gangguan pendengaran, penglihatan dan kekuatan fisik, yang mempengaruhi kesejahteraan mereka. Peralatan bergerak yang sesuai harus dipertimbangkan. Lansia membutuhkan ruang yang tenang, tidur yang nyenyak, dan interaksi sosial. Lansia identik dengan umur maupun usia, jika dibahas scara umum, angka Usia harapan hidup di Indonesia tergolong cukup rendah dibandingkan negara – negara lain. Salah satu masalah yang terjadi dikarenakan tingkat polusi udara yang lebih tinggi dan kurangnya penerapan pola hidup sehat. Dengan memiliki harapan untuk meningkatkan kualitas hidup lansia dan juga angka usia harapan hidup lansia, akan melakukan penerapan beberapa elemen arsitektur yang mementingkan keamanan serta kenyamanan bagi lansia. Masalah yang terjadi berfokus kepada kesejahteraan lansia di Indonesia. Metode dari penelitian ini menggunakan pendekatan arsitektur, yang dimana penggunaan metode untuk menganalisis dan merancang suatu objek rancangan arsitektur secara efektif. Hasil penelitian ini mengembangkan penerapan elemen arsitektur yang nantinya dapat diterapkan ke dalam penggunaan desain bangunan untuk lansia. Elemen arsitektur nantinya akan diterapkan berdasarkan kebutuhan dasar para lansia.
INTEGRASI RUANG DAN KEHIDUPAN MELALUI ADAPTIVE REUSE DI KAWASAN SENEN, JAKARTA PUSAT Rainy, Rainy; Jayanti, Theresia Budi
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 6 No. 2 (2024): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v6i2.30877

Abstract

The Grand Theater Senen was one of the first single cinema buildings in Jakarta to be very popular in the 1980s. The Senen Grand Theatre's downturn was caused by the defeat of the competition due to the emergence of modern cinemas, as well as the degradation of the Senen area as a result of the monetary crisis. Although the government has attempted to revitalize the Senen Area several times, there are only a few crowded points. As a result of the degradation, the GTS was abused as a venue for blue films, drug sales, and prostitution. Currently, the building is abandoned. The location of the building is in Simpang Lima or Senen Triangle Area, one of the high-mobility intersections in central Jakarta. In this context, the research aims to understand the role of environmental damage and area degradation in building conditions, by proposing Adaptive Reuse as a primary solution. The plan includes the development of people-crossing bridges (JPOs), capsule hotels for commuters, rental offices, and commercial areas, which not only enhance connectivity but also create a more comfortable, secure, and sustainable environment, so that GTS can support the economic growth of communities especially in the dynamic Senen Area, while improving the quality of life of people and improving neglected environmental conditions, making GTS a functional hub that can facilitate both outdoor and indoor accessibility, providing safe and comfortable accommodation. Keywords: Adaptive reuse; Commuter; Hotel capsule; Interconnection; Rent virtual office Abstrak Grand Theater Senen merupakan salah satu gedung bioskop tunggal pertama di Jakarta yang sangat populer pada era 80-an. Kemunduran Grand Theater Senen disebabkan oleh kalah saing karena kemunculan bioskop modern, juga terjadinya degredasi pada Kawasan Senen yang disebabkan oleh krisis moneter. Walaupun pemerintah sudah berupaya melakukan revitalisasi Kawasan Senen beberapa kali, namun hanya ada beberapa titik yang ramai. Akibat dari degredasi tersebut, GTS disalahgunakan sebagai tempat pemutaran film biru, penjualan narkoba, dan prostitusi. Saat ini, bangunan tersebut terbengkalai. Lokasi bangunan ada di Simpang Lima atau Kawasan Segitiga Senen, salah satu persimpangan yang memiliki mobilitas tinggi di Jakarta Pusat. Dalam konteks ini, penelitian bertujuan untuk memahami peran kerusakan lingkungan dan degradasi kawasan dalam kondisi bangunan, dengan mengusulkan Adaptive Reuse sebagai solusi utama. Rencana ini mencakup pengembangan jembatan penyeberangan orang (JPO), hotel kapsul untuk komuter, kantor sewa, dan area komersial, yang tidak hanya meningkatkan konektivitas namun juga menciptakan lingkungan yang lebih nyaman, aman, dan berkelanjutan, sehingga GTS dapat mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat terutama di Kawasan Senen yang dinamis, sambil meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan memperbaiki kondisi lingkungan yang terabaikan, menjadikan GTS sebagai sebuah hub fungsional yang dapat memudahkan aksesibilitas baik dari luar maupun dalam ruangan, penyediaan akomodasi yang aman dan nyaman.
MENGEMBALIKAN IDENTITAS MUARA ANGKE MELALUI STRATEGI PENGELOLAAN BUDIDAYA IKAN YANG BERKELANJUTAN Wibin, Arlene; Jayanti, Theresia Budi
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 6 No. 2 (2024): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v6i2.30878

Abstract

Muara Angke, once a place rich in meaning and identity for fishermen, is facing a series of phenomena that have transformed it into a placeless place. Fishermen who once relied on the waters for their livelihoods now face significant challenges in finding sustenance from what they once called "place." The aim of this research is to explore the role of architecture in assisting the community in maintaining economic resilience and cultural significance to ensure sustainable programs. The methods employed include data analysis, field observations, and interviews to comprehensively understand the socio-economic dynamics and environmental conditions in Muara Angke. The proposed architectural solution includes the design of a fish processing industry and training for fishermen that facilitates economic activities, as well as providing commercial spaces to attract the general public. The findings of this research are expected to make a significant contribution to the local economic development of Muara Angke and restore the meaning and identity of "place" for the fishermen. Additionally, the research findings are anticipated to provide new insights into sustainable natural resource management strategies in coastal areas affected by environmental changes. The novelty of this research lies in its holistic approach, integrating social, economic, and environmental aspects in addressing the challenges faced by the fishing communities in Muara Angke from an architectural perspective. Keywords:  Fishermen; Identity; Muara Angke; Placeless place; Sustainable Abstrak Muara Angke, dulunya merupakan sebuah tempat kaya akan makna dan identitas bagi para nelayan, menghadapi fenomena yang mengubahnya menjadi tempat yang kehilangan keberadaannya, menjadikannya placeless place. Nelayan yang dulunya menggantungkan hidup mereka pada hasil tangkapan di perairan, kini menghadapi tantangan besar untuk mencari dari tempat yang dahulu mereka panggil sebagai "place". Tujuan dari penelitian adalah mengeksplorasi peran arsitektur dalam membantu masyarakat dalam menjaga resiliensi ekonomi dan signifikansi budaya tempat agar mendapatkan program berkelanjutan. Metode yang digunakan meliputi analisis data, observasi lapangan, dan wawancara untuk memahami secara holistik dinamika sosial-ekonomi dan kondisi lingkungan di Muara Angke. Solusi arsitektur yang diusulkan meliputi desain industri pengelolaan ikan dan pelatihan bagi para nelayan yang memfasilitasi kegiatan ekonomi, serta menyediakan ruang komersial untuk menarik masyarakat umum. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi lokal di Muara Angke serta memulihkan kembali makna dan identitas "place" bagi para nelayan. Temuan dari penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan wawasan baru terhadap strategi pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan di kawasan pesisir yang terdampak perubahan lingkungan. Kebaruan dari penelitian ini adalah pendekatan holistik yang menggabungkan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan dalam upaya untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh komunitas nelayan di Muara Angke secara arsitektural.
HUBUNGAN POLA AKTIVITAS PENGHUNI DENGAN PENGATURAN ZONING PADA DESAIN RUMAH SUSUN SEWA Winata, Gabriela Deanna; Jayanti, Theresia Budi
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 7 No. 1 (2025): APRIL
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v7i1.33914

Abstract

Placeless Place is a term used to refer to a place that has lost its geographic identity or local attachment. The term can refer to a place or neighborhood that lacks the features or characteristics that make it geographically or culturally unique. The Manggaraiarea is located in Tebet sub-district, South Jakarta and is famous for its Ciliwung River sluice gate and train station which is a transportation hub from various points. The Manggarai area has great potential to be an area with transportation points that expand regionally, and also an increase in the area can occur if several points in this area are developed. The Manggarai area is famous for its densely populated settlements, so to prevent the increasingly dense residential space in this area, it can be developed into a more feasible vertical residence with the optimization of open space and community interaction space. One example of the non-compliance of a building that has been built with building regulations can be seen from the KDB, KLB, KDH which should be followed by the land owner or architect concerned with the development. The design method used is the dwelling approach method , which is concerned with the interaction between residents in the existing location through open space and community interaction space. The results of this research aim to describe the design concept approach of rental flats that can optimize space for community interaction. Keywords: Area; Manggarai; Population Abstrak Placeless Place adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada suatu tempat yang telah kehilangan identitas geografis atau keterikatan lokalnya. Istilah tersebut dapat merujuk pada suatu tempat atau lingkungan yang tidak memiliki ciri atau ciri khas yang menjadikannya unik secara geografis atau budaya. Kawasan Manggarai terletak di kecamatan Tebet, Jakarta Selatan dan terkenal dikarenakan adanya pintu air  Kali Ciliwung dan stasiun kereta yang merupakan pusat transportasi dari berbagai titik. Kawasan Manggarai memiliki potensi besar untuk dijadikan kawasan dengan titik transportasi yang meluas secara kawasan, dan juga peningkatan kawasan dapat terjadi jika dilakukan pengembangan beberapa titik di kawasan ini. Kawasan Manggarai terkenal akan permukiman penduduk yang sangat padat, sehingga untuk mencegah semakin padatnya ruang bermukim yang berada di kawasan ini, dapat dikembangkan menjadi hunian vertikal yang lebih layak dengan optimalisasi ruang terbuka dan ruang interaksi warga. Salah satu contoh ketidaksesuaian bangunan yang sudah terbangun dengan peraturan pembangunan dapat dilihat dari KDB, KLB, KDH yang seharusnya diikuti oleh pemilik lahan yang bersangkutan dengan pembangunan tersebut. Metode perancangan yang digunakan merupakan metode pendekatan dwelling, yang mementingkan interaksi antar warga di lokasi eksisting melalui ruang terbuka dan ruang interaksi warga. Hasil penelitian ini bertujuan untuk menjabarkan pendekatan konsep desain rumah susun sewa yang dapat mengoptimalkan ruang untuk interaksi warga.
MENDAUR ULANG PLASTIK MENJADI ARISTEKTUR YANG RAMAH ANAK DAN BERKELANJUTAN Tatang, Michael Carlo; Jayanti, Theresia Budi
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 7 No. 2 (2025): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v7i2.35606

Abstract

Due to its non-biodegradable nature and negative impacts on human health and ecosystems, plastic waste has become one of the most critical environmental challenges in the modern era. In the Muara Baru area of North Jakarta, port and residential activities have exacerbated plastic pollution in both the waters and surrounding settlements. This issue is further worsened by the lack of plastic waste processing facilities and the scarcity of green spaces that are essential for children's growth and development. While recycling plants offer a potential solution, they can also generate secondary waste. Therefore, a regenerative architectural approach is needed—one that is not only sustainable but also capable of restoring the environment and providing social benefits. This study proposes a regenerative architectural solution that integrates the use of recycled plastic with a playful architecture approach to encourage children's creativity. One of its implementations is the construction of a modular playground made from recycled plastic, w          hich not only helps reduce plastic pollution but also provides a child-friendly and educational play space. The research explores the potential of recycled materials—particularly plastic—for use in various architectural elements such as facades, furniture, and play features. The methodology includes literature studies on regenerative architecture and play design, as well as site analysis in Muara Baru to understand the local social and environmental context. Additionally, plastic waste can be processed by the local community into creative products, enhancing both economic value and environmental awareness. Through this approach, the study aims to create educational public spaces that strengthen community participation and promote sustainable urban development. Keywords:  playful architecture; plastic waste processing; regenerative architecture Abstrak Karena sifatnya yang sulit terurai serta memiliki dampak negatif terhadap kesehatan manusia dan ekosistem, sampah plastik menjadi salah satu tantangan lingkungan terbesar di era modern. Di kawasan Muara Baru, Jakarta Utara, aktivitas pelabuhan dan permukiman membuat pencemaran plastik di perairan dan daerah sekitar pemukiman menjadi lebih parah. Hal ini diperburuk oleh kurangnya tempat pengolahan limbah plastic serta daerah ini juga memiliki kekurangan ruang hijau yang penting untuk pertumbuhan anak-anak. Pabrik daur ulang menjadi salah satu solusinya tetapi pabrik ini juga dapat  menghasilkan limbah baru, sehingga dibutuhkan desain arsitektur regeneratif yang tidak hanya berkelanjutan tetapi juga mampu memulihkan lingkungan dan memberi manfaat sosial. Penelitian ini mengusulkan solusi arsitektur regeneratif yang menggabungkan penggunaan plastik daur ulang dengan pendekatan arsitektur bermain untuk mendorong kreativitas anak. Salah satu bentuk implementasinya adalah pembangunan playground modular dari plastik daur ulang yang tidak hanya mengurangi polusi plastik, tetapi juga menyediakan ruang bermain yang ramah anak dan edukatif. Penelitian ini mengeksplorasi potensi material daur ulang, khususnya plastik, untuk diterapkan dalam berbagai elemen arsitektural seperti fasade daur ulang, furnitur, dan elemen bermain. Metode yang digunakan meliputi studi literatur tentang arsitektur regeneratif dan desain bermain, serta analisis tapak di Muara Baru untuk memahami kondisi sosial dan lingkungan setempat. Limbah plastik juga dapat diolah oleh masyarakat menjadi produk kreatif, sehingga meningkatkan nilai ekonomis dan kesadaran lingkungan. Dengan pendekatan ini, diharapkan tercipta ruang publik edukatif yang memperkuat partisipasi warga dan mendorong pembangunan berkelanjutan di kawasan urban.
PENERAPAN ARSITEKTUR REGENERATIF PADA FASILITAS RISET ORGAN BUATAN DAN PENYIMPANAN JARINGAN DI SALEMBA, JAKARTA PUSAT Hartawidjaja, Elisha; Jayanti, Theresia Budi
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 7 No. 2 (2025): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v7i2.35607

Abstract

The development of biotechnology and tissue engineering has opened new opportunities in regenerative medicine, particularly in the development of artificial organs and the storage of human body tissues. However, in Indonesia, research and tissue storage facilities remain highly limited. Many tissues from surgeries or amputations are discarded as medical waste due to the lack of adequate storage and processing systems. In fact, these tissues have the potential to be reused as biomaterials, cells, or scaffolds for therapy and tissue engineering. Even can be used as donor tissues if properly sterilized and biologically verified. Therefore, Jakarta, as the national medical referral center in Indonesia, requires a facility that integrates research, innovation, and sustainable tissue management. This project aims to design a research facility that incorporates bioprinting technology, tissue engineering, and tissue storage systems into a cohesive architectural. The research method used is a qualitative descriptive method with a narrative approach. This method is employed to observe and analyze the application of regenerative architectural principles, particularly in spatial design and medical waste management, using data collected through literature studies. The narrative approach is used to explain the urgency of health issues and the need for sustainable research facilities in Jakarta. This facility is expected to not only focus on medical technologies but also implement regenerative principles comprehensively, creating an energy-efficient and environmentally friendly building. Moreover, the facility is envisioned as a collaborative space for scientists, medical professionals, and academics, while also serving as an educational hub for public. Keywords: artificial organs; human tissue; medical waste; regenerative architecture Abstrak Perkembangan bioteknologi dan rekayasa jaringan telah membuka peluang baru dalam ilmu kesehatan regeneratif, khususnya dalam hal pengembangan organ buatan dan penyimpanan jaringan tubuh manusia. Namun, di Indonesia, fasilitas penelitian dan penyimpanan jaringan masih sangat terbatas. Banyak jaringan hasil operasi atau amputasi yang terbuang sebagai limbah medis karena tidak adanya sistem penyimpanan dan pemrosesan yang memadai. Padahal, jaringan-jaringan ini berpotensi untuk dimanfaatkan kembali sebagai biomaterial, sel, atau scaffold untuk terapi dan rekayasa jaringan, bahkan dapat digunakan sebagai jaringan donor jika telah melalui proses sterilisasi dan verifikasi biologis. Oleh karena itu, Jakarta sebagai pusat rujukan medis nasional membutuhkan fasilitas yang mampu mengintegrasikan riset, inovasi, dan pengelolaan jaringan tubuh secara berkelanjutan. Proyek ini bertujuan untuk merancang sebuah fasilitas riset yang mengintegrasikan teknologi bioprinting, rekayasa jaringan, serta sistem penyimpanan jaringan dalam satu kesatuan arsitektur. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan naratif. Metode ini digunakan untuk mengamati dan menganalisis penerapan prinsip arsitektur regeneratif, khususnya dalam aspek desain ruang dan pengelolaan limbah medis dengan data yang diperoleh melalui studi pustaka. Pendekatan naratif membantu menjelaskan urgensi isu kesehatan dan kebutuhan fasilitas riset yang berkelanjutan di Jakarta. Fasilitas ini diharapkan tidak hanya berfokus pada teknologi medis, tetapi juga menerapkan prinsip regeneratif secara menyeluruh, sekaligus menjadi ruang kolaborasi bagi ilmuwan, tenaga medis, akademisi, dan media edukasi publik terkait pengelolaan jaringan tubuh yang bertanggung jawab.
PERANCANGAN MENARA PENYARINGAN AIR SEBAGAI MEDIUM PEMULIHAN EKOSISTEM AIR DI DANAU CINCIN, SUNTER Handoyo, Tiffany Yobella; Jayanti, Theresia Budi
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 7 No. 2 (2025): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v7i2.35608

Abstract

Jakarta, once known as the “Water City,” is now facing a clean water crisis due to massive transformations in the city’s water management system, particularly since the 20th century. Human-centered (anthropocentric) development has replaced canals with roads and eliminated many green spaces and natural reservoirs. One of the most affected areas is North Jakarta, including Danau Cincin (Cincin Lake), which is currently experiencing a decline in water quality, sedimentation, and the degradation of its aquatic ecosystem. The lack of sustainable water management efforts has led to recurring pollution and worsened inequality in access to clean water for local communities. This project responds to these conditions by proposing a regenerative solution in the form of the “Water Restoration Tower,” a multifunctional vertical structure designed as a layered water filtration system aimed at restoring the natural function of Danau Cincin as a clean water reservoir. The system integrates physical, chemical, and biological approaches using biofilters made from native plants to continuously purify the lake water. The methodology includes field surveys, water quality testing, and literature analysis, adopting frameworks such as Water Sensitive Urban Design (WSUD) and Nature-based Solutions (NbS). The project’s main innovation lies in the use of vertical design as a response to limited urban space, while positioning architecture as an ecological and educational element that strengthens the connection between humans and nature. This project aspires to become a prototype of regenerative architecture in dense urban areas, capable of restoring water’s role as a life-giving element and reinforcing the city’s environmental resilience. Keywords: biofiltration; cincin lake; jakarta as water city; regenerative; resilience anthropocentric; water filtration tower Abstrak Jakarta, yang dahulu dikenal sebagai “Kota Air”, kini menghadapi krisis air bersih akibat transformasi besar-besaran pada sistem tata air kota, terutama sejak abad ke-20. Pembangunan yang berfokus pada kepentingan manusia (antroposentris) telah mengubah kanal-kanal menjadi jalan raya dan menghilangkan banyak ruang hijau serta waduk alami. Salah satu wilayah yang terdampak adalah Jakarta Utara, termasuk Danau Cincin, yang kini mengalami penurunan kualitas air, sedimentasi, serta rusaknya ekosistem perairan. Minimnya upaya pengelolaan air berkelanjutan menyebabkan pencemaran terus berulang dan memperburuk ketimpangan akses air bersih bagi masyarakat. Proyek ini merespons kondisi tersebut dengan menawarkan solusi regeneratif berupa “Menara Restorasi Air”, yaitu struktur vertikal multifungsi yang dirancang bertujuan sebagai sistem penyaringan air berlapis untuk mengembalikan lagi fungsi alami Danau Cincin sebagai resevoir air bersih alami. Sistem ini memadukan pendekatan fisik, kimia, dan biologis menggunakan biofilter dari tanaman lokal untuk membersihkan air waduk secara berkelanjutan. Metode dilakukan melalui survei lapangan, uji kualitas air, serta analisis literatur dengan pendekatan Water Sensitive Urban Design (WSUD) dan Nature-based Solution  (NbS). Inovasi utama dari proyek ini adalah penerapan desain vertikal sebagai solusi ruang terbatas di kota padat, sekaligus menjadikan arsitektur sebagai elemen ekologis dan edukatif yang memperkuat keterhubungan antara manusia dan alam. Diharapkan, proyek ini dapat menjadi prototipe arsitektur regeneratif di kawasan urban yang mampu mengembalikan peran air sebagai elemen kehidupan dan memperkuat ketahanan lingkungan kota.