Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

BIOCHEMICAL CHARACTERIZATION OF RECOMBINANT PHYTASE ENZYME (phyK) FROM Klebsiella sp. ASR1 ENCAPSULATED WITH ALGINATE Hidayatullah, Muhammad Eka; Sajidan, .; Susilowati, Ari; Mkumbe, Baraka Stewart; Greiner, Ralf
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol. 7 No. 1 (2020): June 2020
Publisher : Balai Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (910.584 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v7i1.2997

Abstract

Karakterisasi Biokimia Enzim Fitase Rekombinan (phyK) dari Klebsiella sp. ASR1 Yang Dienkapsulasi Dengan AlginatEnzim fitase melepas molekul fosfor pada atom C dari benzena Inositol fitat. Tetapi fitase memiliki kelemahan tidak mampu bertahan terhadap kondisi ekstrim dalam lambung nonruminansia. Solusi dalam penelitian ini yaitu fitase dienkapsulasi menggunakan alginat. Penelitian ini bertujuan mengkarakterisasi fitase setelah dienkapsulasi menggunakan alginate. Hasil penelitian ini yaitu fitase yang dienkapsulasi memiliki aktivitas tertinggi pada pH 6,0, sedangkan fitase tanpa enkapsulasi pada pH 5,0. Suhu optimum untuk aktivitas tertinggi fitase yang dienkapsulasi yaitu 70ºC, sedangkan fitase tanpa enkapsulasi 37ºC. Untuk perlakuan penambahan ion logam, aktivitas tertinggi fitase yang dienkapsulasi terjadi dengan penambahan 0,1 mM Fe2+ dan 1,0 mM Ca2+, sedangkan fitase tanpa enkapsulasi dengan penambahan 0,1 mM Fe2+. Berdasarkan hasil penelitian ini, fitase yang dienkapsulasi memiliki keunggulan lebih banyak dibandingkan dengan fitase tanpa enkapsulasi, karena mampu bertahan pada pH dan suhu tinggi, dan beberapa efek ion logam.Kata Kunci: alginat, asam fitat, enkapsulasi, fitase, fitase rekombinanABSTRACTPhytase enzymes release phosphorus molecules on the C atom from benzene inositol phytate. But phytase has the disadvantage of being unable to withstand extreme conditions in the non-ruminant stomach. The solution in this research was phytase encapsulated using alginate. This study aims to characterize phytase after being encapsulated using alginate. The results of this study were the encapsulated phytase had the highest activity at pH 6.0, while the unencapsulated phytase at pH 5.0. The optimum temperature for the highest activity of the encapsulated phytase was 70ºC, while the unencapsulated phytase 37ºC. For treatment of metal ion addition, the highest activity of the encapsulated phytase occurred with the addition of 0.1 mM Fe2+ and 1.0 mM Ca2+, while the unencapsulated phytase with the addition of 0.1 mM Fe2+. Based on the results of this study, the encapsulated phytase had more advantages compared to the unencapsulated phytase, as the former withstand high pH and temperature, and some metal ion effects.
Potensi Ekstrak Etanol Tumbuhan Krinyuh (Chromolaena odorata) sebagai Senyawa Anti-Bakteri Hidayatullah, Muhammad Eka
Prosiding University Research Colloquium Proceeding of The 7th University Research Colloquium 2018: Bidang MIPA dan Kesehatan
Publisher : Konsorsium Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Perguruan Tinggi Muhammadiyah 'Aisyiyah (PTMA) Koordinator Wilayah Jawa Tengah - DIY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai potensi ekstrak tumbuhan krinyuh (Chromolaena odorata) sebagai senyawa anti-bakteri yaitu senyawa dari ektrak etanol daun krinyu seperti alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, tanin dan steroid/triterpenoid yang efektif menghabat pertumbuhan bakteri penyakit. Zona hambat yang dihasilkan ektrak etanol daun krinyu sangat efektif menghabat Staphylococcus aureus, Enterococcus spp, Coagulase negatif staphylococcus (CONS), Eschericia coli, Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella pneumonia, Proteus spp, Acinetobacter spp, dan Citrobacter spp. adalah sebesar 15% (7,8230) dan ketika dikombinasi dengan siprofloksasin aktivitas penghabatanya mejadi semakin efektif. Sedangkan kandungan senyawa ?-pinene, camphene, asam okanoik dan asam decanoic mampu menghambat pertumbuhan MRSA. Tidak hanya pada manusia tetapi juga pada hewan air seperti ikan bahwa ektrak daun kriyuh mampu mempertahankan hidup ikan yang terjangkit penyakit akibat infeksi bakteri seperti Staphylococcus sp. bahkan aplikasinya dapat dipakai pada pengawetan makanan sehingga tidak terkontaminasi bakteri.