Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PEMBERIAN HAK HADANAH KEPADA IBU TIRI DALAM PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SIDOARJO NOMOR: 0763/PDT.G/2018/PA.SDA PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH Firyal, Wafda
The Indonesian Journal of Islamic Family Law Vol 9 No 01 (2019): Juni 2019
Publisher : Program Studi Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah dan Hukum

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (843.983 KB) | DOI: 10.15642/alhukama.2019.9.01.231-263

Abstract

Artikel ini merupakan hasil penelitian pustaka (library research) tentang pemberian hak hadanah kepada ibu tiri dalam putusan Pengadilan Agama SidoarjoNomor: 0763/Pdt.G/2018/PA.Sda?. Data penelitian dihimpun dengan menggunakan teknik dokumentasi dan dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif analisis yang menggunakan pola pikir deduktif yaitu dengan cara menguraikan putusan Pengadilan Agama Sidoarjo yang kemudian dikaji dari perspektif maslahah mursalah. Majelis hakim dalam menetapkan hak hadanah  kepada ibu tiri pada putusan Pengadilan Agama Sidoarjo, didasarkan pada pasal 41 huruf (a) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 jo. pasal 105 dan pasal 156 huruf (a) Kompilasi Hukum Islam serta dalil dalam kitab Bajuri juz II. Selain itu, adanya kerelaan dari Tergugat Rekonvensi yang merupakan ayah kandung dari anak tersebut untuk memberikan hak hadanah kepada Penggugat Rekonvensi merupakan point yang dimasukkan sebagai pertimbangan oleh majelis hakim. Dalam hukum Islam yang dikaji dari teori maslahah mursalah, pertimbangan hakim untuk menetapkan hak hadanah kepada ibu tiri pada putusan pengadilan Agama Sidoarjo, telah sesuai dengan tujuan dari hadanah yaitu mengutamakan kepentingan dan kemaslahatan anak agar nantinya dapat tumbuh berkembang  menjadi pribadi yang baik dibawah pengasuhan orang yang tepat, walaupun anak tersebut bukan merupakan anak kandung dari Penggugat Rekonvensi namun Penggugat Rekonvensi nyatanya lebih layak dan berkompeten untuk memiliki hak hadanah.
Religious Tolerance Messages on Social Media: Insights from Deddy Corbuzier's 'Log in' Program Muh Ali Bagas; Heriyadi; Firyal, Wafda
Al'Adalah Vol. 27 No. 1 (2024)
Publisher : LP2M IAIN Jember (now UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35719/aladalah.v27i1.438

Abstract

The rise of social media has intensified challenges related to misinformation and interfaith conflicts, underscoring the critical need for platforms promoting religious tolerance. This study investigates the "Log in" program on Deddy Corbuzier's YouTube channel, which uniquely employs interactive interfaith dialogue to foster understanding in Indonesia's pluralistic society. Previous studies emphasized the role of static social media content in advancing tolerance, leaving gaps in examining dynamic, dialogue-driven approaches. This research identifies messages of tolerance categorized into faith, sharia, and morals, demonstrating the flexibility and inclusivity necessary for harmonious interfaith relations. The study used qualitative descriptive methods and narrative content analysis to analyze ten representative videos featuring religious leaders from diverse traditions. The findings highlight the program's novelty in using humor and dialogue to bridge religious divides, effectively conveying tolerance messages to diverse audiences. Despite the program's success, challenges persist, such as combating hate speech and measuring the impact on societal attitudes. Recommendations include broader digital platform studies and policy support for moderating intolerance online. The study contributes to academic discourse on digital interfaith engagement, offering insights into leveraging social media for global harmony amidst cultural and religious diversity.
Pemberian Hak Hadanah Kepada Ibu Tiri dalam Putusan Pengadilan Agama Sidoarjo Nomor: 0763/Pdt.G/2018/Pa.Sda Perspektif Maslahah Mursalah Firyal, Wafda
Al-Hukama': The Indonesian Journal of Islamic Family Law Vol. 9 No. 1 (2019): Juni
Publisher : Islamic Family Law Department, Sharia and Law Faculty, UIN Sunan Ampel Surabaya, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/alhukama.2019.9.1.231-263

Abstract

This article is a library research on the granting of rights to stepmothers in the decision of the Sidoarjo Religious Court Number: 0763/Pdt.G/2018/PA.Sda. The research data are collected using documentation techniques and are analysed using descriptive analysis techniques and using a deductive mindset that is by outlining the decision of the Sidoarjo Religious Court which is then reviewed from the perspective of maslahah mursalah. The panel of judges in determining the right of gift to stepmothers in the Sidoarjo Religious Court's decision, based on article 41 letter (a) of Law Number 1 of 1974 jo. article 105 and article 156 letter (a) Compilation of Islamic Law and the proposition in the book Bajuri juz II. In addition, a willingness from the Defendant who is the biological father of the child to give the right of gift to the Plaintiff's Reconstruction is a point that is included as consideration by the panel of judges. In Islamic law which is examined from the theory of maslahah mursalah, the judge's consideration to establish the right of hadanah to the stepmother in the Sidoarjo Religious Court's ruling is in accordance with the purpose of the hadanah namely to prioritize the interests and benefit of the child so that later he or she can grow into a good person under the care of an appropriate person, even though the child is not a biological child of the Reconvention Plaintiff, the Reconvention Plaintiff is in fact more feasible and competent to have the right of hadanah. [Artikel ini merupakan hasil penelitian pustaka (library research) tentang pemberian hak hadanah kepada ibu tiri dalam putusan Pengadilan Agama SidoarjoNomor: 0763/Pdt.G/2018/PA.Sda”. Data penelitian dihimpun dengan menggunakan teknik dokumentasi dan dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif analisis yang menggunakan pola pikir deduktif yaitu dengan cara menguraikan putusan Pengadilan Agama Sidoarjo yang kemudian dikaji dari perspektif maslahah mursalah. Majelis hakim dalam menetapkan hak hadanah kepada ibu tiri pada putusan Pengadilan Agama Sidoarjo, didasarkan pada pasal 41 huruf (a) UndangUndang Nomor 1 Tahun 1974 jo. pasal 105 dan pasal 156 huruf (a) Kompilasi Hukum Islam serta dalil dalam kitab Bajuri juz II. Selain itu, adanya kerelaan dari Tergugat Rekonvensi yang merupakan ayah kandung dari anak tersebut untuk memberikan hak hadanah kepada Penggugat Rekonvensi merupakan point yang dimasukkan sebagai pertimbangan oleh majelis hakim. Dalam hukum Islam yang dikaji dari teori maslahah mursalah, pertimbangan hakim untuk menetapkan hak hadanah kepada ibu tiri pada putusan pengadilan Agama Sidoarjo, telah sesuai dengan tujuan dari hadanah yaitu mengutamakan kepentingan dan kemaslahatan anak agar nantinya dapat tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik dibawah pengasuhan orang yang tepat, walaupun anak tersebut bukan merupakan anak kandung dari Penggugat Rekonvensi namun Penggugat Rekonvensi nyatanya lebih layak dan berkompeten untuk memiliki hak hadanah.]
Religious Tolerance Messages on Social Media: Insights from Deddy Corbuzier's 'Log in' Program Muh Ali Bagas; Heriyadi; Firyal, Wafda
Al'Adalah Vol. 27 No. 1 (2024)
Publisher : UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35719/aladalah.v27i1.438

Abstract

The rise of social media has intensified challenges related to misinformation and interfaith conflicts, underscoring the critical need for platforms promoting religious tolerance. This study investigates the "Log in" program on Deddy Corbuzier's YouTube channel, which uniquely employs interactive interfaith dialogue to foster understanding in Indonesia's pluralistic society. Previous studies emphasized the role of static social media content in advancing tolerance, leaving gaps in examining dynamic, dialogue-driven approaches. This research identifies messages of tolerance categorized into faith, sharia, and morals, demonstrating the flexibility and inclusivity necessary for harmonious interfaith relations. The study used qualitative descriptive methods and narrative content analysis to analyze ten representative videos featuring religious leaders from diverse traditions. The findings highlight the program's novelty in using humor and dialogue to bridge religious divides, effectively conveying tolerance messages to diverse audiences. Despite the program's success, challenges persist, such as combating hate speech and measuring the impact on societal attitudes. Recommendations include broader digital platform studies and policy support for moderating intolerance online. The study contributes to academic discourse on digital interfaith engagement, offering insights into leveraging social media for global harmony amidst cultural and religious diversity.