Novianto, Esna Dilli
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Pemanfaatan Limbah Agroindustri Kacang Tanah Sebagai Media Pertumbuhan Mikrobia Probiotik Lactobacillus bulgaricus Novianto, Esna Dilli; Pradipta, Monica Sonia Indri; Suwasdi, Suwasdi; Mursilati, Mahdalina; Purnomo, Surya Bagus
AGRITEKNO: Jurnal Teknologi Pertanian Vol 9 No 1 (2020): AGRITEKNO: Jurnal Teknologi Pertanian
Publisher : Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jagritekno.2020.9.1.35

Abstract

The increase of peanut-based agro-industry today, cause a significant increase in the number of waste products in the form of peanut shells. This can cause a problem to the environment due to insoluble carbohydrate fiber molecules in peanuts. However, the cellulose in peanut waste can be used as useful material, such as prebiotic, which plays a role in the growth of probiotic bacteria. Nowadays, inulin is used as a source of prebiotics in food additives or health supplements. However, its limited availability and high prices have an impact on the cost of finished products. This research was aimed to identify and to analyze the crude extracts of peanut shells waste as a prebiotic substitution material. The crude extract of peanut shells waste was used as a growth medium for the probiotic, Lactobacillus bulgaricus. A completely randomized experimental design with levels of treatments, i.e., 0% (negative control), 20%, 40%, 60%, 80% of peanut shell extracts, as well as inulin as a positive control was applied in this research to analyze bacterial growth. The parameters observed in this study were the morphology of bacterial colonies, gram staining, and growth curve analysis. The results showed that 60% concentration of peanut shells extract effectively increased the growth of L. bulgaricus at 6 and 10 hours. Cellulose in rough extracts of peanut shells can be used as a carbon source for bacterial growth. Keywords: peanut shells, prebiotics, probiotics ABSTRAK Peningkatan agroindustri berbahan dasar kacang tanah menyebabkan jumlah limbah kulit kacang tanah meningkat secara signifikan, sehingga berdampak pada pencemaran lingkungan. Selulosa pada kulit kacang tanah masih dapat digunakan sebagai bahan prebiotik. Senyawa prebiotik berperan dalam menumbuhkan bakteri probiotik. Pada umumnya, inulin digunakan sebagai sumber prebiotik pada bahan tambahan makanan atau suplemen kesehatan. Ketersediaan yang terbatas dan harga yang mahal berdampak pada harga produk jadi yang lebih mahal. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi dan menguji ekstrak kasar limbah agroindustri berupa kulit kacang tanah sebagai bahan substitusi prebiotik. Ekstrak kasar yang didapatkan dari limbah kulit kacang tanah digunakan sebagai media pertumbuhan bakteri probiotik, Lactobacillus bulgaricus. Rancangan acak lengkap satu faktor perlakuan digunakan untuk uji pertumbuhan bakteri L. bulgaricus. Variasi konsentrasi ekstrak kulit kacang tanah 0% (kontrol negatif), 20%, 40%, 60%, 80% digunakan sebagai perlakuan pada penelitian ini, sedangkan inulin sebagai kontrol positif. Parameter yang diamati pada penelitian inin adalah morfologi koloni bakteri, pengecatan gram dan analisis kurva pertumbuhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kulit kacang tanah konsentrasi 60% efektif meningkatkan pertumbuhan bakteri L. bulgaricus di jam ke-6 dan jam ke-10. Selulosa pada esktrak kasar kulit kacang tanah digunakan sebagai sumber karbon untuk pertumbuhan bakteri. Kata kunci: kulit kacang tanah, prebiotik, probiotik
Respon Pemberian Kompos Azolla microphylla Dan Arang Sekam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Var. Bima Brebes Nurjanah, Mita; Historiawati, Historiawati; Novianto, Esna Dilli
JURNAL VIGOR Vol 7, No 2 (2022): VIGOR: JURNAL ILMU PERTANIAN TROPIKA DAN SUBTROPIKA
Publisher : Universitas Tidar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31002/vigor.v7i2.6722

Abstract

ABSTRACTThis research aims to analyze the doses response of Azolla microphylla compost and husk charcoal on the growth and yield of shallot (Allium ascalonicum L.) Bima Brebes. The research was conducted for two months at KP3 Bandongan, Faculty of Agriculture, Universitas Tidar. The research was arranged on Randomized Complete Block Design (RCBD) with the first factor was husk charcoal dosage (0; 21; 31; and 42 g/polybag) and the second factor was the dose of A.microphylla compost (21; 31; 42; and 52 g/polybag). The results showed that the husk charcoal dose of 20 g/polybag induced the highest average weight dry roots. The low nutrient content in A.microphylla compost caused compost to not be able to act as a biofertilizer so the growth and yield of shallots were not optimal. The interaction of the two treatments did not give a positive response so the growth of roots and tubers in this study was smaller, which was less than 5 grams. High rainfall during the study caused the addition of husk charcoal as a soil improver and A.microphylla compost as a source of plant nutrients were not able to increase the growth and yield of the Bima Brebes shallots. Keywords: husk charcoal dosage, A.microphylla compost, shallots bulbs
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Darah Sapi terhadap Hasil Tanaman Ubi Kayu Varietas Ketan Novianto, Esna Dilli; Oktasari, Wike; Syarifuddin, Syarifuddin; Siswanto, Usman; Anindyawati, Nurul
AGRIUM: Jurnal Ilmu Pertanian Vol 27, No 2 (2024)
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30596/agrium.v27i2.16816

Abstract

Pemupukan merupakan salah satu aktivitas penting dalam budidaya ubi kayu. Ironisnya aplikasi pupuk anorganik yang berlebihan ternyata berdampak negatif pada pertumbuhan tanaman. Pupuk Organik Cair (POC) dapat menjadi salah satu solusi untuk menggantikan pupuk anorganik. Namun, penggunaannya pada tanaman ubi kayu belum pernah dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dosis dan interval waktu pemberian POC yang tepat untuk meningkatkan hasil tanaman ubi kayu varietas ketan (Manihot esculenta Crantz.). Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok lengkap dengan 2 faktor dan 3 ulangan sebagai blok. Faktor pertama adalah dosis POC darah sapi (0, 10, 20, dan 30 ml/tanaman), sedangkan faktor kedua adalah interval waktu pemberian POC darah sapi (3 minggu sekali, 6 minggu sekali, dan 9 minggu sekali). Data pengamatan diuji signifikansinya menggunakan analisis sidik ragam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua perlakuan tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap seluruh parameter pengamatan. Hal tersebut dikarenakan kandungan unsur hara POC darah sapi yang belum mencukupi kebutuhan tanaman, sifat POC yang mudah tercuci dan menguap, penyiraman yang tidak optimal, volume pengaplikasian yang terlalu sedikit, dan rentang waktu pemberian yang terlalu lama sehingga menyebabkan terganggunya perkembangan umbi. Dapat disimpulkan bahwa pemberian POC darah sapi pada penelitian ini belum mampu meningkatkan hasil tanaman ubi kayu.
Pengaruh Trichoderma harzianum dalam Meningkatkan Hasil Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Mengendalikan Penyakit Bercak Daun Savitri, Aurin Aqilla; Oktasari, Wike; Novianto, Esna Dilli
Jurnal Agrotek Lestari Vol 11, No 1 (2025): April
Publisher : Universitas Teuku Umar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35308/jal.v11i1.11390

Abstract

Penyakit bercak daun yang disebabkan oleh Cercospora arachidicola menurunkan produksi tanaman kacang tanah di Indonesia. Penggunaan fungisida kimia untuk memberantas masalah ini dalam jangka panjang dapat berdampak negatif terhadap lingkungan. Trichoderma harzianum dapat menjadi solusi yang baik, karena dapat mengganggu pertumbuhan jamur patogen. Namun, penggunaan jamur tersebut pada tanaman kacang tanah belum dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh Trichoderma harzianum terhadap hasil tanaman kacang tanah dan kemampuannya dalam menekan penyakit bercak daun. Penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2024 di Desa Glagahombo, Kecamatan Tegalrejo, Magelang. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAL), dengan dua faktor dan tiga kali ulangan sebagai blok. Faktor pertama adalah konsentrasi T. harzianum (0, 3, 5, dan 7 g/100 ml). Faktor kedua adalah interval waktu pemberian T. harzianum (5, 10, 15, dan 20 hari sekali). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan ANOVA. Data yang signifikan diuji lanjut dengan orthogonal polynomial dan BNT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian T. harzianum dapat meningkatkan jumlah polong, berat polong segar, berat polong kering, berat biji kering/tanaman, berat biji kering/petak, dan menurunkan intensitas serangan penyakit bercak daun pada konsentrasi 4,36 g/100 ml – 5,80 g/100 ml. Pemberian Trichoderma harzianum setiap 5 hari dan interaksi pemberian T. harzianum 5,06 g/100 ml setiap 5 hari merupakan cara yang paling efektif dalam menurunkan intensitas penyakit bercak daun.
Efektivitas Waktu Pemberian dan Dosis Trichoderma harzianum dalam Menanggulangi Serangan Sclerotium rolfsii pada Tanaman Kedelai Ochtaviana, Marghareta Bella; Jannah, Eka Nur; Novianto, Esna Dilli
Agrisintech (Journal of Agribusiness and Agrotechnology) Vol 6 No 1 (2025): April
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31938/agrisintech.v6i1.804

Abstract

ABSTRACT The attack of Sclerotium rolfsii can significantly reduce soybean plant productivity, potentially leading to crop failure. Currently, farmers rely on fungicides to combat this issue. However, the continuous use of chemical control agents poses risks to the environment. Therefore, it is essential to explore alternative methods, such as utilizing biological agents like Trichoderma harzianum, which are more environmentally friendly. This study aims to analyze the effects of time application and the dosage of T. harzianum on reducing the incident of basal stem rot disease caused by S. rolfsii in soybean plants. This research was conducted from June to September 2024 at the Biotechnology and Plant Breeding Laboratory and the Bandongan Teaching Farm greenhouses at UNTIDAR. A Complete Randomized Block Design (3x4) was used in the study. The first factor was the application time of T. harzianum, namely 7 days before planting (T1), at planting time (T2), and 7 days after planting (T3). The second factor was the dosage of T. harzianum, which are 0, 225, 300, and 375 g/polybag. All data were analyzed with ANOVA, while the any significance tested further with orthogonal polynomials. Results indicated that applying T. harzianum 7 days before planting at a dosage of 375 g/polybag effectively reduced both the intensity of fungal attacks and the incidence of the disease. This timing and dosage combination also increased the effectiveness of the control measures and the height of the soybean plants. The interaction between the timing and dosage had a positive impact on reducing disease severity and enhancing control efficacy. T. harzianum demonstrated antagonistic activity against S. rolfsii, likely due to competition for space and nutrients, as well as antibiotic produced by the antagonistic fungi. In conclusion, this study suggests that T. harzianum can effectively inhibit S. rolfsii attacks on soybean plants when applied at the appropriate time and dosage. ABSTRAK Serangan jamur Sclerotium rolfsii pada tanaman kedelai dapat menyebabkan penurunan produktivitas tanaman hingga gagal panen. Saat ini, petani menggunakan fungisida untuk mengatasi hal tersebut. Namun demikian, penggunaan agen pengendali kimiawi secara terus menerus berdampak pada kerusakan lingkungan, sehingga perlu dicari alternatif lain dengan memanfaatkan agensia hayati seperti Trichoderma harzianum yang lebih ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh waktu pemberian dan dosis T. harzianum terhadap serangan jamur S. rolfsii penyebab penyakit busuk pangkal batang pada tanaman kedelai. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni-September 2024 di Laboratorium Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman dan greenhouse Bandongan Teaching Farm UNTIDAR. Rancangan Acak Kelompok Lengkap (3 x 4) digunakan pada penelitian ini. Faktor pertama yaitu waktu pemberian T. harzianum 7 hari sebelum tanam (T1), saat tanam (T2), dan 7 hari setelah tanam (T3). Faktor kedua adalah dosis T. harzianum yaitu 0, 225, 300 dan 375 g/polybag. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu pemberian T. harzianum 7 hari sebelum tanam dan dosis 375 g/polybag berpengaruh menurunkan intensitas serangan dan kejadian penyakit serta meningkatkan efektivitas pengendalian dan tinggi tanaman kedelai. Interaksi antar kedua faktor berpengaruh menurunkan intensitas serangan dan kejadian penyakit serta meningkatkan efektivitas pengendalian. T. harzianum memiliki aktivitas antagonisme terhadap patogen S. rolfsii. Diduga terjadi persaingan ruang dan nutrisi, serta aktivitas antibiosis dari jamur antagonis. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa T. harzianum mampu menghambat serangan jamur S. rolfsii pada tanaman kedelai dengan waktu pemberian dan dosis yang tepat.